7. Misi Gagal?

70 8 2
                                    

Cowok itu meraih sebatang rokok, lalu menyalakannya dengan pemantik. Perlahan menikmati hisapan, hingga mengeluarkan asap tipis yang mengudara.

"Elo buat ulah apa lagi?"

Arkan melirik. Menautkan alis menatap gadis dengan rambut sebawah bahu dihadapannya.

"Paan?" tanyanya balik.

Gadis itu menghela nafas pelan. Menyenderkan punggung dan melipat kedua tangannya.

"Anak-anak sekolah pada gosip. Elo lagi mepet anak IPA? Yang mana? Kok gue nggak tau?" tanyanya penasaran. Membuat Arkan kembali menghisap rokoknya.

"Miya. Yang katanya jadi primadona. Cantik sih, tapi gamon" jelasnya.

Hani, gadis itu mengernyit meraih vanilla latte icenya. Lalu menyeruput, sambil menatap cowok didepannya yang sudah menjadi karibnya sejak SD itu. Agak lucu. Nyatanya ketua geng SMANRA itu bisa terlihat galau juga.

Ya, Ayana Keenan Haniyah adalah satu dari sekian cewek SMANRA yang mau tak mau bisa bergaul dengan geng mereka.

"IPA 3 kan? Bukannya ada temen lo, Bobi?" tanyanya mengingat cowok sipit dengan gigi kelinci yang tak menggemaskan sama sekali.

Buaya dan tukang sepik sana sini.

Nggak beda dengan Arkan.

"Hm, belum guna" cowok itu menghisap rokok diujung bibirnya kemudian. Membuat Hani menepiskan bibir sesaat.

Gadis itu mencibir, "Pelan-pelan lah Kan. Elo harus bisa bikin dia baper dulu. Apalagi kata lo dia gamon kan? Jangan maen gas aja. Mikir strategi juga dong," sarannya membuat Arkan mendengus sesaat.

"Gue ngikutin saran anak-anak" balasnya tak mau kalah.

Hani memutar kedua bola matanya, "Susah ya ngomong sama kedelai hitam" kesalnya kembali meminum es latte. Berharap tak mengamuk di kafe hanya karena berbicara dengan cowok sawo matang didepannya.

"Ya gimana? Bobi cuma ngasih nomer WhatsApp. Dan chat gue belum dibales sampe sekarang" adunya ikut kesal. Membuang sisa rokoknya ke asbak.

Keduanya terdiam sejenak.

"Bantuin lah Han" ujar Arkan kemudian. Menatap gadis itu sungguh-sungguh. Yang ditatap hanya bergidik ngeri. Bisa-bisanya cowok itu punya wajah memelas.

"Gue mesti gimana njir? Kenal aja enggak. Emang lo pernah liat gue ke kelas IPA?" Tanyanya melotot pelan. Mengingat mereka sama-sama di kelas IPS. Walaupun Hani memang punya teman di kelas IPA 3, tapi tak membuat gadis itu menghampiri sekedar melongak kesana.

Ucapan Hani membuat Arkan melengos kasar. Meraih segelas latte didepannya dan meneguknya.

"Pokoknya elo harus bantuin gue Han. Kita temenan dari SD yah. Gue nggak mau tau" tegas cowok itu tak mau dibantah. Menatap Hani yang merenggut kesal.

Gadis itu menarik diri. Lalu mencibir kemudian.

"Gue harap elo nggak main-main. Jadi usaha gue nggak sia-sia ya malika," ujarnya membuat cowok itu tersenyum merekah selanjutnya.



**


Miya berjalan ke arah bangku perpustakaan. Sambil menunggu Hanna yang sedang mencari buku paket fisika untuk dipinjam. Gadis itu menunduk sambil memainkan jari jemarinya diatas layar hape.

Perpus ramai hari ini. Tapi kelihatannya lebih banyak para penggosip kecil daripada pembaca buku. Atau siswa-siswa yang mampir sekedar untuk berbaring dilantai sambil menikmati semilir AC di pojokan. Atau bahkan siswi-siswi yang menjadi penonton setia sinetron indosiar dengan fasilitas televisi perpustakaan.

NecessaryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang