Kencan Ibu dan Anak.

1.1K 179 4
                                    

Liburan Kim sudah berakhir, dia dan ibunya sudah kembali ke Berlin dan menjalani aktifitasnya masing-masing. Setiap ada waktu luang Kim akan menghubungi nenek dan kakeknya di Seoul. Bercerita tentang kegiatannya disekolah, tentang anjing baru tetangganya, dan tentang liburan natalnya nanti akan kembali ke Seoul.

Semua baik-baik saja.

Sepulangnya dari taman hiburan waktu itu, Kim tidak bercerita tentang apapun. Dia heboh bercerita tentang beberapa wahana yang dia naiki, meski sejujurnya hatinya gelisah dan takut jika pria yang menabraknya waktu itu mengetahui tentang dia dan ibunya.

Kim belum siap denga semua kemungkinan yang akan terjadi, dan dia juga tidak mau ibunya merasa sakit kembali jika bertemu dengan orang yang tidak lain adalah ayahnya.

Sudah seminggu setelah kepulangan mereka dari Seoul. Hoseok masih sibuk dengan beberapa pesanan karangan bunga, bahkan cafènya beberapa hari ini sangat ramai.

Hoseok sedikit lega, beban selama ini yang ditanggung sendiri terangkat sedikit. Komunikasi dengan keluarganya berjalan lancar, dan Hoseok bahagia melihat Kim yang sangat dekat dengan keluarganya. Sesekali ibu dan ayahnya meminta Hoseok untuk menetap di Seoul, tapi untuk pilihan tersebut Hoseok belum siap.

Sabtu pagi.

Hoseok akan menghabiskan waktu bersama putranya untuk berkeliling. Kencan anak dan ibu kata Kim.

"Ibu--"

Kim dan Hoseok sekarang sedang duduk disebuah taman kota, dengan beberapa cemilan yang sudah mereka beli. Hoseok menjawab dengan berdehem.

"Menurut ibu, ayah orang seperti apa?"

Hoseok sedikit terkejut. Topik pembicaraan yang jarang Kim obrolkan bersamanya, tapi Hoseok tidak ingin egois. Sudah waktunya Kim mengetahui sosok ayah seperti apa yang dia miliki.

"Emm kau ingin tau dibagian mana?" Tanya Hoseok, mulutnya sibuk mengunyah potongan roti dengan taburan gula.

Kim mengetuk dagu, berpikir. "Semuanya saja bu,"

"Oke--" Roti ditangan Hoseok sudah habis, tangannya kembali mengambil minuman kemasan rasa strawberry.

"Namanya Kim Taehyung." Hoseok mengelap sudut bibirnya yang basah. "Secara fisik kau dan ayahmu sangat mirip" Hoseok menatap Kim yang juga menatapnya.

"Mata, hidung, bibir, senyumanmu, bahkan tai lalatmu ini sama sepertinya" Hoseok mencolek hidung putranya.

Kim terkekeh, kembali bertanya pada sang ibu "kenapa ibu masih memakai marga ayah?"

Hoseok tersenyum, dan mengusap kepala Kim. "Bagaimana pun dia tetap ayahmu, dan sudah menjadi peraturan seorang anak akan mengikuti marga sang ayah"

Kim mengangguk, kembali memakan sosis bakar ditangannya. "Lalu bu, kenapa namaku hanya Kim Han tanpa tambahan dibelakang?"

"Sebenarnya ibu sengaja, agar ayahmu yang memberikan nama belakang untuk mu"

"Kenapa?"

"Tidak ada alasan untuk itu sayang" Hoseok tersenyum tulus.

Kim mengangguk, kembali sibuk dengan makanannya. Ponsel Hoseok berdering menampilkan nama sang adik dilayarnya.

"Halo, Ji"

Senyum Hoseok luntur, badannya membeku kaku dengan wajah pucat mendadak. Kim melihat sang ibu khawatir. Mengambil ponsel sang ibu yang akan jatuh dari pegangannya.

'Tiket pesawat mu sudah kami pesan hyung, penerbangan utama dari Berlin pukul tiga dini hari'

Kim berkedip bingung dan suara pamannya diseberang telepon. Ternyata Jungkook yang menelepon menggunakan ponsel Jimin.

"Halo paman," hening sesaat.

'Oh hai boy, apa ibumu ada disampingmu?' Tanya Jungkook, terdengar sangat khawatir dari nada bicaranya.

"Iya paman"

'Baiklah, katakan pada ibumu besok pesawat penerbangan pertama pukul tiga dini hari dari Berlin'

"Tapi paman, aku dan ibu baru seminggu. Apa ada masalah?"

Terdengar suara helaan nafas dari Jungkook. 'Kakekmu sedang tidak baik-baik saja Kim, paman mau kau memberitahu ibumu. Paman akan mengakhiri panggilan--'

Kim menoleh kesamping, ibunya masih setia dengan diamnya. "Baik paman" ucap Kim.

'Dan Kim, tolong jaga ibumu.'

Panggilan tersebut berakhir. Kim sedikit menggoyangkan bahu sang ibu, hingga atensi Hoseok kembali padanya. Air muka Hoseok berubah mendung, tangan lentiknya mengusap wajah sang anak yang menatapnya khawatir.

"Besok kita ke Seoul, oke"

Kim hanya mengangguk, berharap tidak terjadi sesuatu pada kakeknya.

oOo

Bitter - Vhope -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang