28. drama

342 31 0
                                    

Ningsih pov

Ini liburan kita. Aku, kamu, dan Juana .

Setelah Arman mengucapkan kalimat itu aku sedikit merasa tidak enak.

Sebenarnya aku suka jika ada Juana diantara kami. Karena juana terlihat menggemaskan. Itu karena pipi nya yang Chuby,dan bibirnya yang mungil dan bulu mata lentik milik nya. inilah namanya bibit unggul . Bukan seperti ku yang dari bibitnya saja sudah hancur. Tapi tenang ..anak nya bu Tarsih dan pak Sukajih tidak akan tersulut semangat nya hanya gara-gara jelek. Diberi tubuh yang sempurna oleh Tuhan sudah cukup membuat ku untuk selalu bersyukur di pengaduan-Nya.

Kali ini kami pergi menuju kebun binatang. Karena kami pergi nya bersama Juana. Kalo bukan dengan Juana, tujuan kami mungkin lebih sekedar dari kebun binatang.
Tapi apalah daya soalnya Juana ngotot Pergi ke kebun binatang. Katanya mau lihat anak singa yang baru lahir.

Juana memang unik, ia sepertinya tidak takut sama binatang buas. Dia nggak tau saja binatang buas itu seperti apa, sekali dia  ngapp kita langsung ngepp. (Ko'it bin mati.)

Arman juga keliatan nggak takut sama sekali dengan anak singa. Liat saja dia mencoba memasukkan jari-jarinya ke dalam kandang agar mengelus bulu anak singa itu. Dia nggak tau saja tukang jaga kebun binatang mau melotot melihat kelakuan nya yang tidak takut sama sekali itu.

Kalo aku sendiri sedikit menjauh dari kandang anak singa itu. Aku nggak tau saja kalo induk singa sudah melihat jari-jarinya Arman.

"Mas, tolong tangan mas jangan di masukin ke dalam kandang singa . Entar dimakan singa. Sedikit menjauh ya mas. "
Ucap tukang jaga kebun binatang dengan serius.
Arman menarik jarinya keluar dan mencoba melihat Juana yang tertawa cekikikan karena ulahnya.

Lihat lah mereka itu, Arman terlihat menyayangi Juana hingga aku terabaikan disini sendiri. Maklum kacang tanah .
Arman melihat kearah ku dan menarik tangan ku agar mengikuti mereka ke tujuan selanjutnya. Melihat buaya.

"Arman. Aku takut sama buaya."
Ucap ku padanya.

Dia menatapku dengan tatapan tanya.
Kenapa?

"Soalnya aku takut di sakiti."
Ucap ku mendramatis.

Pffttt..
Hhhh...

Dia tertawa mendengar candaan ku.

"Khhha.. Tante lebay amat.:)
Tawa Juana kepadaku.

"Juan, panggil aku kakak bukan tante. Usia kakak masih dibawah umur buat dipanggil tante, sayang. "
Ucap ku kepadanya. Sedari tadi dia terus memanggil ku tante. Dasar bocil, untung lah dia masih kecil.

"Kenapa? Lo cocok kok dipanggil tante. Iya nggak yuan?"
Ucap Arman dengan sedikit tertawa menggoda ku.

Apa apaan ini? aku ternistakan.
Aku sedikit kesal dengan nya.

Setelah dikandang buaya, Arman dan Juana memberi makan buaya dengan ayam hidup.

Oh ayam, maafkanlah kami karena mengorbankan kamu untuk jadi tumbal. Tapi ingatlah perjuangan mu yam. Tanpa mu buaya itu tak akan tumbuh besar. Terimakasih untuk ayam-ayam yang sudah berkorban demi buaya.

Setelah memberi buaya makan. Kami pergi ke kandang ular, harimau, lumba-lumba,serta kandang sapi.
Dari semua pilihan binatang nya Juana, aku hanya menyukai lumba-lumba. Oh tuhan selera anak ini menyeramkan.

Setelah keluar dari kebun binatang, kami jalan menuju parkiran mobil.
Mataku melihat penjual es krim. Aku langsung berpikir untuk membeli es krim itu.

"Sebentar ya Man. Aku pengen beli sesuatu. "
Ucap ku tanpa menunggu persetujuan Arman aku sedikit berlari dan membeli dua es krim.
Untukku sendiri dan Juana. Arman mah nggak usah es krim soalnya dia nyetir.

"Juan. Ini buat kamu."

Juana menatap ku dengan tatapan berbinar.
Seperti nya ia terharu.

"Makacih kak. Boleh tukal es klim?
Yuan pen rasa strawbeli. "
Ucapnya dengan pupy eyes.. Uhh.. Ngak tega.

Aku pun menukar es krim milik ku dengan nya.

"Punya gue mana? "
Pinta Arman dengan tatapan meminta.

"Beli sendiri lah."
Ucap ku.

Cukup tega untuk ukuran seseorang yang sudah pacaran. Dia sendiri tadi selalu mengolok ku karena kalah sama Juana. Kini aku balas dendam sama dia.

......

Arman pov

Setelah berkeliling di kebun binatang kami menuju tempat makan untuk mengisi perut agar tidak ting gegenting.

Gue sebagai kepala keluarga harus bertanggung jawab kepada anak istri gue. Kenapa gue memikirkan anak istri pas liat mereka berdua ya?
Arman.. lo itu masih remaja. Walaupun lo sudah bisa menghamili seorang wanita dan menghasilkan bibit unggul . Tapi lo itu belum dewasa dan belum siap untuk berkeluarga.
Gue menggelengkan kepala gue merasa geli pada diri sendiri.

Hari sudah mulai sore,matahari sudah enggan untuk bersinar lebih terang karena dia kelelahan seharian. oleh karena itu matahati akan terbenam dan langit akan menjadi gelap. Sebelum langit menjadi gelap, gue harus sampai dirumah soalnya tante gue pasti akan meneror gue.
Tadi rencana gue pulangnya nggak perlu kesorean soalnya tante gue mungkin akan di jemput om untuk pulang.
Tante memang sering ke rumah gue, entah karena apa dan entah untuk apa. Setiap gue tanya, jawabannya ini urusan kakak beradik.
Bodoh lah.gue tahu yang di maksud tante adalah mama gue.
Jadi gue nggak mau ikut campur.

Gue melirik kaca spion mobil dan melihat ningsih yang memakan ee krim nya dengan nikmat. Dia lucu dan apa adanya. Gue jadi suka lagi dan lagi dengannya.
.....

"Mama..papa... "
Suara teriakan Juana senang dengan kehadiran papanya.
Om gue tersenyum dan langsung memeluk Juana.
Ah gue iri, karena gue nggak pernah digituin pas masih kecil.
Mereka benar-benar keluarga yang bahagia.
Gue mencoba untuk tersenyum dan terlihat tidak apa-apa

"Om kapan dateng?"
Tanya gue kepada om gue sambil menyalami nya.

"Arman?"
"Oh paman baru saja dateng kok. Kamu apa kabar Man. Sudah lama sekali om nggak liat kamu. Kamu makin tampan aja Man."
Senyuman om gue terlihat seperti menyembunyikan luka.

"Terimakasih om, tapi om baru ketemu sama gue beberapa bulan yang lalu. Nggak sampai 1 tahun kok om."
Cengir gue merasa aneh dengan kelakuan om gue. Padahal biasanya dia akrab dan orangnya ramah.

"Arman. Ada yang pengen mama omongin."
Ucap mama gue yang tiba-tiba muncul dari tangga. Untuk seperkian detik gue bengong dan tidak tahu berkata apa.
Mama gue ternyata bisa pulang jam segini. Padahal biasanya dia pulang larut malam.

Ehmm.. Deheman seseorang juga mengagetkan gue. Tumben banget keluarga ini lengkap padahal biasanya sepi seperti kuburan.

Gue berdecak dan ingin pergi ke kamar gue.
Tapi tangan gue di cegat oleh seseorang.

Om? Kenapa om gue menatap gue dengan rasa iba. Apa ada yang salah?

"Arman..maafin ibu nak."
Tante gue bilang apa, gue nggak salah denger?
Ibu? Ini pasti sandiwaranya tante.

"Tan.. Kok tumben banget tante bilang ibu. Tante kan tante gue bukan ibu gue."
Ucap gue dengan kekehan.

"Arman pergi dulu ya!
Lebih baik kalian ngobrol aja. Gue nggak mau ikut campur urusan orang tua. "

"Nggak boleh arman."
Mama menitik kan air mata. Dan memeluk gue. Gue membeku.. Ini pelukan yang keberapa kali setelah beberapa tahun lalu?

Gue terdiam dan merasakam hangat pelukan mama. Tapi gue gengsi untuk membalas pelukannya.

Gue melihat kearah tante gue , ingin mengadu ada apa ini sebenarnya. Tapi matanya berkaca-kaca,hampir saja bulir air mata itu jatuh. Deg.. Hati gue sakit..

Tunggu ini drama apa? Gue bertanya-tanya dalam benak gue.

Next...































Ugly Girl (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang