"Waalaikumsalam," balas Azam saat membukakan pintu dan melihat seorang gadis dan seorang lelaki tepat di belakangnya.
"Maaf, apakah benar Kanaya Mayra Putri dirawat disini?" ucap seorang lelaki dibelakang gadis itu. Alvin melepaskan earphone yang terpasang pada telinganya dan meninggalkan ponselnya, setelah melihat Azam yang membukakan pintu untuk seseorang diluar sana.
"Siap-... Ohh Alisha, kak Ilham. Ayo masuk." Alvin mempersilahkan kedua orang diluar tersebut masuk. Azam masih diam dengan ekspresi wajah bertanya-tanya.
"Sepertinya, aku tidak asing dengannya..." lirihnya Azam.
"Eh lupa, kak Ilham, lisha.. ini kak Azam sahabat kecilnya kak Naya. Kak Azam, ini Alisha teman seangkatanku, dan ini kak Ilham kakaknya Alisha," Alvin memperkenalkan Ilham dan Alisha pada Azam. Azam dan Ilham berjabat tangan dan tersenyum, sedangkan Alisha hanya tersenyum dan menunduk.
"Jadi kamu Azam?" tanya Ilham ketika melihat Azam yang tengah tersenyum membalas jabatan tangannya. Azam hanya mengangguk.
"Bagaimana kuliahmu? Lancar?" Ilham membuka suara lebih dulu. Azam kemudian mengangguk kembali.
"Alhamdulillah. Senang bisa bertemu denganmu Azam," ucap Ilham.
"Senang bertemu denganmu juga," jawab Azam kemudian.
"Dimana kak Kanaya, Vin?" Alisha membuka suara untuk menyampaikan maksud kedatangan dirinya. Alvin kemudian mengangguk dan mengantarkan Alisha ke arah kasur tempat Kanaya berbaring, dan membiarkan Azam dan Ilham berbicara di luar.
"Mas, lisha liat kak ayra dulu ya," izin gadis itu. Ilham mengangguk dan tersenyum.
Kemudian Ilham dan Azam melanjutkan pembicaraan mereka yang sempat terhenti. Azam mengajak Ilham duduk dan menawarkan minuman. Ilham hanya menggeleng tersenyum.
"Ohh tidak usah repot-repot, zam. Aku hanya mengantar lisha disini. Lisha cemas saat mendapatkan kabar dari Alvin bahwa Kanaya masuk rumah sakit tadi pagi. Setelah ini aku akan pergi ke kantor untuk rapat," sergahnya.
"Baiklah, semoga kita bisa bertemu kembali," mereka berjabat tangan kembali.
"Alisha, mas duluan ya. Nanti mas jemput lagi. Kemungkinan sore mas balik," Alisha langsung menghampiri kakaknya, mengangguk dan kemudian mencium punggung tangan kakaknya.
"Tunggu, aku akan mengantarmu ke depan. Sekalian ada yang ingin aku beli untuk makanan di rumah sakit," ucap Azam kemudian. Ilham hanya mengangguk tanda ia setuju.
"Alvin kamu ikut!" ajak Azam.
"Kakak aja dong, aku disini jagain para perempuan. Nanti kalo ada penjahat kaya yang di film-film gimana? Mereka nyulik kak Naya sama lisha gimana?" Alvin memelas.
Ilham hanya terkekeh geli melihat Alvin. Pasti anak itu ingin bertemu Alisha dengan alasan Kanaya sedang dirawat dirumah sakit.
"Ehh, Alvin. Inget... Jangan deket-deket belum mahram," ucap Ilham masih dengan pahatan senyum yang terukir pada wajahnya.
"Berarti kalo udah boleh?" tanya Alvin polos. Azam kemudian menatap Alvin dengan wajah pura-pura terkejut.
"Huh dasar modus doang! Udah ayo!" Azam menarik lengan Alvin membawanya keluar.
"Tapi-"
"Gada tapi-tapian, vin. Udah ayo!"
Alvin yang malang, dia sudah bersusah payah mencari cara agar bisa bertemu dengan Alisha. Malah Azam membuat rencananya gagal.

KAMU SEDANG MEMBACA
JUDUL
No FicciónTerkadang ada hal yang tidak mudah untuk di ungkapkan, di tuliskan, maupun di jelaskan. Semua perihal perasaan, baik itu tentang luka ataupun rasa bahagia. Sama seperti Kanaya. Gadis itu memilih untuk memendam semua yang ia rasakan. Menutupnya rapa...