Hargailah penulis selagi kamu membaca karyanya. Thank you.
Selamat membaca:)
✴✴✴
"Gimana Za? Mau nggak,mumpung Kak Lano lagi baik nih. Lagian kita juga jarang keluar bareng lagi"ucap Zia pada Moza yang kini tengah asik memakan bakso-nya.
"Tea?"ujar Moza.
"Dia udah pasti ikut lah, secara makan gratisan adalah motto hidupnya."Moza mengangguk mengerti.
"Yaudah"
"Jadi? Beneran? Gak bohongkan?"Moza memutar bola matanya malas.
"Hmm"
"Bagus kalo gitu, Ngomong-ngomong nanti pulang bareng Reon apa mau bareng nih?"
"Reon"
"Huft.... kamu tuh bener-bener aneh deh Za,gak pernah mau jauh sama Reon. Emangnya kamu nggak punya perasaan khusus gitu buat dia?"tanya Zia penasaran.
Moza jika ditanya apa hubungannya dengan Reon pasti hanya menjawab 'Teman'selain jawaban itu pasti jawabannya 'Sahabat'. Benar-benar bikin orang penasaran.
"Nggak"
"Kenapa bisa?"tanya Zia bingung, pasalnya pada novel yang ia baca selalu saja jika adanya persahabatan antara lelaki dan perempuan pasti salah satunya ada yang menyimpan perasaan khusus.
Namun Moza? Mengapa dia tak mengalami hal itu? Bahkan Moza dan Reon sudah lama menjalin persahabatan dari pada dia dan Tea.
"Kenapa bisa? Emangnya nggak boleh ya kalo jawab nggak?"
"Ya gak gitu"
"Biasanya kan kalo persahabatan antara lelaki sama perempuan itu salah satunya pasti aja ada yang menyimpan perasaan. Lalu kenapa kamu nggak suka sama Reon? Dia oke kok, ganteng pula"
"Dia memang ganteng"
"Lalu? Apa alasan kamu nggak punya perasaan khusus sama dia? "
"Entah lah"ucap Moza mengedikkan bahunya.
🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄
Zia dan Moza terus melangkahkan kakinya disepanjang koridor untuk menuju kelas mereka yang berada dilantai dua. "Kamu hutang penjelasa Za"
"Iya iya bawel deh"ketus Moza. Pandangannya teralihkan saat melihat Reon dan kedua temannya sedang berada ditengah lapang.
"Za...itu Reon kan ya? Ada Adrian sama Gilang juga tuh, ngapain mereka?"tunjuk Zia ke-tengah lapangan yang tengah diisi oleh ketiga orang pria bersahabat itu.
"Nggak tau, kesana yuk!"seru Moza menarik tangan Zia untuk segera turun menuju lapangan.
"Heh gila apa? Ini udah bell masuk, pelajaran Pak Marco lagi gak nggak mau. Ayo balik"ujar Zia yang balik menarik pergelangan tangan Moza dan menyeretnya hingga depan pintu kelas mereka.
"Huaa... Zia,Moza nggak mau ketemu sama Pak T-rex lagi Zi.... Punggung Moza masih sakit gegara dia"cecar Moza terus merengek pada Zia, hingga Moza menangis dengan kencangnya membuat fokus anak-anak didalam kelas teralihkan padanya.
Dengan gerakan cepat Zia menarik Moza hingga masuk kedalam kelas, semua tatapan teman sekelasnya pun sudah biasa menyaksikan drama yang selalu dibuat Moza, jika tak mengeluarkan jurus manja, menangis, idiot, gila, dan lain sebagainya itu.
Mereka sudah kebal dan lebih baik berdiam diri saja menyaksikan tontonan yang lumayan menarik perhatian mereka sebelum pelajaran Pak Mar yang selaku dimulai dengan rasa bosan dan kantuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Childish And Cruel
Teen Fiction[ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ] "Reon... Moza kok laper ya?"-Moza "Ya makan"-Reon "Yaudah Reon beliin Pizza double keju Mozarella ya." "Beli sendiri sana" "Kok gitu? Kenapa harus Moza kalau ada Reon? " Jika saja Moza bukan perempuan, jika saja Moza...