Hargailah penulis selagi kamu membaca karyanya. Thank you.
Selamat membaca:)
✴✴✴
Matahari kini mulai terlihat pada hari Rabu pagi, yang mana hari ini akan ada saja para murid yang berdiri ditengah lapangan sambil hormat.
Hari dimana seluruh anggota osis merazia siswa-siswi yang tak taat aturan.
Hal itu pun terjadi pada Moza,dan pelanggaran itu memang lumayan, namun ia juga harus menaati peraturan karena ia salah memakai sepatu, seharusnya semua siswa wajib memakai sepatu hitam, namun nasib buruk menimpa Moza.
Karena ia tengah terburu-buru hingga tak melihat langsung sepatu apa yang ia pakai, dan itu membuat ia dihukum di tengah lapangan seperti ini. Sungguh malang nasibnya.
Dan sedari tadi kuping Moza sudah panas saat Kepala sekolah, guru, dan yang terakhir Ketua osis itu terus saja berbicara tanpa hentinya.
Moza hanya ingin cepat kembali kekelas, karena tubuhnya sudah tak kuat menahan terik matahari, pagi itu matahari benar-benar menyorot lapangan.
"Eughh panas banget sih?!" keluh Moza menatap matahari diatasnya dengan garang.
"Matahari cepet deh pergi, gak kuat tau panas banget sih?! " batin Moza masih menatap garang sang matahari pagi, karena gara-garanya membuat kepala Moza menjadi pening.
"Baiklah semua bubar." kata terakhir sang ketua osis menceramahi mereka, Moza berjalan menjauh dengan cepat dari lapangan. Kepalanya sudah panas sedari tadi.
Moza memasuki kelasnya dengan kepala tertunduk, sungguh jika boleh ia pingsan maka akan ia lakukan tapi di sisi lain ia juga malu jika hanya pura-pura pingsan, kan gak lucu kalo semua ketawain dia.
"No no no, aku gak mau jadi bahan tertawaan orang." pikir Moza sambil menggelengkan kepalanya.
"Mozarella! Kenapa?! " teriak kedua sahabatnya.
🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄
Tea menoleh pada pintu yang diketuk, lalu munculah Moza dengan muka pucatnya, segera mungkin ia langsung menghampiri Moza dan mendudukannya dikursi.
"Kenapa sih Za? sakit?" tanya Zia dengan khawatir.
"Kepala Moza sakit Zie," keluh Moza memegangi kepalanya yang masih berdenyut.
"Yaudah kita ke UKS ya? Apa mau pulang aja?" ucap Tea
"Hmm ... nggak Moza masih kuat kok." tapi disisi lain air matanya malah terjatuh, rasa pening dikepalanya semakin menyebar saja.
"Jangan keras kepala deh Za! kenapa sih?!" bentak Tea, ia sudah kesal dengan sikap Moza yang selalu keras kepala.
"Tea! udah jangan bentak lagi, kasian dia." lerai Zia. "Za kita ke UKS aja ya?" ucap Zia hati-hati. Moza itu harus dikasih sikap lembut baru dia mau.
"Tea jahat sama Moza! Moza nggak mau!" tangis Moza pun mulai terdengar, sontak semua menoleh pada ketiga gadis itu.
"Moza kenapa Zie?" ucap Alma menghampiri ketiganya. "Dia lagi pusing, tapi nggak mau dibawa ke UKS," tutur Zia, Alma menganggukkan kepalanya mengerti.
"Apa panggil Reon aja ya? Moza kan selalu nurut kalau sama Reon," usul Alma.
"Boleh juga, yaudah telpon Reon deh," ucap Tea sembari menghubungi Reon yang sejak tadi sedang mengadakan rapat osis.
🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄
"Proposal kemarin gimana? lancar," tanya Regio Ketua Osis SMA Dekara High School.
KAMU SEDANG MEMBACA
Childish And Cruel
Roman pour Adolescents[ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ] "Reon... Moza kok laper ya?"-Moza "Ya makan"-Reon "Yaudah Reon beliin Pizza double keju Mozarella ya." "Beli sendiri sana" "Kok gitu? Kenapa harus Moza kalau ada Reon? " Jika saja Moza bukan perempuan, jika saja Moza...