Hargailah penulis selagi kamu membaca karyanya. Thank you.
Selamat membaca:)
✴✴✴
Reon terus mengikut Moza dalam radius tiga meter agar tak terlalu menarik perhatian. Awalnya Reon sama sekali tak menyangka bahwa Moza diam-diam pergi tanpa memberi tahu dirinya.
Dan kini yang Reon lihat Moza sedang berjalan bersama seorang lelaki yang terlihat sedikit berbeda usia dari dia dan Moza.
"Ini alasan dia nggak angkat telfon dan pesan? Apa aku nggak dibutuhkan"gumam Reon yang terus menyaksikan kesenangan Moza dengan lelaki tersebut.
Sebagian hatinya tiba-tiba sakit melihat itu, Reon tau hatinya untuk siapa selama ini. Moza,hanya gadis itu yang bisa mendetakkan hati Reon dengan kencangnya dan hanya Moza gadis pertama yang membuatnya seperti itu. Hanya Moza.
Reon tersentak kaget saat tangan seseorang menepuk kedua bahunya dengan tiba-tiba. "Woy.... Mannequin, ngapain sih jalan-jalan? Mana jalannya kayak mau nangkep maling lagi"cetus Gilang, Adrian yang ada di sampingnya langsung menyikut perut Gilang dengan keras.
"Anjer... gila YaYan!"
"Nggak usah disambung bisa kan."
"Bodo anjir ah"
"Heh ngapain jalan kek begitu? kayak maling aja"tanya Adrian yang kini sudah idiot seperti Gilang ,mungkin ini artinya jika sudah punya satu sahabat yang idiot, salah satu temennya juga harus ikutan goblok.
"Pergi"ketus Reon tanpa menatap kedua temannya yang malah kini berjalan dibelakangnya dan terus mengikuti gerak langkahnya. "Ku bilang kalian berdua pergi"
"Yaelah Yon... Emangnya kenapa sih? Gilang juga mau kali main detektif -detektif kayak di film 'Conan' siapa yang tau, nanti jadi artis"celetuk Gilang.
"Mimpi"
"Mendingan Mimpi daripada nggak sama sekali"
Reon pun membalikan badannya menghadang kedua orang yang kini tengah beradu mulut. "Kalian diam ikut, ribut pergi"
Reon pun melangkahkan kakinya kembali mengikuti Moza yang kini memasuki area Time Zone. "Nggak bisa dibiarin nih"gumamnya.
"Si Reon kenapa sih? Dia sebenenya mau main apaan sih? Tadi jadi maling, terus detektif, sekarang apa? Dekoleptor?"
"Banyak omong"Adrian pun menyusul Reon yang kini masuk kedalam Area Time Zone.
"Mereka berdua tuh suka banget ya ninggalin Gilang sendiri, kalo aja nggak jomblo,nggak mau nih pergi ke Mall sama terong-terong itu."
🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄
"Loh Za belum dapet juga?"tanya Kak Lano yang melihat Moza yang masih berkutat pada permainan memancing ikan.
"Belum"
"Yaudah ganti yang lain aja,gimana kalo main tangkap boneka, suka boneka?"tanya kak Lano yang menghampiri mesin tangkap boneka.
"Suka"
Lano menatap Moza dengan dahi berkerut. Moza seperti mengkhawatirkan sesuatu, entah apa itu. "Kenapa Za? Irit banget bicaranya, padahal tadi ngoceh mulu"
"Nggak kok"ujar Moza. Ia hanya takut Reon marah padanya karena tak memberi kabar hingga malam. Ponselnya yang terjatuh tadi kini habis baterai, dan Moza tak tau harus gimana setelah ini.
"Yaudah, mau coba main?"Moza mengangguk lalu memasukkan koin kedalam mesin itu.
Perlahan mesin penarik boneka itu bergerak, Moza menatap banyak boneka didalam mesin itu. Hingga tatapannya terjatuh pada boneka Sapi yang berukuran sedang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Childish And Cruel
Teen Fiction[ FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA ] "Reon... Moza kok laper ya?"-Moza "Ya makan"-Reon "Yaudah Reon beliin Pizza double keju Mozarella ya." "Beli sendiri sana" "Kok gitu? Kenapa harus Moza kalau ada Reon? " Jika saja Moza bukan perempuan, jika saja Moza...