"san!"
san nengok kemudian senyum begitu ngelihat siapa yang manggil dia. wooyoung melambai-lambai lucu dari jarak yang nggak begitu jauh dari dia.
"kemaren kemana? kok nggak kesini?" pancing san. wooyoung nyengir, "ketiduran. malemnya insom sih, jadi sorenya ngantuk banget."
san ngangguk-angguk. "kemaren itu... aku nggak tau kamu suka apa. jadi aku beliin itu. suka?"
"suka! favorit, malah." sahut wooyoung. jemari san mampir ke pipi wooyoung, narik gumpalan daging itu pelan. "gemesin banget, heh."
wooyoung terkekeh. "oiya, aku buka puasa sendirian hari ini."
san mengernyit, tmi banget. "terus?"
"nggak," geleng wooyoung. "cuma kasih tau aja."
gantian san yang terkekeh. oalah, ceritanya lagi ngode ini. sembari bersandar ke meja, san berujar, "iya, nanti kamu buka puasa disini aja. sama aku."
wooyoung? jangan ditanya. udah terbang nggak jelas karena kodenya ditangkap dengan baik.
━━━━・·❁·・━━━━
"nih," san nyodorin sebungkus es krim ke hadapan wooyoung. "gerah banget. emang paling enak makan es krim."
"makasih," wooyoung nerima es krim itu kemudian buka bungkusnya. digigitnya pelan sembari berujar, "udah lama nggak makan es krim."
san nggak nanggapin, sibuk sama es krimnya sendiri. wooyoung nengok ke san, "anteng banget, pak juragan."
"ngilu, woo." jawab san pelan. wooyoung ketawa. kirain kenapa, ternyata giginya ngilu.
setelah es krim masing-masing habis, mereka mulai cerita nggak jelas. tentang hobi, makanan kesukaan, penyanyi favorit, sampai ukuran sepatu. segitu asyiknya sampai nggak sadar waktu bergulir. udah waktunya shalat tarawih.
"pulang, yuk." ajak san. wooyoung sekilas cemberut. tapi buru-buru mengulas senyum. aslinya nggak rela pisah sama san. "bawa motor nggak?"
wooyoung ngangguk. "iya, bawa. tuh, di depan apotek."
"hati-hati," pesan san. tangannya mampir ngusak rambut wooyoung, bikin si empunya rambut tahan napas. wooyoung cuma ngangguk kaku, "o-oke!"
wooyoung berlalu dan san masih setia mandangin punggungnya.
"woo!" panggil san.
wooyoung noleh tapi nggak lantas ngehampirin san. dia berhenti di tempatnya, "ya?"
"besok habis tarawihan free?" tanya san. dilihatnya wooyoung ngangguk. san ngelanjutin, "ayo besok jalan!"
anggukan wooyoung bikin senyum san terbit.
━━━━・·❁·・━━━━
san bener-bener nepatin janjinya.
besoknya selepas tarawihan, cowok itu bener-bener nyamperin wooyoung buat diajak jalan. dari tadi san nggak berhenti senyum, bahkan changbin sampai waswas temennya ini ketempelan.
sementara san nunggu di luar, wooyoung masih sibuk hilir mudik ngaca. ngecek ada yang aneh nggak sama penampilannya. padahal tiap mau ngampus nggak segininya. mau pake kemeja bekas kemarin juga nggak urusan, yang penting pake baju. tapi ini beda. kan mau ketemu choi san, bukan pak santoso dosennya.
"atuh anak mudaaa," eunha bersandar di ambang pintu kamar adiknya. "biasanya teh ngampus pake kemeja bekasan kemaren. ini sok-sokan pake baju bagus. riweuh."
"teteh mah!" rengek wooyoung.
eunha geleng-geleng, "buruan atuh. itu udah ditungguin!"
wooyoung mendengus sembari nyemprot parfum. "berangkat dulu, teh." pamitnya.
"jangan malem-malem. teteh nggak mau bukain pintu kalo lewat jam 12."
"ih, atuh kayak cinderella!!" rengek wooyoung lagi. "molor dikit lah ya, teh. ya ya ya?"
"ada upahnya, dong."
"ih iya besok aku beliin martabak manis sama martabak telur. puas?!" sahut wooyoung. eunha ngangguk puas. "nah ini baru adik teteh. sana, hati-hati. selamat kencan, anak muda!"
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐀𝐓𝐄.
Fanfiction﹝c.san, j.wooyoung﹞ [ completed ] emang bener, ya, kata orang-orang. kalo jodoh itu emang nggak kemana. + ramadhan!au