"Anjing,"
Arkan melengos melempar hapenya diatas meja. Meraih gelas dan kembali meneguk minuman beralkohol itu hingga tak tersisa. Lalu menuangkannya lagi dari botol berwarna gelap didepannya. Mendaratkan gelasnya keras diatas meja hingga membuat Marten disebelahnya menoleh, mengerutkan kening samar. Apalagi raut wajah Arkan terlihat mengeruh. Padahal tadi masih tersenyum gila sebelumnya.
"Napa lu?" tanya Marten menyaringkan suara. Karena bisingnya alunan musik yang menggebu-gebu di Hit Club, salah satu fasilitas yang disediakan oleh SMANRA. Sebuah ruangan yang agak besar dan gelap, juga terdapat pub dan karaoke didalamnya. Dengan lampu remang remang sebagai penerangannya. Banyak minuman beralkohol yang disediakan dengan bermacam-macam jenis. Mulai dari bir, wine, whisky, brandy, vodka, sampai champigne.
Entah apa tujuan sekolah menyediakan fasilitas ini, tapi nyatanya banyak yang menyukai. Walaupun club milik SMANRA, tapi tak jarang murid dari sekolah lain bisa menerobos masuk ke sini. Biasanya club ini paling ramai dikunjungi saat weekend, atau malam minggu. Para pengunjung bisa berkaraoke, berjoget ria di dance floor, atau sekedar duduk manis menikmati minuman.
"Gue balik dulu nyet, bilangin Jeka. Tadi dia bonceng gue," ujar cowok itu berdiri setelah meneguk minuman terakhirnya. Berjalan keluar ruangan meninggalkan Marten yang hanya menatapnya heran. Lalu kembali acuh menatap hapenya, "Buaya bisa galau juga, sampe mabok tiga botol" lirihnya menggeleng pelan.
"Goblok Jeka ah! Bacot bener dah!"
"Lu besok besok nggak usah ikut lah minum dancow aja sana dirumah!"
"Setan emang"
"Elu tuh setan!"
Marten menoleh ketika tiga cowok menghampiri meja dan duduk memutarinya. Mereka saling meracau menyalahkan. Lalu meraih gelas asal dan menuangkan minuman beralkohol dari botol kaca panjang berwarna gelap. Meneguknya cepat seperti kehausan tiga hari tiga malam. Yuta, menoleh kanan kiri. Merasa ganjil dengan sekitarnya. Cowok itu menatap Marten meminta jawaban.
"He Arkan mana?" tanya Yuta heran. Perasaan tadi cowok itu semangat sekali mengajak mereka ke club. Padahal sampai disini Ia hanya duduk diam menatap hapenya.
"Bos lo dah balik duluan. Sampe mabok tiga botol tadi" jawab Marten apa adanya. Membuat Yuta, Jeka, dan Yogi tersedak karena ketiganya sedang meminum bersamaan.
"HE???"
"Buset. Goblok bener, besok sekolah anjing gegayan banget tu anak" umpat Yuta gemas.
"Anjir, dia seseneng itu chattan sama Miya?" celetuk Jeka tak percaya.
Marten jadi menautkan kedua alis pelan, "Miya? Anak IPA?" tanyanya diangguki ketiga cowok itu. Marten ber oh pelan kemudian. Nggak heran juga, cewek itu kan emang dijuluki primadona. Pasti banyak yang ngincer, apalagi anak IPS kan kandangnya buaya.
"Ho'. Niatnya sih nyepik cuih. Lama-lama pake hati juga tu anak" ujar Yuta berdecih. Yogi disampingnya menggeleng-gelengkan kepalanya sok tahu. Membuat Jeka menoyornya gemas. Dengan Yogi yang melotot tak terima kembali menoyor, dan terjadilah pertengkaran diantara keduanya.
"Apasih nyet?! Gelud di dance floor aja sana sekalian biar ditendang satpam keluar. Ribut mulu njing" umpat Yuta tak tahan. Kedua cowok itu jadi berhenti menolehnya. Walau masih saling melotot dan sikut menyikut.
Marten yang melihatnya hanya menarik nafas pelan. Ikut meneguk segelas alkohol. Berusaha menikmati musik dan tak menghiraukan ketiganya. Sepertinya Arkan tadi terlihat menahan emosi, berbanding terbalik dengan ucapan Jeka. Cowok itu tak terlihat senang, malah lebih pantas disebut patah hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Necessary
Fanfiction'About the innocent girl, and the true ruler of her heart' Damiya Queensha, si gamon. Amir Arkan Malik, si berandal. Kata Yuta sih, 'niatnya nyepik lama-lama pake hati juga. Cuih' #SEVENTEEN #G-(I)DLE 2020, April