9

981 111 1
                                    

Jaehyun duduk di pinggir kasurnya. Ia menatap lantai dengan kedua tangan berada di lututnya. Ibunya tadi menelpon tak lama setelah Jaehyun mengambil ponselnya dari tangan Doyoung. Ibunya menuntut penjelasan padanya. Mau tak mau, Jaehyun menjelaskan. Cukup rinci karena ibunya betul-betul ingin mengorek informasi. Ibunya cukup kesal karena Jaehyun tak pernah menceritakan ini sebelumnya. Setelah menjelaskan dan menerima omelan dari ibunya, Jaehyun meminta agar ibunya tidak menceritakan ini pada siapapun terlebih pada orang tua Doyoung. Jaehyun berkata ia akan menyelesaikan masalah ini sendiri.

Jaehyun menumpukan kepala pada kedua tangannya. Masalah bertambah. Ibunya menyuruhnya untuk segera pindah. Ia harus segera mencari tempat tinggal begitu lockdown selesai. Begitu mengetahui hubungan Jaehyun dan Doyoung, terlebih keinginan Jaehyun, ibunya khawatir dengan mereka yang tinggal satu atap. Meskipun Jaehyun berusaha meyakinkan ibunya, ibunya berkeras.

Mata Jaehyun beralih pada kalender meja yang berada di nakas. Hari keempat dan besok akan menjadi yang kelima. Kesempatannya untuk berada dalam jarak sedekat ini dengan Doyoung semakin tipis. Sedekat ini saja masih canggung dan belum banyak kemajuan, bagaimana jika ia pindah?

Jaehyun beranjak dari kasur. Kemungkinan lockdown diperpanjang memang cukup besar mengingat statistik pandemi yang tidak menurun, tapi Jaehyun tidak mau ambil resiko. Setelah percobaan satu minggu lockdown pasti ada beberapa hari pemerintah melonggarkan sedikit sebelum perintah dilanjutkan dan di saat itu Jaehyun yakin ibunya akan segera menelpon.

Jaehyun membuka pintu kamarnya. Ia berjalan menaiki tangga dengan banyak pertimbangan. Di anak tangga terakhir, Jaehyun dapat melihat bayangan Doyoung dari tirai jendela. Ia melangkahkan kakinya. Jaehyun membuka pintu balkon. Ia mendekati Doyoung yang masih di tempat duduk dan mendapatinya sudah tertidur. Jaehyun melihat ke Milo yang merebahkan diri di kursinya tadi. Anjing itu hanya melihat ke arahnya dengan mata sayu tanpa bersuara. Tidak sekarang, pikir Jaehyun. 

Jaehyun mengguncang bahu Doyoung pelan. " Doyoung," panggilnya pelan. Hanya butuh dua panggilan dan Doyoung membuka matanya. " Pindah ke kamar. Sudah larut malam," kata Jaehyun saat Doyoung masih mengerjapkan matanya.

Doyoung menengok ke kanan dan ke kiri kemudian kembali pada Jaehyun. Ia mengangguk.

" Biar aku saja," kata Jaehyun begitu Doyoung akan mengangkat Milo. Jaehyun mengangkat Milo yang mengantuk, menggendongnya, lalu membuka pintu balkon yang berada di dekatnya. Setelah Doyoung masuk, ia mengunci pintu tersebut.

" Selamat malam. Tidur yang nyenyak," kata Jaehyun di belakang Doyoung.

Doyoung memegang engsel pintu. " Hm." Ia mengangguk lalu masuk.

Jaehyun turun membawa Milo bersamanya. Setelah meletakkan Milo, ia memperhatikan seluruh ruangan. Jaehyun memikirkan rencana untuk esok.

.

.

" Jaga Ayah dan Ibu! Kau jangan nakal!"

" Hmm, yah. Aku matikan ya? Dah," tutup Jisung dari seberang telpon.

" Ish dasar!" Doyoung melihat ponselnya dengan sebal. Doyoung berjalan ke meja makan. Ia dapat melihat Jaehyun yang menunggunya.

" Jisung?" tanya Jaehyun saat Doyoung sudah duduk di hadapannya.

" Ya." 

Doyoung melihat piring Jaehyun yang belum ada lauk satupun. " Ayo makan."

" Bagaimana keadaannya?" tanya Jaehyun sambil memindahkan sayur kangkung ke piringnya.

" Baik."

" Paman dan Bibi?"

" Baik juga."

" Mereka tinggal bersama?"

KarantinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang