-04

205 23 2
                                    

Hujan deras mengguyur, jatuh pada baju besi Eva dengan nada sumbang, sebelum akhirnya menjadi satu pada tanah berlumpur. Toji mengusap pipinya dan membawa jemarinya yang basah ke air hujan untuk membasuh warna merah dari darah monster yang terciprat. Di sebelahnya, Kensuke menatap sekitarnya hampir histeris senang; seandainya kameranya tidak rusak, ia pasti sudah memotret kesana kemari, sama sekali tidak takut walau ada banyak personel NERV yang memperhatikan. Sementara Toji memasang ekspresi serius, menyadari masalah menunggu mereka karena pelanggaran yang sudah mereka lakukan.

Toji mendongak, ia melihat beberapa meter darinya, di kelilingi personel militer, Shinji Ikari berdiri dengan baju pilot hitamnya dan ekspresinya yang serius. Wanita berompi merah dengan rambut ungu dan rok pendeknya yang menunjukkan kaki jenjangnya, berteriak-teriak memarahinya karena melanggar perintah, tapi walau begitu Shinji sama sekali tak bergeming. Sesaat kemudian keduanya menatap ke arah Eva, atau lebih tepatnya pada senjata di tangan Eva. Ada sesuatu yang serius terjadi disini, jika ekpresi dan tingkah orang-orang disekitarnya adalah buktinya.

Shinji Ikari mengangguk ke arah Toji seolah memintanya mengikuti. Ia mengerutkan kening, tapi ekspresi Ikari membuatnya menurutinya. Kensuke berjalan tak jauh darinya sambil melemparkan tatapan bertanya, tapi ekspresi paham seketika muncul saat ia mengikuti pandangannya pada Shinji Ikari.

Personel NERV bergerak disekitar mereka, tidak seperti sedang menggiring, tapi juga tidak meninggalkan mereka. "Kami akan dibawa kemana?" tanya Kensuke pada salah satu kru. Pria muda itu menatapnya sekilas dari balik kacamata hitam berteknologi tingginya dan menjawab, "Secara protokol seharusnya kalian akan dibawa ke NERV untuk dijatuhi hukuman," kedua anak itu memucat mendengar jawaban itu.

Shinji berhenti di depan pintu sebuah mobil besar. Ia menatap mereka sekilas dengan mata heterochromia-nya sebelum masuk ke dalam, diikuti oleh dua orang personel lain yang memakai alat transmisi di telinga mereka. "Kesini," agen muda tadi mendorong mereka berdua menuju mobil lain yang identik.

Ini pertamakalinya mereka masuk ke bagian paling dalam bangunan besar NERV. Sebelumnya mereka hanya pernah masuk ke area umum untuk wisata edukasi saat SD. Berbeda dengan pintu masuk untuk umum, bagian ini hanya bisa dimasuki dengan passcode. Kedua anak itu berjalan dalam rombongan agen hanya beberapa meter dari Shinji yang tampak sedang bicara serius pada wanita berambut ungu yang sebelumnya memarahinya. Lalu mereka berpisah jalan pada koridor yang berbeda.

Mereka di bawa menyusuri koridor-koridor kosong yang terlihat sama. Hampir tidak ada orang yang berpapasan dengan mereka, pun yang berpapasan memasang wajah serius hingga memberikan suasana mencekam bagi kedua remaja itu. Mereka tidak akan membunuh dan menghilangkan mayat kami kan? batin Kensuke. Karena bukan sekali ia mendengar konspirasi rahasia dari tubuh-tubuh yang lenyap setelah berhasil menguak rahasia pemerintah.

"Komandan Ikari akan menemui kalian beberapa saat lagi," kata salah satu agen sebelum mendorong mereka masuk ke dalam ruang kosong yang hanya terdapat dua kursi berdiri di tengah ruangan. Seolah tempat itu dibuat murni hanya untuk mengintimidasi.

"Komandan Ikari?" bisik Kensuke sambil memucat. "Ikari, Toji!"

"Aku dengar!" desisnya, "Berhenti panik!"

"Bagaimana aku tidak panik?!" desisnya balik, "Tidak hanya kau sudah memukul Pilot Eva, tapi juga anak Komandan NERV!" Toji menelan ludah dengan susah, "Belum lagi pelanggaran yang sudah kita lakukan!"

"Diam," bisiknya.

Tiba-tiba lampu diseluruh ruangan itu menyala dan berdiri diambang pintu, Shinji Ikari, dengan rompi militer berwarna hitam bersimbol sayap yang menandakan posisinya sebagai pilot dan angka Unit-01 di dadanya. Dibalik rompi itu ia memakai kaos gelap pressbody dan celana kargo yang dimasukkan ke dalam sepatu boot militer.

RESETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang