11. Feeling 🍁

17 2 1
                                    

Matahari mulai tumbang dari barat. Langit perlahan menjadi kelabu. Orang berlalu lalang pulang menuju rumah. Sora juga akan pulang kemudian merebahkan diri di ranjang empuk. Tapi niat itu diurung begitu ia melewati rumah Jimin.

Sudah 4 menit Sora berdiri disana. Jimin belum juga pulang jam segini. Membuat gadis itu memberanikan diri untuk duduk di teras rumah itu.

Sora mengeluarkan notebook yang saat itu diberikan oleh Jimin. Tangannya mulai menulis sesuatu. Entah kebetulan atau apa, pena yang digunakan saat ini adalah pena dari Jungkook.

Tatapan hambar terpancar saat tangannya sibuk menulis.

Tulisan itu sangat singkat. Sora melipat kertas tersebut. Bibirnya sedikit bergetar juga matanya yang mulai memanas. Ia mulai mengatur nafas sambil mengedarkan padangan pada sekitar.

Bast!

Kertas itu dilempar kasar kearah pintu rumah Jimin. Dengan tergesa Sora pergi dari halaman rumah Jimin dengan isakan kecil.

Kaki Sora melangkah dengan pelan dan tenang kalau dilihat dari belakang. Itu bagi seseorang yang memperhatikan Sora dari tadi,

Kim Seok Jin.

Pria tinggi itu melihat Sora mematung didepan rumah Jimin. Membuat Seok Jin penasaran apa yang Sora lakukan. Sebelumnya ia pernah datang kemari dengan Baekhyun. "Dia kenapa?"

Seok Jin mulai mendekati pintu rumah Jimin kemudian memungut kertas yang dilempar dengan kasar oleh Sora tadi. Punggung Sora sudah menghilang dari hadapannya.

Rasa penasaran nya lebih besar dari pada rasa takut kepergok. Seok Jin membuka kertas kusut tersebut. Isinya benar-benar aneh. Bahkan Seok Jin tak mengerti.

Keadaan sekitar sudah gelap. Seok Jin sudah seperti maling sekarang, celingukan sambil memegang kertas. Sorot matanya menangkap sosok Jimin yang sudah diujung jalan.

Seok Jin tergesa mengeluarkan handphone untuk memotret tulisan tersebut. Ia kembali meremas kertas tersebut lalu keluar dari halaman rumah Jimin. Sambil berharap cemas semoga tak terlihat oleh Jimin dan foto yang diambil tidak blur.

Langkahnya mulai memelan begitu sudah jauh dari rumah Jimin. Seok Jin kembali mengeluarkan handpohone nya melihat hasil jepretan tadi. Senyum terukir diwajah Seok Jin.

Tulisan disana jelas walau dengan keadaan kertas kusut. Tapi Seok Jin masih tidak mengerti isi surat tersebut. Otaknya hanya berfikir satu hal kali ini.

Menuju flat Yaemi.

Seok Jin sedikit menyesal karena tidak membawa kendaraan sehingga dia harus menaiki taxi sekarang. Flat Yaemi agak jauh dari sini.

Seok Jin tak tahu banyak tentang lelaki bernama Park Jimin tersebut. Hanya pernah sekali mengantar Baekhyun kerumah lelaki bermarga Park itu, lalu ia menunggu di mobil. Seok Jin hanya melihat Jimin dari kaca jendala mobil, tak ada niatan untuk menyapa saat itu.

"Kita sudah sampai." Seok Jin tersenyum canggung kemudian keluar dari taxi tersebut.

Pria itu melangkah lebar memasuki gedung tingkat tersebut. Tentu pertama ia mencari tahu dimana kamar Yaemi. Untunglah tak jauh. Itu berada di lantai 2.

Tok tok tok

Seok Jin menengok jam tangan. Ini sudah jam setengah tujuh malam, seharusnya masih tak apa kalau dia berkunjung. Tak lama Yaemi membukakan pintu.

"Ka-kau?" Yaemi sangat terkejut mendapati Seok Jin yang masih dengan pakaian rapi berdiri didepan flat-nya.

"Bolehkah aku masuk?"

•Sky• [PJM]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang