Haruskah?

1K 179 5
                                    

Kim membuktikan omongannya pada sang ibu. Semua nilai ujiannya mendapatkan nilai sempurna tanpa cacat, membuat Hoseok sangat bangga padanya.

Sekarang bocah dengan surai madunya tersebut sedang duduk di taman sekolahnya, menunggu sang ibu yang sedang mengobrol bersama wali kelasnya, membicarakan prestasi Kim selama semester kemarin. Sebenarnya ada sesuatu yang menganggu pikiran Kim beberapa hari terakhir.

Tentang sesuatu yang terjadi dengan ibu nya sebelum menetap di Berlin, tentang keluarga besar ibu nya di Seoul, dan tentang foto seorang pria yang membuat ibu nya semalaman kemarin menangis dengan rasa pilu.

Hoseok menghampiri Kim yang masih melamun ditaman sekolah.

"Apa kau sedang memikirkan betapa cantiknya ibu?" Hoseok terkekeh tatkala sang anak menatapnya kesal. 

Besok adalah jadwal mereka berangkat menuju Seoul. Hoseok sudah memberitahu Jimin, lewat nomor yang ditinggalkan oleh adiknya tersebut. Semua orang sangat senang, terutama sang ayah yang sangat merindukan anak sulungnya untuk pulang dan berkumpul bersama. Akan ada penyambutan besar-besaran kepulangannya orang yang selama ini dirindukan oleh keluarga Jung.

Keluarga Jung sendiri bukan hanya kalangan keluarga biasa. Ayah Hoseok adalah seorang mantan letnan dengan pangkat tertinggi dan setelah selesai menjalankan tugas negara, tuan Jung memilih membangun sebuah  perusahaan  yang bergerak di bidang interior. Ditambah Jimin yang dipinang oleh ahli waris perusahaan besar lainnya, J'gold Corp.

Tidak ada yang biasa-biasa saja di silsilah keluarga besar Hoseok.

Kim masih tetap dengan diamnya. Hati kecilnya tidak ingin memaksa ibunya untuk datang ke Seoul, jika itu akan menyakiti sang ibu. Sedangkan pikirannya memikirkan suatu kemungkinan, yang semestinya harus diselesaikan dengan kehadirannya dan Hoseok di Seoul.

"Bu," panggil Kim. Sekarang mereka sedang berada dalam mobil dan akan mengunjungi toko untuk memberitahu pada karyawan Hoseok, bahwa dia akan mengambil cuti selama beberapa hari.

Hoseok membalas dengan gumaman. Matanya tetap berfokus pada jalan didepannya, menunggu sang anak untuk membuka suara.

"Apakah kita harus ke Seoul?" 

Hoseok mengernyit mendengar pertanyaan sang anak, memilih menepikan mobilnya dipinggir jalan untuk mendengar anak tampannya bicara.

"Apa ada yang menganggumu, sayang?" Hoseok sepenuhnya memperhatikan Kim yang masih menunduk diam.

"Tidak, tapi jika itu menyakiti perasaan ibu. Sebaiknya kita tidak usah ke Seoul bu" pipi dan ujung hidung Kim memerah, menandakan sang pria kecil menahan tangisnya.

Hoseok sedikit tercekat, selama ini dia tidak pernah mengungkit tentang Seoul. Dan kedatangan Jimin dan Jungkook tempo hari membuat topik Seoul sering kali menjadi bahan obrolan antara dirinya dan Kim.

Hoseok memberikan senyum terbaiknya untuk membuat anaknya tenang, meski hatinya sendiri sama gelisahnya dengan Kim.

"Ibu baik-baik saja boy, lagipula ibu memiliki seorang hero yang akan selalu menjaga ibu bukan?"

Rambut coklat madu itu Hoseok acak, Kim tersenyum melihat ibunya terlihat tenang. Ibunya sudah cukup khawatir, dan Kim berpikir untuk tidak menambah beban pikiran sang ibu.

"Aku Kim Han, berjanji untuk selalu bersama dengan nyonya Jung dan akan selalu menjaganya" Ucap Kim mencoba menenangkan sang ibu.

Hoseok tersenyum, "dan ibu mu ini seorang pria, jika perlu kau ingat Kim" mereka berdua tertawa. Mencoba saling menguatkan, dan Kim yang mencoba menjaga seseorang yang paling dia sayangi.

oOo


Bitter - Vhope -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang