3

1.3K 186 1
                                    


Jaehyun mengambil buku menu berwarna hitam dan menyerahkannya pada Doyoung. Mereka memilih tempat di dekat pintu restoran, duduk di samping kaca bening yang memungkinkan mereka memantau troli belanjaan. Setelah Doyoung memesan makanannya, Jaehyun menyebutkan pesananannya pada pramusaji di sampingnya.

" Minumanmu hanya air putih saja?" tanya Jaehyun. 

" Ya, air putih saja cukup," jawab Doyoung.

" Masih seperti dulu ya?" kata Jaehyun sambil terkekeh. Kalimat Jaehyun hanya dibalas senyuman kecil dari Doyoung.

Setelah pramusaji pergi, mereka kembali terjebak dalam keheningan. Doyoung memilih diam memandang ke kegiatan di balik kaca bening. Jaehyun terlihat seperti menimbang-nimbang akan berkata apa. Ia ingin bercakap-cakap dengan Doyoung dengan santai, namun ia sadar mungkin memang seperti inilah yang akan terjadi. Pertemuan terakhir mereka tidak baik, sangat tidak baik. Jaehyun menyesali itu.

Pramusaji meletakkan pesanan mereka dan menatanya di atas meja. Jaehyun dan Doyoung memang akhirnya hanya diam. Pramusaji tersebut menanyakan apakah ada yang mereka butuhkan lagi. " Ada tambahan?" tanya Jaehyun. " Tidak, terima kasih," jawab Doyoung pada pramusaji dengan ramah.

" Bagaimana pekerjaanmu?"

" Baik," jawab Doyoung tidak ingin panjang-panjang.

" Hubunganmu dengan Ten sudah membaik?"

" Kami sudah membicarakan hal itu. Kesalahpahaman sudah diselesaikan dengan baik."

" Senang mendengarnya," kata Jaehyun lalu menatap Doyoung yang sudah fokus kembali pada hidangan di depannya. Ia ingin menanyakan sesuatu. Mungkin tidak sekarang, pikir Jaehyun. Ia tidak ingin menambah kecanggungan di antara mereka terutama dalam waktu ini.

" Kau kembali ditempatkan di sini atau hanya sementara saja?" tanya Doyoung.

Jaehyun cukup kaget dengan pertanyaan itu. " Ya, aku kembali ditugaskan di sini. Kurasa untuk waktu yang lama dengan kemungkinan tidak dipindah-pindahkan lagi."

Doyoung mengangguk-angguk lalu meminum air putih dalam kemasan botol berukuran 600 ml. " Aku sudah selesai." Saat Doyoung akan beranjak berdiri, Jaehyun menahannya. " Biar aku saja," kata Jaehyun lalu langsung berdiri. " Baiklah, aku keluar lebih dulu," balas Doyoung mengambil tasnya.

Jaehyun berjalan menuju Doyoung setelah membayar hidangan mereka. Ia melihat Doyoung sudah siap dengan troli belanjanya.

" Ini," Jaehyun menyerahkan bungkusan pada Doyoung , " kau suka lava cake kan?"

Doyoung mengangguk dan meletakkan bungkusan tersebut ke troli.

" Dan ini es krim coklat-vanilamu," Jaehyun menyerahkan es krim tersebut, " tiga lapis cone seperti biasa."

" Terima kasih," ucap Doyoung lalu mengambil es krim tersebut.

" Sama-sama," balas Jaehyun.

Sesampainya di parkiran, Jaehyun membantu Doyoung memindahkan belanjaan dari troli ke bagasi mobil. Mereka menata belanjaan itu bersama. Setelahnya, Jaehyun memindahkan troli ke area troli terdekat.

" Maaf belanjaanku sangat banyak," kata Doyoung setelah mereka sudah di dalam mobil.

" Tidak masalah, Doyoung."

.

.

Doyoung keluar dari mobil Jaehyun lalu membuka pintu gerbangnya. Sebenarnya ia ingin mengeluarkan mobilnya terlebih dahulu agar besok pagi ia dapat langsung mengeluarkan mobilnya. Namun, hari ini Jaehyun pasti sudah kelelahan akibat perjalanan jauh. Doyoung memutuskan membiarkan Jaehyun langsung masuk dan memarkir mobilnya ke garasi. Kemudian, Doyoung menutup kembali gerbang dan membuka pintu yang menghubungkan langsung garasi ke dalam rumah.

" Kau bisa maju sedikit? Kurasa tidak cukup untuk membuka pintu bagasi," kata Doyoung setelah mengetuk kaca mobil Jaehyun. " Ah, ya. Aku lupa, maaf," balas Jaehyun lalu memajukan mobilnya sedikit. Ia turun lalu membantu Doyoung memindahkan barang ke dapur.

" Biar aku saja," tolak Doyoung. " Tidak, biarkan aku membantu," Jaehyun berkeras. Doyoung akhirnya membiarkan mereka memindahkan barang bersama. Doyoung menata belanjaannya. Setelah semua sudah pindah ke tempat penyimpanan dan tertata dengan rapi dan tepat, Doyoung meletakkan bungkusan lava cake dari Jaehyun ke meja dapur.

 Setelah semua sudah pindah ke tempat penyimpanan dan tertata dengan rapi dan tepat, Doyoung meletakkan bungkusan lava cake dari Jaehyun ke meja dapur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ia membuka bungkusan itu. Di dalam bungkusan itu ada dua kotak. Satu kotaknya berisi enam kue, total semuanya satu lusin. Wow, pikir Doyoung. Ia melihat Jaehyun yang baru keluar dari kamar mandi. 

" Kau mau? Ini banyak sekali," tawar Doyoung. Biar bagaimana pun yang membeli kue-kue itu adalah Jaehyun. Mata Jaehyun mengikuti tangan Doyoung. " Ya." Ia sedikit menyeka rambut basahnya dengan handuk kecil lalu duduk di depan Doyoung. " Terima kasih," katanya sambil mengambil salah satu kue tersebut. " Tidak, aku yang terima kasih," kata Doyoung. " Baiklah. Sama-sama untuk yang kedua kalinya," balas Jaehyun.

" Sepertinya aku harus menggosok gigiku lagi," kata Jaehyun setelah menghabiskan kuenya. 

" Kau mau lagi?" tanya Doyoung menyodorkan kotak kue.

" Tidak, sudah cukup. Untukmu saja," kata Jaehyun mendorong kotak tersebut.

" Baiklah," kata Doyoung menutup kotak yang tinggal berisi tiga kue tersebut. Ia kemudian menyimpan kotak itu dan kotak satunya ke lemari pendingin. Jaehyun masih di sana memandang Doyoung dari tempat duduknya.

Doyoung meraih kunci dan membuka pintu belakang. Milo dengan cekatan menghambur padanya. Doyoung segera menggendong Milo dan mengambil tempat makannya yang sudah kosong. " Maaf aku lupa membuka pintu untukmu," katanya pada Milo. Milo menyalak dan berusaha menjilati pipi Doyoung.

" Kau tidak memberikannya snack? Maksudku, seperti biskuit kering atau apalah," tanya Jaehyun yang tiba-tiba sudah berjarak satu meter di belakang Doyoung. Hal tersebut sedikit membuat Doyoung tersentak.

" Dia tidak suka. Milo hanya mau memakan daging dan menggigiti tulang. Untuk itu, aku harus selalu menyetoknya. Anjing ini tidak mau selain itu."

" Wow, kau manja ya," kata Jaehyun gemas dan menepuk-nepuk kepala Milo. Milo menyalak pada Jaehyun diikuti geraman. " Sepertinya dia tidak suka padaku."

" Itu karena baru bertemu. Mungkin dalam seminggu ia akan jinak," kata Doyoung lalu teringat sesuatu. " Ah, maksudku dia perlahan akan terbiasa pada orang lain dalam waktu satu minggu."

.

.

Doyoung mematikan lampu dapur dan hendak naik ke atas. Sebelum menaiki tangga, ia mendengar Jaehyun berkata, " Selamat malam, Doyoung. Tidur yang nyenyak."

" Kau juga. Istirahatlah," balas Doyoung dengan ragu lalu menaiki tangga.



KarantinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang