•ENAM-''First Time''

28 4 0
                                    

"Kamu dari mana?" tanya kanaya, yang melihat kedatangan Alvin.

"Bukan urusan Lo!"

Kanaya hanya menghela napasnya kasar dan mengikuti arah adiknya pergi. Sekarang Azam hanya berdiri menatap kepergian kedua kakak beradik itu. Mau ikut, tapi ia takut jika kehadirannya malah menjadi pengganggu, atau perusak suasana. Dan akhirnya ia memilih untuk ke kamarnya.

***

Kanaya terus mengikuti langkah adiknya. Dia berusaha untuk tidak emosi sekarang, walaupun amarahnya sudah memuncak sejak dia berada di rumah sakit.

Saat Alvin akan menutup pintu kamarnya, Kanaya sudah berada tepat di depan pintunya dengan tatapan datar. Wajah Alvin juga tidak kalah datarnya. Dan kemudian Alvin menutup pintunya kasar. Kanaya langsung membuka pintunya sebelum Alvin menguncinya dari dalam.

"Kamu masih marah karena aku nyimpen rahasia sama Alisha?" tanya Kanaya membuka suara. Alvin tetap diam tidak menjawab, dia sibuk membereskan barangnya.

"Vin, ini semu-"

"Gua capek, mau istirahat" ucapnya ketus menyela perkataan Kanaya.

Kanaya hanya bisa tersenyum melihat Alvin yang kini sudah membelakanginya.

***

Azam tengah duduk di teras dengan laptopnya. Tiba-tiba saja ada seseorang yang datang. Terlihat seorang lelaki turun dari mobilnya. Seakan tak menganggap ada kehadiran Azam, lelaki itu begitu saja masuk ke rumah.

"Tunggu, anda siapa?" cegah Azam.

"Seharusnya gue yang nanya lo siapa?" jawab lelaki itu bertanya balik.

"Aku?" tanya Azam menunjuk dirinya.

"Gue mau bicara sama Mayra. Apa lo security baru disini?" ucapnya.

"Maaf sa-"

Ucapan Azam terpotong saat Kanaya keluar dan langsung menghujani lelaki itu dengan pertanyaan darinya. Azam bisa melihat ekspresi itu, ekspresi yang sama. Seperti beberapa bulan yang lalu saat Azam mendatangi Kanaya pada sebuah pesta perayaan perusahaan barunya di Florida.

"Mau apa kau kesini? Apa ada alasan lain yang kau katakan hanya agar bisa menemui ku? Aku sudah katakan jangan pernah hubungi aku lagi. Kau mengerti?"

Semua perkataan itu meluncur dari bibir Kanaya. Tidak ada kemarahan di sana. Meskipun Kanaya berlagak santai seakan tidak terjadi apa-apa, tapi Azam tau.

"Sebelumnya saya akan memperkenalkan diri terlebih dahulu, mungkin anda lupa. Bisa jadi. Namaku Rayan Ehud Azel, anda bisa memanggilku Rayan. Saya-"

"Cukup. Tidak perlu. Aku mengenalmu. Pergilah, jika kau datang hanya untuk membual saja."

Azam hanya bisa melihat perdebatan mereka. Sekarang dia hanya menjadi nyamuk disana. Benar-benar tidak dianggap ada.

"Owh maaf, aku permisi" ucap Azam menyela pembicaraan mereka. Kanaya masih menunduk. Sedangkan Rayan, menatap Azam menyelidik.

"Siapa dia?" tanya Rayan, saat Azam sudah masuk.

"Bukan urusanmu! Pergilah jika kau hanya datang untuk menanyakan itu!" jawab Kanaya penuh penekanan pada setiap ucapannya.

JUDULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang