[22]. Khawatir

41 5 2
                                    

Hargailah penulis selagi kamu membaca karyanya. Thank you.

Selamat membaca:)

✴✴✴

Moza membuka pintu rumahnya dengan perlahan, ia masih resah saat Reon belum juga muncul hingga bell pulang. Dan terpaksa ia harus menghubungi supir untuk menjemputnya,karena tak ingin pulang sendirian dengan keadaan berakhir seperti dulu.

"Huft ... Capeknya."

"Moza, sudah pulang? Tumben sekali nggak sama Reon, kemana dia?" tanya Aresta ada anak pertamanya itu. Karena ia sama sekali tak mendengar suara derum motor seperti biasanya.

"Hmm ... Nggak tau,"

"Loh."

"Udah deh ma aku capek, aku kekamar dulu ya?"

"Iya."

Moza menghempaskan tubuhnya dikasur tanpa melepaskan sepatu dan seragam yang masih menempel ditubuhnya itu."Huft ... Reon ... Reon ... Reon .... "

"Aduh ... Otak kenapa harus mikirin Reon mulu sih? pusing," gumamnya sembari memukul-mukul kepalanya.

🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄

Reon menatap jendela kamar disebelah rumahnya dengan diam tanpa mau beranjak sedikit pun sebelum melihat seseorang yang ia tunggu muncul dengan senyuman seperti biasanya.

Mungkin sudah dua jam lebih ia menunggu tanpa hentinya,sebenarnya bisa saja ia menemui Moza kerumahnya tanpa harus menunggu dengan cara seperti ini.Namun ia masih bingung harus melakukan apa jika ia nanti berhadapan dengan Moza nantinya.

Perkataan Adrian dan kata hatinya terus memenuhi otaknya sekarang, sebenarnya apa yang dialami Reon ini?.

Kenapa ia selalu se-khawatir itu jika menyangkut Moza,kenapa ia selalu bisa terlihat Possessive didepan Moza, dan kenapa ia selalu bisa menjadi bodoh hanya karena Moza bersikap manis.

Reon pusing jika memikirkan tentang apa yang ia rasakan, Moza adalah sahabatnya tidak mungkin jika ia menyukai gadis itu,jelas-jelas Moza hanya menganggap bahwa Reon adalah sahabat dan orang yang selalu akan menjaganya.

Ya seorang sahabat yang selalu menjaganya. Itulah pikiran Moza.

"Apa aku cinta sama dia?" pikir Reon.

"Hah! Nggak lah, nggak mungkin Reon. Dia cuma sahabat, sahabat!" Reon mengusap rambutnya kebelakang.

Ia terdiam sejenak lalu memutuskan untuk masuk kekamarnya karena tak melihat tanda-tanda bahwa jendela disebelahnya tak mungkin terbuka, dan menampilkan sosok yang ingin ia lihat sekarang.

"Huft ... Apa cinta buat orang kayak gini ya? Bikin pusing," gumam Reon menatap langit-lagit kamarnya.

"Ck ... Ck ... aku memang payah soal ginian."

🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄🐁🐄

Pukul 09.12

Pranggg....

Malam itu semua yang terkejut langsung berhambur keluar untuk melihat apa yang terjadi, namun Moza tak terusik sama sekali ia hanya berpikir bahwa mungkin itu pembantu yang tak sengaja memecahkan piring atau gelas.

Baru saja Moza akan masuk kembali kealam mimpinya, ia mendengar suara ketukan yang terus berulang kali. Ia pun
sembari menarik tangan Moza hingga ia sampai dilantai bawah.

Moza mengerutkan dahinya bingung, ia baru saja bangun lalu mendapat kabar seperti ini. Apa jangan-jangan suara pecahan kaca tadi,itu perbuatan oma.

Childish And CruelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang