5

1K 136 7
                                    

Kini giliran Jaehyun yang menepikan troli penuh belanjaan mereka. Mereka memilih restoran yang berbeda dengan kemarin.  Mereka memilih duduk di meja yang tidak begitu jauh dari pintu restoran.

" Biarkan aku yang membayar kali ini," kata Doyoung begitu ia meletakkan tas ke sampingnya.

" Aku yang mengajak, aku yang membayar," tolak Jaehyun.

" Kau sudah membayar yang kemarin."

" Kau yang membayar belanjaan yang kemarin."

" Ya, dan hari ini kau yang membayar belanjaannya. Makan malam ini bagianku."

" Aku yang mengajakmu, aku yang akan membayar," ulang Jaehyun.

Doyoung menghela napasnya. Mata mereka masih saling bertatapan. Kedua tangan Doyoung bersedekap di bawah dada sementara kedua tangan Jaehyun diletakkan di atas meja menahan beban tubuh atasnya. Memang susah untuk menjawab Jaehyun. Jaehyun dengan kekeraskepalaannya masih sama.

Jaehyun melihat pramusaji yang mendekat. " Pilihlah dengan nyaman. Jangan memikirkan hal lain."

Doyoung mengambil menu yang diserahkan pelayan dan memilih makanannya. Seperti biasa, ia akan memesan air putih sebagai minumannya.

" Kau yakin tidak mau yang lain?" tanya Jaehyun saat mendengar Doyoung meminta air putih.

Doyoung menggeleng.

" Jus?"

Doyoung terdiam. " Baiklah, jus alpukat."

Doyoung selesai dengan pesanannya. Jaehyun juga sudah selesai lalu menyerahkan kertas pesanan dengan beberapa makanan yang ditulisnya. Pelayan tersebut mengulang pesanan meja mereka.

" Kau memesan sebanyak itu?" tanya Doyoung sesaat setelah pramusaji menyuarakan pesanan Jaehyun.

" Anggap saja pesta sebelum dikurung," kata Jaehyun berusaha melucu.

Doyoung tidak menanggapi Jaehyun. Ia mengatakan terima kasih pada pelayan tersebut.

Hening kembali terjadi di antara mereka. Mereka berdua sama-sama diam. Betul-betul diam. Tidak berbicara ataupun memainkan ponsel mereka. Mereka hanyut dalam pikiran masing-masing.  Mereka pernah bersama di restoran franchise ini pada cabang yang lain.

Kegiatan yang mereka lakukan terusik oleh dua orang pramusaji yang membawa hidangan mereka. Mereka membantu dua pramusaji tersebut untuk menata letak hidangannya. Setelah selesai, kedua pramusaji tersebut mengundurkan diri.

Setelah memandang berbagai hidangan yang tersaji di depan mereka, Doyoung semakin yakin. Semua hidangan ini, kecuali makanan yang ia pesan barusan, adalah hidangan yang sama dengan hidangan yang tersaji di atas meja kencan pertama mereka. Gurame asam manis besar di tengah, cah kangkung, ayam bakar kecap, sate ayam, karedok, dan tempe yang ditemani sambal khas restoran tersebut. Semua sama.

Berusaha mengabaikan fakta tersebut, Doyoung meminum air putihnya terlebih dahulu sebelum mengambil sendoknya.

" Selamat makan," kata Jaehyun.

" Selamat makan," balas Doyoung.

.

.

Seperti déjà vu, mereka kembali memindahkan belanjaan ke mobil lalu Jaehyun akan meletakkan troli pada areanya. Bedanya, setelahnya Doyoung tidak langsung masuk ke mobil. Ia berkata ia ingin ke toilet sebentar. Jaehyun menunggu di dalam mobil.

" Maaf lama," kata Doyoung setelah duduk di samping Jaehyun.

" Tidak masalah," balas Jaehyun.

Doyoung menarik sabuk pengamannya. Tidak, tidak berhasil. Sabuk tersebut hanya bisa tertarik sekitar 10 cm.

" Biar aku bantu."

Belum sempat menjawab, Jaehyun sudah mendekat. Doyoung terkesiap saat wajah Jaehyun sudah di depannya. 

Ini. Momen ini. Mereka pernah berada pada momen yang sama. Penyebabnya pun sama. Saat Jaehyun baru mendekatkan diri pada sisi samping Doyoung, Doyoung tanpa sadar menoleh dan bibir mereka bersentuhan. Sebentar, hanya sebentar, hanya kejadian tak disengaja. Doyoung langsung memundurkan kepalanya. Jaehyun masih diam di tempat. Matanya memandang mata Doyoung yang terkejut. Kemudian, matanya turun pada bibir Doyoung. Jaehyun menempatkan tangan kanannya pada kursi Doyoung, di samping bahu Doyoung. Perlahan, Jaehyun mendekat dan kembali mempertemukan belah bibir mereka. Mereka melakukannya dengan lembut.

Setelah yakin sabuk tersebut sudah dapat ditarik dengan benar, Jaehyun mendapati Doyoung yang terdiam. Mereka berdua mengingat momen tersebut. Jaehyun mengembalikan sabuk tersebut. Ia memindahkan tangannya ke samping bahu Doyoung. Matanya memandang Doyoung.

Doyoung memundurkan kepalanya. " Terima kasih." Ia tidak mau momen waktu itu terjadi.

Jaehyun memposisikan tubuhnya seperti semula. " Sama-sama."

.

.

Doyoung dan Jaehyun memindahkan barang dari mobil ke daput. Doyoung tidak sempat menolak. Mulutnya seperti membeku. Setelah semua selesai dipindahkan, Doyoung menata sebagian di kulkas lainnya karena kulkas yang satunya sudah penuh. 

Saat Doyoung akan memasukkan sayuran, Jaehyun berdiri di dekat meja dapur. " Aku mau mandi," katanya sambil menunjuk kamar mandi.

" Ya, silakan," balas Doyoung berusaha tenang.

Malam itu seperti dugaan Jaehyun di mobil, terasa lebih canggung dari sebelumnya. 

Saat Doyoung lewat sambil menggendong Milo, Jaehyun memanggil Doyoung. " Bolehkah aku memasukkan barangku ke dapurmu?"

" Ya, lakukan saja," kata Doyoung.

Sebelum Doyoung menaikki tangga, Jaehyun berkata, " Terima kasih untuk hari ini."

Doyoung mengelus punggung Milo. " Terima kasih juga."




.

Ey aku ngetik apa iniiiiii. Kenapa ada kicing-kicing 😂


Fyi, aku mau buat spin off dan reboot-nya Karantina. Pairingnya bukan Jaedo lagi pastinya. Ceritanya juga beda. Next chapter aku kasih teasernya

 Next chapter aku kasih teasernya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bhaaay

KarantinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang