17. khawatir.

562 58 2
                                    

"Kepedulian adalah salah satu bentuk dari kasih sayang. Tapi apakah kepedulian mu merupakan kasih sayang? "

🕴🕴🕴🕴🕴🕴

"Man. Kok lo aneh sih?"
Tanya manusia yang berada di sebelah kanan Arman.

"Gue nggak aneh,yang aneh itu lo.
Kenapa juga lo harus tidur sama gue. Ini kan tenda gue."
Tukas Arman dengan perasaan dongkol. Dia memang tidak mau berbagi tenda pada siapa pun. Pasalnya ia suka kegerahan kalau malam-malam.

"Nggak udah ngegas juga kali. Gue kan lagi slek sama si Daniel. Soalnya dia mamerin pacarnya mulu. Bikin keki gue banget ,gue makin keliatan jomblonya."
Ungkap nya sambil menatap langit- langit tenda,meresapi rasa sakit akibat olokan Daniel padanya.

"Itu salah lo!"
Ucap Arman masih dengan mata terpejam.

"Lah, kok salah gue?"
Dia memalingkan pandangannya kearah Arman dengan tanda tanya di kepalanya .

"Karena lo itu masih jomblo chik."
Ucap Arman dengan nada pedas.

"Whhooaa..daebakk..Gue nggak nyangka ternyata mulut lo sepedas sambalado ayu ting-ting man."
Bukannya malah tersinggung dia malah takjub. Manusia yang ini memang sulit ditebak dalam artian.. ANEH. (Author lebih aneh)

"Tungu tunggu!
Bukannya sekarang lo itu jomblo juga?
Masak jomblo teriak jomblo sih."
Ucap Ferdi dengan bangga sambil menertawakan Arman yang sudah dengan posisi duduk.
Ya, manusia itu adalah Ferdi.

Arman menengok kearah Ferdi dengan tatapan membunuh nya.
Ferdi terkidik ngeri melihat mata Arman .

"Jiwa gue emang jomblo tapi hati gue kagak jomblo."
Tukasnya

Hahahaha...
Mereka tertawa lepas bersama.

"Man gawat!"
Tiba-tiba Daniel datang dengan wajah panik nya.

"Ada apa Niel?
Kok muka lu kayak abis berak dicelana? "
Tanya Ferdi sambil tertawa karena memang masih belum berhenti tertawa dari tadi.

"Ini bukan waktunya untuk becanda Fer."
Tukas Daniel.

"Si jelek dia sakit !"

Arman langsung beranjak dari tenda dengan tergesa-gesa. Dengan cepat ia ke arah tenda yang berjarak 2 tenda dari tenda nya .

Ia melihat Ningsih yang pucat dan Karla yang terlihat panik sambil mengompresi dahi Ningsih.

Dengan segera Arman memeriksa suhu tubuh Ningsih dengan mengecek seberapa panas dahinya.

"Sejak kapan dia kayak gini?"
Tanya Arman pada Karla yang duduk di sebelah kiri tubuh Ningsih.

"Gue juga nggak tahu, tiba-tiba dia langsung begini."
Ucap Karla sambil melihat Arman. Terlihat sekali guratan-guratan kecil di dahi Arman . Karla fikir Arman menyukai Ningsih .

"Hmm..
hah.? "
Mata Ningsih terbuka perlahan, ia kaget melihat semua orang ada disini. Walaupun sebagian dari mereka berada diluar tenda.

Ningsih langsung merubah posisinya menjadi posisi duduk. Ia langsung melihat kearah Karla dan Arman.

"Kalian kenapa? Apa ada sesuatu?"
Tanyanya ke Arman dan Karla.

"Kami kesini karena khawatir sama lo tau nggak ?"
Ucap Arman pada Ningsih. Sedangkan Ningsih terbengong-bengong karena ucapan Arman.

"Aku nggak tau tuh. "
Ucap Ningsih kepada Arman.

Cih..
Arman melengos pergi tanpa kata dari tenda itu.

Melihat Arman keluar, Vero pun masuk dan mengecek suhu tubuh ningsih.
"Kamu udah merasa mendingan?"
Tanya Vero kepada Ningsih.

"Aku nggak merasa sedang sakit." Ningsih tersenyum dengan bibir pucat nya.

"Kamu sakit Ningsih. Lain kali jangan bikin semua orang panik, oke.?"
Tegas Vero. Setelah melihat Ningsih mengangguk, ia beranjak menuju tendanya dan David.

"Ternyata disini banyak orang yang peduli sama lo ya Ning "
Suara Karla membuat Ningsih memalingkan wajahnya menuju Karla.
Ningsih hanya terdiam melihat sorot mata Karla yang merasa kagum.

"Hm. Aku merasa senang. Ternyata masih ada yang peduli padaku. Aku kira tidak ada yang peduli padaku."
Ningsih tersenyum.
....

3 hari 2 malam sudah berlalu.
Dan kami memutuskan untuk pulang sesuai janji kami ke ibu ku.
Dalam perjalan semua orang bernyanyi dengan riang.
David, Daniel, Ferdi, kak Vero dan. Karla.
Sesekali aku juga ikut bernyanyi bersama mereka.

Kecuali Arman, wajahnya tak terbaca.
Kadang ia tersenyum kalau melihat temannya. Kadang ia berhenti tersenyum kalau melihat ku.
Apakah aku mempunyai kesalahan padanya?
Perasaan aku tidak pernah membuatnya merasa marah.

Cukup Ningsih. Dunia ini bukan tentang Arman saja. Masih banyak yang harus kau pikirkan.
Misalnya tentang ibu. Apakah ia kelelahan? Apakah ia sudah makan?
Itu juga harus kau pikirkan.

Selama di dalam perjalan, selama itulah Arman tak memberi senyuman padaku.
Aku jadi merasa tidak enak hati.

"Assalamu'alaikum...
Kami pulang... "

"Wa'alaikumussalam..
Kamu sehat nak?"

" Aku sehat banget hari ini."
Aku mencium tangan ibu dan memeluk nya. Lantas sambil menunjukkan senyuman termanis untuk ibu ku.

Aku melihat ekor mata ibuk menuju Arman yang berada di belakang ku.
Dan aku juga melihat nya.

Wajahnya suram

Dia melihat kearah kami dan  tersenyum. Seperti senyuman paksaan.

"Bik. Aku pulang dulu ya."
Pamit Arman pada ibuku.

"Tunggu nak Arman!"
Arman berbalik badan kearah aku dan ibu.

"Terimakasih sudah menjaga Ningsih" Ucap ibuku pada Arman.

"Iya bik"

Ia berbalik dan melangkahkan kakinya menuju rumah tuan bos.

Aku tahu perasaannya.
Tuan bos beserta istrinya hanya pulang sebentar dan sesudah itu pergi lagi. Wajar saja ia terlihat murung seperti itu.

Hiks.. Aku ingin menangis melihat nya. Dia terlihat galak dan menyeramkan tapi yang ada dalam hatinya sedang rapuh. Arman, aku tahu kamu sedang tidak baik-baik saja. Kok aku jadi melow begini ya?

Huft.. Rasanya kesulitan hidup yang ku rasakan tak separah Arman. Walaupun sederhana dan sering di caci maki, aku masih merasa bahagia karena ada orang tua ku yang masih sayang padaku dan selalu mendukungku.
Salah satunya ibu.
Ternyata benar, dukungan orang tua memang sangat besar bagi anak-anak.

Aku dan ibu masuk kedalam rumah. dan aku menceritakan semua pengalaman ku saat kami di bukit.
Disana kami tidak hanya di area tenda. Tapi kami juga pergi mengunjungi tempat air terjun.
Kami berfoto ria dan mandi disana.
Menyenangkan sekali.

Tapi setelah kejadian itu, Arman tidak lagi bersikap baik padaku. Ia seperti mengacuhkan ku.
Ini sungguh membuat aku merasa tidak enak hati.
Apa aku harus minta maaf?
Lalu untuk kesalahan apa?

Next...






























































Ugly Girl (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang