8

957 112 4
                                    

Sore itu Doyoung duduk memperhatikan Milo yang sedang berputar-putar dan berlarian mengejar lalat. Ia cukup lelah setelah membersihkan rumah  dan mengurus pekerjaannya. Doyoung duduk kemudian beranjak dari posisi jongkok menuju tempat duduk yang berada di halaman belakang. Ia memperhatikan Milo yang sepertinya kehilangan jejak lalatnya.

Ia mendengar pintu belakang terbuka. Jaehyun datang membawa minuman. " Sepertinya kau kelelahan?" Jaehyun memberikan minuman tersebut.

" Terima kasih."

" Kau bisa meminta bantuan padaku untuk apapun."

" Ya, baiklah," jawab Doyoung singkat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

" Ya, baiklah," jawab Doyoung singkat. Ia tahu jika ia menjawab seperti 'tidak, terima kasih" atau 'tidak perlu', perbincangan akan semakin terbuka dan Jaehyun pasti berkeras hingga Doyoung menyetujuinya.

Jaehyun mengerti. Mungkin Doyoung masih belum bisa terbiasa padanya. Ia mengikuti arah pandang Doyoung. Milo seperti melompat-lompat kemudian berlari. " Apa yang dia lakukan?"

" Mengejar lalat."

" Milo anjing yang lucu." Jaehyun melirik pada Doyoung sekilas. " Jadi apakah dia pernah bertemu dengan ibunya lagi?"

Saat mereka masih menjalin hubungan, Doyoung pernah bercerita tentang anjingnya yang bernama Milo. Ia mendapatkan Milo dari salah satu temannya. Temannya merasa tidak sanggup mengurus semua anak anjingnya jadi keluarga Doyoung mengadopsi satu. Saat Milo akan diambil, ibu anjing itu seakan tak rela. Mereka memperhatikan keduanya. Ibu Milo mengeluarkan suara yang orang-orang sekitarnya yakini adalah tangisan.

" Tidak. Aku dan keluargaku tak pernah mempertemukan mereka lagi. Lagipula temanku sudah pindah rumah yang jauh."

Doyoung menyesap coklat panasnya. Rasanya sama seperti yang ia sering buat dulu. " Kau mendapat bubuknya dari mana?"

" Supermarket waktu itu." Jaehyun mengembangkan senyumannya lagi. " Kau suka?"

Doyoung mengangguk ragu. " Ya."

" Apakah takaranku sudah pas dengan takaranmu? Dulu kau mengomel karena aku menuangkan terlalu banyak bubuknya. Kau bilang terlalu kental dan terlalu manis."

Bagaimana bisa? Seingat Doyoung tidak ada panduan detail di kemasan tersebut dan lagi Doyoung memiliki resepnya sendiri. " Ya, sudah pas. Terima kasih."

.

.

Keesokan harinya, Doyoung memasukkan pakaian kotornya ke dalam mesin cuci. Ia menyandarkan satu tangannya di mesin cuci yang sudah mulai menyala sementara tangan lainnya memegang ponsel. Ten menceritakan keluhannya. Ia kesal karena keluarganya kurang bekerja sama dalam urusan rumah. Ten bilang ia lelah. Ten memang tinggal bersama keluarga besarnya. Ada nenek, kakek, dan keluarga kecil pamannya di sana. Anak-anak pamannya lah yang membuatnya sering naik pitam. Susah diatur dan tak pernah mau membereskan mainan mereka, kata Ten. Sambil mendengar Ten yang berbicara melalui ponsel, Doyoung merasakan langkah kaki menuju ruang binatu. Benar saja, Jaehyun membawa pakaian kotornya. Tatapan mereka bertemu.

KarantinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang