2

1.6K 207 1
                                    

Doyoung mendorong gerbang rumahnya dan kembali menaiki mobilnya. Mobil hitam Doyoung memasuki garasi rumahnya dan berhasil diparkirkan dengan baik. Setelahnya, mobil putih susu milik Jaehyun masuk.

" Masukkan saja ke dalam," kata Doyoung melihat kaca mobil Jaehyun terbuka. Jaehyun yang baru hendak bertanya mengangguk dan memarkirkan mobilnya di depan mobil Doyoung. Sementara itu, Doyoung menutup kembali gerbang rumahnya.

Jaehyun membawa mobilnya sendiri jadi Doyoung tidak perlu satu mobil dengannya. Doyoung bersyukur akan hal tersebut.

" Selamat datang," sambut Doyoung di depan pintu rumahnya.

" Terima kasih," balas Jaehyun sambil tersenyum.

Sebenarnya Doyoung bingung. Ia sendiri merasa canggung berhadapan dengan Jaehyun. Jika bukan karena alasan sopan santun, ingin rasanya Doyoung tak menyambut Jaehyun di rumahnya. Tapi mau dikata apa lagi? Ia pemilik rumah dan Jaehyun tamunya. Tamu yang baru dari perjalanan jauh dan dititipkan orang tuanya padanya.

Anjing Doyoung datang dan menggonggong pada Jaehyun. Anjing itu menggigit celana Jaehyun dan menarikinya.

" Maaf."

" Tidak masalah, Milo baru pertama kali bertemu denganku," kata Jaehyun lembut.

Doyoung tidak membalas apapun. Doyoung meletakkan tasnya di meja kecil terdekatnya lalu menggendong anjingnya. Sambil menggendong Milo, Doyoung berjalan ke salah satu kamar.

" Kau bisa menempati kamar ini," kata Doyoung sambil membuka pintu kamar tersebut. Doyoung memasuki kamar. Ia menelusuri kamar tersebut, memeriksa apakah ada yang bermasalah. Jaehyun masih di depan pintu kamar dan mengamati rumah Doyoung. Setelah memastikan semua baik-baik saja, Doyoung keluar dan berkata, " Make yourself at home."

.

.

" Mau kemana, Doyoung?" Jaehyun bertanya sambil menutup pintu kamarnya. Doyoung terlihat seperti bergegas dan akan keluar rumah.

" Supermarket. Maaf aku lupa memasakkan makan malam untukmu," kata Doyoung sambil mengambil mantelnya. " Kalau kau sudah lapar, aku bisa memesankan makanan sekarang."

Harus menjadi tuan rumah yang baik kan?

" Tidak. Aku bisa menunggu," kata Jaehyun sambil memasukkan tangan kanannya ke saku celananya.

" Baiklah. Aku pergi dulu."

Doyoung menuju pintu yang langsung menuju garasi rumahnya. Ia melupakan sesuatu. Tak perlu berjalan ke ruang tamu, ternyata Jaehyun mengikutinya.

" Aku akan mengantarmu," kata Jaehyun yang memegang kunci mobilnya.

" Tidak, tidak perlu. Keluarkan saja mobilmu," jawab Doyoung cepat. Doyoung berjalan menuju gerbang rumah kemudian membukanya. 

Mobil Jaehyun berhenti di pintu gerbang. Kaca mobil terbuka dan Jaehyun mendekatkan kepalanya ke kaca yang terbuka. " Aku antar. Aku juga ingin membeli beberapa barang."

Doyoung diam. Ia tentu ingin menolak. Namun takut menjadi percakapan panjang, akhirnya Doyoung menutup kembali gerbangnya. 

" Baiklah."

.

.

Doyoung dan Jaehyun sudah sampai ke tempat parkir supermarket. Sepanjang jalan tadi sepi. Perbincangan hanya sebatas pada Jaehyun bertanya akan ke mana dan Doyoung menjawab tujuannya.

Tadi kata Jaehyun, ada yang ia ingin beli. Apakah tidak ada di supermarket ini? Doyoung heran sebab yang ia temukan adalah Jaehyun yang hanya mengikutinya sepanjang jalan.

Doyoung mendorong trolinya ke bagian makanan mentah. " Apakah tidak masalah dengan bahan mentah? Maksudku, mobilmu bisa bau, kau tahu," tanya Doyoung enggan menyebut nama Jaehyun.

" Beli saja sesukamu. Aku tidak masalah," jawab Jaehyun yang berdiri di samping Doyoung.

Doyoung memilih daging cincang segar yang baru saja dikeluarkan oleh petugas dari mesin penggiling, memasukannya ke dalam plastik, kemudian pergi ke meja penimbangan. Selesai dengan daging sapi tersebut, Doyoung pergi ke bagian ayam. Kali ini ia mengambil yang sudah dikemas dengan plastik dan styrofoam. Doyoung pergi ke bagian daging ikan. Ia mengambil beberapa ikan namun ikan gurame adalah tujuan utamanya. Seingatnya Jaehyun suka gurame asam manis.

" Malam ini kau ingin makan apa?" tanya Doyoung tanpa menoleh. Ia lebih memilih melihat-lihat udang. Semua sama seperti ayam, sudah dikemas dengan plastik dan styrofoam. Mungkin karena virus, pikir Doyoung. 

" Apa saja. Terserah padamu, aku akan memakannya," jawab Jaehyun. Jaehyun mengambil salah satu kemasan dengan melewatkan tangan kirinya di depan wajah Doyoung. Jantung Doyoung berdegup kencang karena tubuh Jaehyun yang mendekat—sangat dekat hingga mungkin dapat dikatakan sedikit menempel— dengan tiba-tiba tersebut.

" Boleh kuambil yang ini?" Jaehyun mengangkat kemasan dengan ukuran udang yang relatif besar.

" Ya," jawab Doyoung yang masih setengah terkejut.

Doyoung melanjutkan acara mari berbelanja untuk satu minggu mendatang-nya. Sayur, bumbu dapur, daging, beras, dan lainnya sudah ia ambil. Tentu sudah izin pada Jaehyun karena biar bagaimanapun barang-barang itu akan masuk ke bagasi mobil Jaehyun. Tidak hanya kebutuhan dapur, ia juga mengambil beberapa cemilan karena ia tahu lidahnya nakal di malam hari. Setelahnya ia ke meja kasir dan membayar.

" Kau sudah mendapatkan barangmu?" Doyoung bertanya karena ia tidak melihat apapun dibeli oleh Jaehyun. Jaehyun sempat tersentak namun kembali tenang. " Ah, ya. Aku lupa. Tunggu sebentar," kata Jaehyun lalu pergi.

Doyoung melihat Jaehyun kembali dengan plastik di tangannya yang entah isinya apa. Doyoung tidak berniat mencari tahu. Lagipula tidak ada keharusan bertanya, pikirnya.

Saat Doyoung akan keluar menuju pintu utama, Jaehyun menghentikannya dengan memanggil namanya. " Ada apa?" Doyoung berbalik ke arah Jaehyun.

" Ayo makan malam di sini. Aku sudah lapar."


KarantinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang