[5]. Bersenang Senang ✔

95 15 0
                                    

Hargailah penulis selagi kamu membaca karyanya. Thank you.

Selamat membaca:)

Up setiap dapet vote 200+

✴✴✴

Hujan yang masih meneteskan airnya itu masih menyelimuti mereka dengan hawa dingin yang menusuk kulit. Moza mengusap kedua lengannya, hawa dingin itu semakin terasa di tubuhnya.

Hingga jaket berwarna navy itu hinggap dikedua bahunya yang terbuka, Moza menoleh pada Reon, kini pria itu hanya memakai kaus tipis berwarna putih dengan sedikit corak tulisan.

"Reon nggak dingin memangnya? bajunya tipis banget, pake lagi aja...." kata Moza sambil mengembalikan jaket yang ada di bahunya tadi.

"Nggak usah, pake aja."

"Tapi Reon kedinginan nanti."

"Gak papa kok," tolak Reon sambil kembali memasangkan jaketnya pada bahu Moza. "Kamu lebih penting." lanjutnya, kemudian kembali mengalihkan tatapan kedepan.

Lagi, Moza melepaskan jaket itu dan menaruhnya di bahu Reon, sambil berkata "Nggak usah, nanti Reon sakit lagi." omel Moza pada Reon yang masih tak mau menuruti perintahnya.

"Terserah." mau tak mau Reon kembali memakai jaketnya tadi, jika gadis itu tak mau maka ia takkan memaksanya kembali, biarkan saja gadis itu merasakan betapa dinginnya udara disekitarnya kini. Dan benar saja, Moza kembali memeluk tubuhnya dan jangan lupakan bibirnya yang sudah pucat dan menggigil.

Reon tersenyum tipis, Moza bisa saja peduli terhadap orang disekitarnya, namun ia tak pernah bisa juga tak memperdulikan dirinya sendiri.

"Sini." pinta Reon dengan menarik tangan Moza pelan kearahnya. Moza yang tangannya ditarik tersentak dan mendekatkan tubuhnya disamping Reon.

"Gimana?"

Moza mulai bingung dengan pertanyaan yang dilontarkan oleh Reon."Maksudnya?"

"Rasanya."

"Rasa apaan sih?" kebingungan Moza dengan mimik muka yang lucu membuat Reon jadi gemas sendiri.

"Gimana rasa dinginnya?" tegas Reon yang kini menaikkan satu alisnya.

Moza merengut kesal kearah Reon, jadi pria itu hanya menanyakan betapa dinginnya udara yang kini tengah menusuk-nusuk tubuhnya? ck!  benar-benar.

"Reon kok bego sih? Udah tau dinginlah, malah nanya." sentak Moza yang kini memukuli pundak Reon dengan kesalnya.

"Makanya jangan sok kuat jadi orang." Moza mengerucutkan bibirnya. Kemudian Reon menarik Moza dalam dekapannya, dan membawanya masuk kedalam jaketnya.

Hangat. Itulah yang sekarang dirasakan Moza, Moza mendongakkan kepalanya keatas. "Dasar modus," ujar Moza dengan polosnya, tetapi ia sendiri malah membalas pelukan Reon, sedangkan Reon sudah menahan tawanya sedari tadi yang masih ia tahan sampai kini.

Hujan semakin deras membuat kepala mereka sedikit terkena air dari dedaunan diatas pohon. Secepatnya Reon harus berpikir, bagaimana mereka bisa cepat pulang dari sini, Reon menoleh pada Moza yang kini sedang memejamkan matanya.

Sepertinya ia kelelahan sedari tadi tak henti-hentinya kesana kemari. "Za, bangun kamu berat." satu kalimat itu membuat pinggang Reon serasa disayat pisau, Moza mencubit pinggangnya dengan sangat keras sekali, dan itu sudah bisa dipastikan  memerah dan sakitnya akan sedikit lama.

"Jahat!"

"Ck, bercanda." kekeh Reon sambil mengusap kepala Moza yang masih bersandar dibahunya. "Hujannya semakin deras, kita ke sana aja." tunjuk Reon pada sebuah bangunan yang tadi ia datangi.

"Caranya?" malas Moza yang masih memejamkan matanya, rasa kantuk mulai menyerang dirinya dengan cepat.

"Terobos." enteng Reon, Moza menangapi dengan gumaman kecilnya.

"Ouhh," ujar Moza tanpa sadar. Reon menoleh kembali pada Moza, gadis itu sudah tertidur rupanya. Seulas senyum kini menghiasi bibirnya.

Reon sangat menyayangi Moza, Reon sangat suka dengan tingkah polosnya, Reon sangat suka jika Moza manja padanya, dan Reon sangat suka jika Moza membutuhkan kehadirannya, dan itu tandanya ia dibutuhkan dalam kehidupan Moza.

"Aku gak akan pernah bikin kamu nangis lagi, aku janji Strella." batin Reon.

🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄

"Moza, Moza ... Mozarella! udah sampai!" teriak Reon didepan telinga Moza, sedangkan gadis yang diteriaki telinganya langsung terkejut dan tak sengaja menampar si pelaku yang membangunkannya itu.

Moza tersentak kaget saat tangannya melayang kearah pipi Reon, sedangkan pipi Reon kini sudah memerah, membuat si empunya mengusapnya pelan dan menatap sipelaku dengan tatapan tak percayanya.

"Aaa ... Re-eon ma-maaf ya ... It-itu refleks be-beneran deh." kata Moza sambil mengangkat kedua jarinya membentuk 'peace'dan tak lupa dengan senyum lebarnya.

"Huh ... udah sana turun." Moza mengerutkan dahinya bingung. Mengapa mereka bisa ada didalam mobil?.

"Kok di mobil sih? Motor nya?" tanya Moza tak yakin.

"Ada, udah sana."

"Nggak loh itu moto—"

"Udah malam, nanti tante Resta cari." Moza kelabakan dan langsung saja keluar tanpa menunggu jawaban dari Reon.

Ia langsung berlari kearah pintu dan menutupnya tanpa bilang terimakasih pada seseorang yang kini sedang menatap pintu itu dengan senyum lebar. Moza itu ada-ada saja tingkahnya.

Reon menyalakan mobilnya kembali, dan mulai menjalankan mobilnya kepekarangan rumah. Baru saja membuka pintu rumah Reon sudah mendapat teriakan dari arah balkon rumah disampingnya.

"Reon … Moza lupa, yang tadi makasih ya! Moza senang banget!" kata Moza sambil tersenyum lebar dan tak lupa tangannya melambai kearah Reon.

Reon hanya menganggukkan kepalanya dan masuk kedalam rumah tanpa sepatah katapun.

"Ish reon! Dasar nyebelin!" maki Moza pada Reon yang pergi tanpa mengucapkan apapun lagi. "Apa susahnya sih bilang selamat malam aja, huh Reon jahat." batin Moza.

Moza beranjak dari balkon kamarnya, namun sahutan dari arah rumah disampingnya membuat ia menoleh. Reon disana dengan pakaian yang berbeda dan menatapnya.

"Selamat malam, mimpi indah tikus," ucap Reon dengan datarnya. Moza tersenyum dan membalasnya. "Selamat malam juga Reon, mimpi indah Prince Sapi-nya Moza! "

Disebrang sana Reon sedang menahan senyum yang akan ia keluarkan sedari tadi, namun ia terus menahannya dan terus menatap Moza yang kini sedang tersenyum dengan manisnya.

"Iya ... lain kali jangan ngorok ya." setelah mengucapkan itu Reon masuk kedalam kamarnya dan mengunci pintu balkon, Moza yang baru saja bahagia kini memasang wajah cemberutnya.

Lagi-lagi Reon meledekinya,memang dasar pria menyebalkan itu! Pikir Moza, ia langsung melangkahkan kakinya kedalam kamar dan mengunci pintu balkon.

🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄

✴✴✴

Sudah selesai....

Jangan lupa untuk Voment dan tekan bintangnya, jangan pelit ya!. Ehehe

Childish And CruelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang