Miya berjalan pelan dari arah gerbang belakang. Cewek itu memainkan hapenya di kedua tangan sambil sesekali tersenyum. Untung sedang sepi, jadi Ia tidak dikira orang gila karena tersenyum sendirian.
"Ih,"
Belum sempat Ia menaiki tangga, hidungnya mencium secuil asap yang sepertinya tak jauh dari tempatnya. Miya menoleh, tapi tak mendapati siapapun dibelakangnya. Ia mendengar samar suara pemantik dibalik bawah tangga. Lantas membuat Miya segera menoleh cepat.
"Bobi?!"
Kedua pupil gadis itu melebar. Mendapati dua orang murid mengapitkan masing-masing batang rokok di bibir mereka. Cowok bergigi kelinci yang dipanggil Bobi itu segera berdiri. Membuang batang rokoknya ke tanah lalu menginjaknya dibalik sepatu.
Ia meringis kaku menatap Miya.
"Mi-mi-, ini nggak kaya yang lo liat-"
"Miya nggak buta ya Bob. Ngapain sih pakek ngerokok segala di sekolah?? Cari mati ya?" sinis cewek itu tak sadar menaikkan volume suaranya. Membuat Bobi jadi gugup lalu membungkam mulut Miya cepat.
"Eetdah ni bocah. Ngomongnya jangan keras-keras- woi Arkan! Santai amat sih lo?!" pekik Bobi menatap cowok jangkung yang masih berjongkok menikmati hisapan rokok di mulutnya.
Cowok itu lalu membuang rokoknya yang tersisa seukuran jari. Menegakkan tubuhnya dan menatap Miya datar.
"Ck. Nggak usah ikut campur. Bukan urusan lo" kata Arkan menginjak putung rokoknya.
Cewek itu mendengus sebal. Ia melepas tangan Bobi yang masih menempel dimulutnya.
"Miya nggak bakal ikut campur kalo Bobi nggak disini" balasnya penuh penekanan. Menatap cowok itu tak suka.
Sedangkan Arkan malah tersenyum mengejek, melipat kedua tangannya. "Emang ni buaya ciliwung pacar lo?".
Miya menautkan kedua alisnya gemas, "Apa?"
Arkan menarik nafasnya pelan. Sedangkan Bobi segera meraih lengan gadis itu. Hendak membawanya pergi.
"Ayo balik kelas. Dah mau bel" ajak Bobi menarik Miya pergi. Awalnya cewek itu menolak. Tapi jadi tertarik pasrah masih dengan tatapan tajamnya pada Arkan.
"Nggak usah deket-deket Bobi lagi. Miya nggak suka Bobi temenan sama anak nggak bener kayak Ar-kan" perintahnya sebelum Bobi benar-benar membawanya menghilang dibalik belokan tangga.
Arkan terkekeh hambar. Menatap kepergian mereka.
"Songong banget anjir. Untung cakep,"
-
"Miya?"
Arkan mengangguk malas memainkan game di hapenya. Tanpa menyadari cowok-cowok didepannya jadi mendekat menarik kursi. Mereka lagi ngadem di kafe dekat SMANRA, setelah menghabiskan waktu untuk berlatih basket sore tadi.
Jeka menyangga dagunya dengn tangan kanan diatas meja, "Elo ada ngomong apa sama tu anak?".
Arkan melirik. Tak sadar mengeruhkan wajah dan melempar hapenya pelan.
"Gue ngerokok sama Bobi di halaman belakang. Tiba-tiba dia muncul. Ngomel-ngomel kek mak komplek dan berakhir nyalahin gue. Anjing emang," jelasnya dengan nada kesal.
Kedua cowok didepannya saling berpandangan. Lalu Jeka melipat kedua tangannya dan bersender pada kursi.
"Elo nggak tau Miya?"
Arkan menarik alisnya sebelah. Hanya diam tak menjawab. Membuat Jeka jadi berdecak tak sadar.
"Miya, kan. Damiya Queensha. Primadona SMANRA yang cantiknya tiada tara. Udah kayak titisan malaikat tak bersayap. Adem bener" jelas Jeka bersemangat. Bahkan sampai memuncratkan ludahnya, membuat Arkan melotot tak urung mendorong kursinya gemas.
June, cowok dengan tampang cool tapi cuma pencitraan itu meletakkan nescafe hangat yang baru saja diteguknya. "Mereka sering pulang pergi bareng sih. Emang deket kayaknya" katanya membuat Jeka menoleh cepat.
"Lah? Bukannya Bobi pacaran sama si Jesya? Napa jadi menelin si Miya? Emang buaya. Menang banyak anjir. Sekali dayung dua tiga pulau terlampaui" cerocos Jeka menggeleng pelan.
Arkan berdecak, "Dan, faedahnya apa coba nyuruh gue jauhin Bobi? Gue berasa jadi homonya dia," ujarnya kesal.
Jeka tertawa keras. Sedangkan June disampingnya hanya melirik gemas, berniat menyumpalkan pizza dimeja ke dalam mulut lebar cowok itu.
Sumpah, June jadi heran kenapa banyak siswi SMANRA mengidolakan cowok itu.
Padahal cuma modal gigi kelinci. Bukan gigi emas.
"Yaudah gas aja nyet"
Cowok berkulit sawo matang itu menaikkan sebelah alis tebalnya.
"Ck. Pepet terus aja si ciliwung. Liat gimana reaksi tu cewek ntar. Siapa tau sih, nyantol. Mayan, primadona. Biar rame dikit" ujar June menyarankan.
Arkan terlihat berpikir sejenak. Membuat Jeka jadi berdecak tak sabar.
"Kalo nggak mau, biar gue-"
"Boleh juga,"
Jeka menepiskan bibirnya. Agak merinding saat Arkan menampilkan senyum misterius di bibirnya.
***
Introduce to you
Cho Miyeon as Damiya Queensha
Kim Mingyu as Amir Arkan Malik
Bobby(kim ji won) as Bobby Bagaskara
Koo Junhoe as Junaid Arsenio
Jeon Jungkook as Jericco Kavindra
Welkambekk uwiuwiu
KAMU SEDANG MEMBACA
Necessary
Fanfiction'About the innocent girl, and the true ruler of her heart' Damiya Queensha, si gamon. Amir Arkan Malik, si berandal. Kata Yuta sih, 'niatnya nyepik lama-lama pake hati juga. Cuih' #SEVENTEEN #G-(I)DLE 2020, April