•EMPAT-"Sederhana"

50 7 6
                                    

Ceklek!

Suara itu berhasil membuat Kanaya menatap kearahnya. Terlihat seorang lelaki memakai kaos putih berlengan panjang yang ia tarik sedikit dibawah siku. Tatapan mereka beradu, lagi-lagi Kanaya hanyut dalam tatapan teduh lelaki itu. Sedangkan Azam kembali bungkam memikirkan apa yang dikatakan oleh Hana tadi.

"Bolehkah aku masuk?"

"Tentu" jawab gadis itu.

"Kau sudah sadar?" Kanaya terkekeh mendengar pertanyaan konyol seorang Azam Fathan Hadwan. Bagaimana bisa dia bertanya tentang sesuatu yang sudah dia temukan sendiri jawabannya?

"Kau kenapa? Kau sudah melihatnya sendiri, kan?" jawab Kanaya terkekeh santai. Entah kenapa kali ini Azam terlihat canggung.

"Aku tidak tau kalau kau ternyata punya teman selain diriku," jawab Azam yang mulai menghampiri gadis yang sedang bersandar di kasurnya.

"Makanya jangan terlalu asik dengan tugas atau penelitian ilmiah-mu itu," balasnya memutar bola mata malas.

Dia melihat Azam kemudian tidak membalas apa-apa dan hanya diam menatap ke arah nakas.

'Astaga! Aku bahkan belum menyentuh makananku. Sebentar lagi pasti dia akan mengomel' batinnya.

Benar saja, Azam langsung mengambil mangkuk berisi bubur itu. Dan akan menyuapkannya pada Kanaya.

"Aku tidak berselera, zam." ucapnya menepis sesendok bubur yang akan datang ke mulutnya.

"Kau baru sembuh dan malah bertingkah. Apa kau tidak melihat anak kecil di jalanan yang kelaparan dan kedinginan?" penuturan dari sahabatnya itu selalu saja sukses membuatnya menurut.

"Ihi, so sweet banget. Pakai acara disuapin! Huuu dasar manja!" ledek Alvin yang tiba-tiba muncul dan menghempas kasar bokongnya di tepi kasur Kanaya.

"Malvinnn!" teriak Kanaya yang terkejut dengan hentakan kasar Alvin pada kasurnya.

"Aduh kakak ga sengaja akunya. Maap."

"Awas saja kau!" ancam Kanaya yang sudah memegang bantal dan akan segera ia lemparkan kepada adiknya itu.

Melihat itu Azam hanya tersenyum dan segera melerai kedua kakak-beradik itu agar tidak melanjutkan pertengkaran mereka. Bisa-bisa akan menjadi lebih parah, layaknya perang dunia.

Disisi lain, ada momen yang sudah lama dirindukan oleh Azam. Selama ini, dia hanya bisa bertatap muka secara tidak langsung melalui perantara sambungan internet di telepon genggam atau laptopnya.

***

"Tadaaa! Aku datang!" teriak Rayan yang muncul dari balik pintu.

"Lah gada orang." dia celingukan mencari-cari seseorang di ruangan itu.

"Apa jangan-jangan yang telepon tadi setan? Idih, laper. Heheh." dia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dan berbalik hendak mencari sepupunya itu. Sedikit tidak waras, mungkin.

Tapi, sebelumnya dia meletakkan sebuah kantung plastik diatas meja di ruangan itu. Dan ketika berbalik dia terkejut melihat seseorang yang tiba-tiba muncul dibelakangnya.

"Astaghfirullah!!" ucapnya sambil mengelus-elus dadanya.

"Mak lampir..." lirihnya didekat telinga sepupunya yang berjalan ke arah mejanya. Melihat itu Hana hanya berdecak memutar bola mata malas.

"Ehh makan dulu, yuk. Gua beli sate di tempat biasa. Kangen dah lama kaga makan." ujarnya menyodorkan sebuah kantung plastik yang tadi ia bawa.

JUDULTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang