Siang ini pelajaran kimia. Sebelas Mipa 3 berbondong-bondong menuju laboratorium IPA di gedung seberang. Panas matahari begitu menyengat. Membuat mereka kepanasan saling mengeluh satu sama lain.
Miya merangkul lengan Hailie disebelahnya. Menutup wajahnya dengan buku catatan. "Li panas banget. Nyebrangnya masih lama nggak?" tanya gadis bersurai panjang itu.
Gadis kecil nan imut disebelahnya melirik gemas, "Elo ke lab aja kayak nyebrang ke Brunei sih. Pakek gandengan segala lagi, panas woy" kata Hailie segera melepas lengannya dari Miya. Merasa gerah. Pribadinya yang cuek dan bermulut tajam memang membuat Hailie jauh terlihat ganas daripada lucu seperti wajahnya.
Sekali ngomong udah kayak cabai pasar menteng. Pedes.
Miya mencuatkan bibirnya pelan. Agak berjinjit melirik kedepan, dimana anak-anak IPA 3 memang berbaris rapih saat berjalan. Mereka berdua agak terlambat karena Hailie mengajaknya untuk mampir ke toilet sebentar.
Hailie yang melihatnya jadi mendengus, "Elo lagi ngejek gue pake jinjit-jinjit segala hah??". Miya tersentak kecil menolehnya. Tapi jadi terkekeh gemas selanjutnya. Membuat Hailie semakin melotot tajam dan berakhir mencubit lengannya keras.
"IH MIYAAA!!"
Teriakan Hailie yang agak serak dan cempreng memekik di telinga. Teman-temannya jadi menoleh kaget menatap keduanya. Tak lupa saling menutup telinga.
"Apa sih bocil??" protes Hanbin yang berada didepan mereka. Beralih pada Miya, "Napa sih Mi? Hailie lagi latian kontes Indonesian idol? Ya elah. Ntar aja orang mau ke lab juga. Yang ada gelas beaker sama tabung reaksinya pada pecah" cerocos Hanbin asal. Diikuti anggukan Jay disampingnya.
"Iya Li. Ntar disuruh ganti rugi. Sayang duit lo mending buat beli makan. Nah, nyokap gue kemaren baru bikin boci tuh. Bakso aci. Dijamin enak, sebungkusnya cuma sepuluh ribu aja" sambung cowok yang tak beda pendeknya itu dengan Hailie.
Hanbin dan Miya hanya menghela nafas tak urung menabok lengan Jay keras. Sedangkan Hailie bersiap menyemprotkan bacotan pedasnya pada Jay.
Memang cowok itu tak pernah ketinggalan untuk berpromosi ria didepan teman-temannya.
"Wohuuuu"
"Anjir"
"Fokus dong elah!"
"Scorenya dah lumayan nih"
Miya melirik ke tengah lapangan. Agak mengintip dibalik celah buku yang Ia gunakan untuk melindungi wajahnya. Ada beberapa cowok berkaos sedang bermain basket disana. Saling bersorak berebut score dengan menerobos benteng pertahanan lawan dan melakukan tembakan ke dalam ring.
Heran. Panas-panas begini kuat aja main basket gitu.
"Mungkin Miya milih pura-pura pingsan kali, daripada panasan gini. Bisa-bisa item ntar," lirihnya menyipitkan matanya, silau. Tapi jatuhnya malah fokus pada sosok tinggi dengan kulit agak gelap. Tersenyum kecil menampilkan deretan giginya. Melakukan high five dengan timnya setelah mendribble dan melakukan shooting beberapa kali ke dalam ring.
Setelahnya mengacak pelan rambut yang terlihat tipis dengan belahan poni berantakan. Keringatnya bercucuran, tapi cowok itu masih saja terlihat bersemangat.
Miya tak sadar membinarkan matanya.
Arkan kenapa jadi ganteng gitu sih?
Perasaan kemaren waktu sama Bobi keliatan urakan banget. Apalagi pakek ngerokok. Dah gitu kasar lagi.
Berandal banget.
Tapi imejnya waktu main basket benar-benar terbalik 180 derajat.
"Miya woy!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Necessary
Fanfiction'About the innocent girl, and the true ruler of her heart' Damiya Queensha, si gamon. Amir Arkan Malik, si berandal. Kata Yuta sih, 'niatnya nyepik lama-lama pake hati juga. Cuih' #SEVENTEEN #G-(I)DLE 2020, April