tujuan mereka malam ini nggak jauh-jauh dari minimarket, warung bakmi, dan angkringan.
ke minimarket palingan cuma beli minum dan ambil uang di atm. oh iya, sama beli masker karena baik san maupun wooyoung sama-sama meler kalo kedinginan. masker adalah jalan ninja.
"laper nggak?" tanya san. wooyoung nengok, "laper."
"mau makan apa?" tanya san lagi. dalam hati berharap banget kalo kata 'terserah' nggak akan meluncur dari bibir wooyoung. doanya terkabul. "ayo makan mie rebus. aku tau warung yang enak deket sini."
san ngelajuin motornya sesuai arahan wooyoung. tibalah mereka di depan warung bakmi yang lumayan rame. ternyata lokasinya nggak jauh dari sma san dulu. "kamu sering kesini?"
"iya, sama teteh."
san ngangguk-angguk, "tau sma deket sini? aku alumni sana."
mulut wooyoung membentuk huruf 'o', "sma favorit lho itu."
setelah sebuah tmi nggak penting tentang 'aku alumni sana lho', mereka segera masuk ke warung. takut nggak kebagian meja kalo nggak buru-buru. seramai itu.
"kamu mau apa, san?"
"mau kamu." maunya sih san jawab gitu, tapi yang meluncur dari mulutnya adalah, "mie rebus nggak pake kubis."
"kubis itu kol, kan?" tanya wooyoung. "ih padahal enak. apalagi kol goreng. favorit!"
san mengernyit. di otaknya langsung terbayang selembar kol yang digoreng kemudian diangkat dan disajikan sebagai lalapan berminyak. nggak banget, kata san. sebagai manusia yang anti makanan berminyak, san jelas menolak mentah-mentah setiap kali ditawarin kol goreng. mending juga bunga kol goreng tepung. ah, brokoli juga.
wooyoung pergi buat pesen, sementara san masih sibuk mikirin kenapa kol goreng itu eksis. kayaknya, san ini penganut sekte 'lo suka, tapi gue nggak'. kayak, san suka brokoli, temen-temennya enggak. san suka susu pisang, temen-temennya pada nggak doyan. san benci nori, yang lainnya suka banget. san suka wooyoung, wooyoungnya nggak tau gimana.
"emang enak, sih. tapi katanya bahaya." ujar wooyoung tiba-tiba sembari duduk di depan san. san mengernyit, "apanya?"
"kol goreng."
san senyum kecil. anak ini, masih aja dibahas.
"iya bahaya," timpal san. "kalo kamu makannya lewat hidung."
"san, serius atuh."
san terkekeh. "daripada kol goreng, aku lebih suka bunga kol goreng tepung. sama brokoli."
sebenernya sih lebih suka kamu. sambung san dalam hati.
wooyoung langsung pasang ekspresi 'apa-apaan brokoli goreng tepung, nggak banget'. "brokoli buat sop aja nggak doyan, apalagi digoreng."
"besok aku bawain tempura sayur." ujar san.
wooyoung nggak nanggapin karena pesenan mereka udah dateng. uapnya mengepul, bikin wooyoung cemberut karena nggak bisa langsung makan.
san senyum tipis dibalik kepulan uap bakminya. diam-diam mengamati wooyoung yang sibuk niup-niup makanannya sendiri.
lucu banget. tapi kalo nggak bisa dimiliki, buat apa?
mana effort-mu, bapak choi san?
━━━━・·❁·・━━━━
usai makan bakmi, jalan-jalan gabut mereka dimulai. mulai dari nonton sekumpulan orang busking di deket alun-alun, sampai foto-foto nggak jelas saking gabutnya. nggak kerasa, waktu bergulir cepat. hari udah hampir berganti.
"udah lewat tengah malem, pantesan laper lagi." keluh san. "angkringan mau nggak?"
"mau!" sahut wooyoung. "pengen sate usus."
san terkekeh lalu melajukan motornya. tadi kayaknya dia lihat ada angkringan yang masih buka. bisa-bisanya laper lagi begini. padahal nanti masih sahur juga.
"kamu nggak papa pulang lewat tengah malem gini?" tanya san, nggak enak juga karena udah berjam-jam 'nyulik' wooyoung. yang ditanya ngangguk singkat, "gak papa, atuh. aku kan bukan cinderella. kan tadi udah aku bilang juga, aku teh udah sering pulang lewat tengah malem. subuh-subuh baru balik juga pernah."
oh iya, san lupa wooyoung udah pernah cerita perihal 'jam kerja udah habis, eh, bukannya pulang malah kelayapan sampai subuh'.
tipikal jung wooyoung yang nggak bisa diem.
nggak banyak yang mereka obrolin ketika di angkringan. palingan cuma bahas kucing san yang dituduh hamilin kucing tetangga, tim bubur diaduk atau nggak, dan kenapa es krim yang viral karena habis comeback itu langka dan harganya selangit.
konversasi nggak penting, tapi cukup bikin senyuman di bibir keduanya enggan luntur. bahkan ketika motor san berhenti di depan rumah wooyoung.
"makasih, san!"
san ngangguk, tangannya mampir mengacak rambut wooyoung yang udah bebas dari helm. "kembali kasih, woo. pulang dulu, ya. sampai ketemu besok!"
wooyoung baru bener-bener masuk rumah ketika san udah nggak terjangkau pandangan matanya. sampai di dalam, cowok itu disambut eunha yang rebahan di sofa ruang tamu.
"loh kirain teteh udah tidur."
"nggak, teteh mah insom ini." jawab eunha. padahal matanya merah. wooyoung senyum ngeledek, tau kalo sebenernya eunha nungguin dia pulang.
"oh iya, itu teh hoodie saha kamu pake, heh?"
wooyoung mengamati pakaiannya kemudian tepuk dahi karena lupa balikin hoodie punya san. dia mencicit, "a-anu, teh, punya san. hehe."
"atuh lah anak mudaaa!" goda eunha. "besok teh jangan lupa dibalikin kalo habis dicuci."
"iya, teh. dah, mau bobok."
━━━━・·❁·・━━━━
wooyoung
sannn |
ini teh hoodienya lupa |
besok deh ya hbs dicuci aku balikin |san🐻
| haha iya santai woo
| tidur gih
| nite🌙wooyoung malah nggak bisa merem sampai pagi.
maaf ya, tapi aku adalah penganut sekte 'aku suka, tapi kamu nggak. kamu suka, tapi aku nggak'.
kirain berlaku buat makanan doang, ternyata berlaku juga untuk kisah cintaku aw.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐌𝐀𝐓𝐄.
Fanfiction﹝c.san, j.wooyoung﹞ [ completed ] emang bener, ya, kata orang-orang. kalo jodoh itu emang nggak kemana. + ramadhan!au