Seoul.

1K 173 6
                                    

Wanita dengan apron biru itu menganga dengan lelehan air mata. Wajahnya yang nampak kerutan samar masih terlihat anggun dan mempesona. Masih sama cantik saat 12 tahun lalu Hoseok lihat.

"Oh, Hobie anakku!" jalannya tertatih pelan, lututnya terasa lemas saat melihat anak yang selama ini dirindukannya ada dihadapannya. Dengan keadaan sehat, tanpa cacat, dan masih terlihat manis.

Hoseok menghampiri sang ibu, meninggalkan koper dan seorang bocah yang masih diam.  Membiarkan sang ibu melepas rindu yang selama ini dipendam sendiri.

"Oh anakku yang manis!" Nyonya Jung memeluk erat tubuh Hoseok. Menghirup aroma vanilla khas sang anak. "Ibu!" Hoseok tak kalah erat memeluk sang ibu. Meluapkan semua kerinduannya pada wanita yang telah melahirkannya.

Pelukan itu melonggarkan, Nyonya Jung mengusap pipi berisi Hoseok. Meneliti lekuk wajah sang anak sulung yang tidak ada berubah, masih sama. "kau akhirnya pulang nak," Hoseok mengangguk dengan mata berairnya.

Sedikit menggeser tubuhnya, memperlihatkan seorang bocah dengan garis wajah tegas, surai hitam kelam, dan mata teduh. Nyonya Jung tertegun, kembali menatap Hoseok yang tersenyum kepadanya.

"Namanya Kim Han," ucap Hoseok menunjuk bocak laki-lakinya.

Nyonya Jung melepas rengkuhannya pada Hoseok, beralih menghampiri cucu tampannya. "Annyeonghaseoyo, Kim Han imnida" Kim membungkuk sopan. Nyonya Jung benar-benar tertegun dengan perawakan cucunya yang sangat mirip dengan menantunya.

"Kemari nak," Nyonya Jung merentangkan tangannya, Kim tanpa ragu menghambur kedalam pelukan sang nenek. Nyonya Jung kembali terisak, cucunya sudah sangat besar. Dan tumbuh menjadi sosok yang tampan dan berkharisma.

"Cucuku, cucuku yang tampan" Nyonya Jung mengusap surai lembut Kim, membuat bocah Kim tersebut merasa nyaman. Merasa bahwa dia sudah pulang, kembali kerumah yang sebenarnya.

"Kim oppa!" Suara cempreng terdengar familiar menggema di rumah besar keluarga Jung. Membuat pelukan antara nenek dan cucu tersebut terlepas. Kim menatap bahagia  seorang gadis kecil dengan gigi kelincinya berlari menghampirinya.

"Naeun-ah!" Kim menangkap tubuh kecil Naeun, menggendongnya dan berputar membuat Naeun memekik girang.

"Aku sangat sangat merindukan oppa!" ucap Naeun dengan senyum bunnynya, "oppa juga merindukan adik kecil oppa!" balas Kim.

Jimin tidak lama masuk, dengan Arin digendongannya. "eoh? kau sudah sampai hyung" Jimin menghampiri Hoseok dan sang ibu yang terlihat gemas dengan interaksi Kim dan Naeun.

"Akhirnya," Jimin tersenyum saat melihat ibu dan kakaknya sudah bertemu. "terima kasih, Ji" Hoseok memeluk Jimin dari samping karena ada Arin yang dia gendong. Jimin tersenyum sampai matanya menyipit seperti sabit.

"tidak perlu berterima kasih hyung, sudah tugasku membuat keluarga kita lengkap kembali" Hoseok memeluk adik dan ibunya bersamaan.

"Dimana ayah, dan Jungkook?" Tanya Hoseok, mengedarkan pandangan pada ruang tamu rumah yang luas tersebut.

"Kook-ie ke kantor untuk menghadiri rapat hyung," jawab Jimin, tangannya menepuk bokong Arin untuk menenangkan gadis kecil yang masih asik tertidur.

"Ayah mu ada dikebun belakang, kau hampiri dia sayang" Nyonya Jung dan Jimin tersenyum, mengangguk pelan saat terlihat Hoseok yang sedikit ragu. Setelah menetralkan perasaannya, Hoseok pun berjalan ke arah dalam rumah. Menuju sebuah pintu kaca lebar yang memperlihatkan pemandangan taman belakang kediaman Jung.

Di salah satu kursi taman, Hoseok dapat melihat perawakan seorang pria dengan bahu lebar yang kekar. Tuan Jung menikmati semilir angin yang berhembus, membuat beberapa daun kering pohon-pohon di taman berjatuhan.

Atensinya teralihkan saat menyadari ada seseorang dibalik punggungnya. "Rasanya disini aku selalu bisa mendengar suara melengking Jimin yang selalu dijaili oleh Hobie," ucap Tuan Jung, matanya memejam.

"Hobie selalu membuat rumah ini ramai dan ceria, kadang dia akan membantu Jimin, kadang malah mengerjai Jimin hingga dia menangis" Tuan Jung terkekeh pelan.

Tuan Jung mendongak, melihat langit cerah berwarna biru. "Seharusnya aku tidak melakukan kesalahan, dan kehilangan putra manis ku" air mata itu turunin di garis wajah tegas Tuan Jung.

"Ayah tidak pernah melakukan kesalahan," ucap Hoseok lirih. Masih setia berdiri dibelakang sang ayah.

Tuan Jung terkekeh kembali, "Ayah sangat merindukanmu hingga mampu berhalusinasi mendengar suara mu,"

Hoseok menghampiri sang ayah, memeluk leher Tuan Jung dsri belakang. Tubuh pria paruh baya tersebut dirasakannya menegang, Hoseok tau ayahnya sangat terkejut. Tangan kekar tersebut menggenggam erat lengan Hoseok yang memeluk lehernya.

"Kau pulang nak," ucap lirih Tuan Jung. "Maafkan ayah nak, maaf--" Hoseok menggeleng, Tuan Jung terdengar begitu outus asa memohon maaf dari putra sulungnya.

"Tidak, ayah tidak salah. Itu semua sudah jadi keputusanku, dan aku minta maaf sudah meninggalkan ayah," Hoseok berpindah, duduk disamping sang ayah yang sejak tadi menangis.

Tuan Jung mengusap wajah sang anak, Hoseok tersenyum. Kegiataan mereka berdua teralihkan dengan suara berat milik bocah Kim yang sudah berdiri dibelakang mereka.

"Bu,"

Tuan Kim menatap Hoseok, yang hanya mengangguk dan tersenyum. Tuan Jung tidak salah, wajah dari bocah Kim itu sangat familiar. Persis seperti seseorang yang dulu, atau mungkin sampai sekarang masih terikat dengan putranya.

"Di--dia anakku, dan Taehyung"

Setelah sekian lama Hoseok tidak menyebut nama tersebut, dan mulai hari ini semua akan menjelaskan masa lalu Hoseok dengan seseorang yang bernama Taehyung, yang tidak lain adalah suaminya. Suami seorang Jung atau Kim Hoseok.

oOo

Bitter - Vhope -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang