🌙8

11K 615 8
                                    

Aleyna sekarang sudah siap dengan pakaian rapi yang dipilih Aileen. Hoodie Purple dan Skirt Jeans panjang berwarna hitam, telapak kakinya memakai sneakers vans.

Sebenarnya Aleyna sangat mengantuk,  dia tak tertidur dari jam dua subuh sampai jam empat pagi. Dan ditambah pemaksaan Angkasa untuk membawanya ke kantor, meskipun Aleyna sudah menolak tapi ia takut sendiri dirumah.

Mereka akan pergi kerja, kuliah dan sekolah.  Sedangkan Aleyna harus merelakan untuk pergi bersama Angkasa.
Angkasa suka sekali menggendong Aleyna bagai koala, ditambah Aleyna sedang tertidur pulas.

"Mami,  Angkasa pamit."

Bukannya Aileen yang membalas malah Revan.
"Jaga baik-baik,  awas kamu tinggalin dia diruang kerja!" Tegas Revan.

"Angkasa pergi dulu,  Bara! Genta!  Habis pulang langsung ke kantor kita belanja sama Aleyna!" Genta tersedak mendengarkan ucapan Angkasa.  Pertama kali dia mengajak mereka berbelanja, sungguh keajaiban!

Aleyna sedang tertidur didekapan Angkasa dengan nyaman. Seperti bayi yang digendong ayahnya.

🌙🌙🌙🌙🌙🌙🌙🌙🌙🌙

Angkasa  masih setia menggendong Aleyna ke dalam perusahaan hingga beberapa mata karyawan tak lepas dari CEO itu.  Angkasa merasa Risih.

"Amankan!" Hanya dalam hitungan detik beberapa orang berpakain hitam langsung menegaskan pada Karyawan agar melanjutkan pekerjaan mereka.

Angkasa berpapasan dengan sekretarisnya.
"Bagaimana Jadwal hari ini?" Tanya Angkasa datar.

"Karena hari ini Weekend ketua perusahaan Company akan berbincang dengan anda tentang proyek baru yang akan berjalan." Jawabnya gugup.

"Lemburkan Semua Karyawan hari ini! Dan bagaimana tentang kerja sama perusahaan lain?" Angkasa duduk disofa kebangsaanya.

"Untuk nama-nama perusahaan bisa anda pilih didalam dokumen ini. Keuntungan lebih dari lima ratus triliun."

"Carikan saya semua data perusahaan ini,  saya tunggu sampai minggu depan!"

"B-baik tuan. Untuk informasi tentang penyimpanan dokumen sudah mengurang."

"Biar saya yang beli. Untuk berbincang-bincang saya tunggu jam dua belas siang!"

"Baik tuan,  saya permisi"

Aleyna terbangun.
"Laper." Gumamnya.

Angkasa menelpon seseorang dan menyuruh untuk membawakan sesuatu.
"Queen pengen cemilan apa?"

"Kakak bawah Aleyna ke kantor ya?" dia turun dari pangkuan Angkasa dan menatapnya bingung.

"Kenapa?  Gak suka?"

"Bukan gitu, kakak mah suka buat Aley kesel!" Aleyna membuang muka dan mengamati setiap ruangan kerja pribadi milik Angkasa.

"Kakak punya ikat rambut? Aley panas." Sambil mengibas-ngibaskan tangannya ke wajah.
Angkasa pun menaikkan suhu AC.

Tak lama kemudian sekretaris itu masuk sambil membawa nampan berisi makanan.
Aleyna menyapanya.
"Halo Kakak!"

Sekretaris itu tersenyum canggung.
"Ini pesanannya tuan" dia menaruh nampan itu dimeja kerja milik Angkasa.

"Kakak boleh kenalan? Nama aku Aleyna!" Aleyna bermaksud untuk berjabat tangan.

Dia pun membalas.
"Ranti."

"Queen Makan!"

"Dadah kakak! Aleyna pengen jadi teman kakak!" Ranti keluar dari ruangan itu dengan gugup.

Aleyna menghadap pada Angkasa yang bersedekap dada.
"Aleyna hebat kan Kak?"

Angkasa menyuapkan dia bubur dan daging udang didalamnya. Aleyna mengunyah dengan baik-baik saja.  Tak lama kemudian kulit tangan Aleyna yang putih mulus sekarang menjadi belang-belang merah,  dia menggaruk belang merah itu karena merasa gatal.

"Kakak itu udang ya?"

Angkasa mengangguk mantap.

"Aleyna Alergi Udang."

-Vote And comment-
-Next?-

Worried About You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang