san ketawa kecil. "soal lamarannya..."
wooyoung tanpa sadar mendengus. oh shit, here we go again.
"maaf karena aku nggak ada bilang apa-apa sebelumnya. tapi, kamu beneran ngira aku yang lamaran?" tanya san. ada nada nggak percaya yang nggak begitu kentara di kalimatnya tadi.
wooyoung menoleh, "kan emang kamu."
"pengennya sih gitu," san ketawa. "sayangnya bukan."
cowok itu melanjutkan, nggak peduli sama raut bertanya wooyoung. "jadi, kamu beneran ngira kalo aku yang lamaran?" ulang san lagi.
"ibu-ibunya bilang gitu. jadi aku percaya." kilah wooyoung. dia main-mainin es krimnya yang udah mencair, diaduk sedemikian rupa sampai warnanya tercampur semua kemudian buang wadahnya di tempat sampah nggak jauh dari kursinya.
"kamu pasti nangis semaleman," tawa kecil san kedengeran ngeledek di telinga wooyoung. tembakannya tepat, wooyoung nggak bisa mengelak. san melanjutkan, "kantung matamu nggak bisa bohong."
"siapa juga yang nangis." elaknya. "aku insom."
"iya insom. insom gara-gara kepikiran, dikiranya aku yang lamaran sampai akhirnya nggak bisa tidur." goda san. "sekarang udah percaya?"
"masih belum."
"ih kenapa," sahut san. "oke, yang lamaran mas sepupuku, namanya choi seungcheol. lagian, emang aku udah semapan apa sampai mau ngelamar anak orang? mahasiswa yang kerjaannya sambat kayak aku ini bisa apa?"
wooyoung masih diem, nggak mau menanggapi. lebih tepatnya, nggak tau mau nanggepin gimana.
"kamu pengen aku lamar, ya?" tanya san. dia natap wooyoung, yang ditatap justru berdecak sembari buka bungkusan pockynya. "ck, apa, sih."
"kalo gitu, ayo jadi pacarku dulu."
pocky di tangan wooyoung sukses mendarat di lantai.
mana tega aku bikin anak-anakku menderita hAHAHA
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐀𝐓𝐄.
Fanfiction﹝c.san, j.wooyoung﹞ [ completed ] emang bener, ya, kata orang-orang. kalo jodoh itu emang nggak kemana. + ramadhan!au