10

960 101 5
                                    


Matahari sudah terbenam.  Jaehyun yang baru keluar dari kamar mandi melihat Doyoung yang sedang menyiapkan makan malam di atas meja makan. Ia berjalan ke dekat meja dan meletakkan tangannya di sandaran kursi. Matanya memerhatikan makanan yang sedang ditata Doyoung.

" Malam ini aku hanya memasak itu. Tidak apa-apa kan?" tanya Doyoung. Ia sedang mengisi air putih ke dalam gelas dari dispenser.

Jaehyun mengangguk. " Tidak masalah. Lagipula kita makan pie apel tadi."

" Duduklah." Doyoung berjalan dan meletakkan kedua gelas di tangannya ke atas meja.

Sepanjang makan, Jaehyun lebih banyak diam. Doyoung tidak mempermasalahkan itu. Lagipula iapun tidak punya hal untuk dibicarakan. 

Makanan di piring Jaehyun sudah berpindah ke perutnya. Ia meraih gelas dan menengguk air hingga habis. " Terima kasih." 

Doyoung mengangguk sebagai jawaban. " Sudah selesai? Biar aku bawa." Doyoung mengambil alat makan yang digunakan Jaehyun setelah mendapat persetujuan. Ia menyatukan ke piringnya yang juga sudah kosong. " Kau masih memakai gelasnya?"

" Ya," jawab Jaehyun.

" Baiklah." Doyoung membawa peralatan di tangannya ke wastafel. 

Sementara itu, Jaehyun merapikan bangkunya dan bangku Doyoung. Selama itu, ia terlihat ragu dan keningnya sesekali berkerut.  Jaehyun mengambil gelasnya dan membawanya ke dispenser. Setelah penuh, ia meneguknya.

Doyoung melihat Jaehyun yang diam di depan dispenser dengan tangan memegang gelas kosong. " Kau butuh sesuatu?" tanyanya dengan tangan menggosok piring. Jaehyun menggeleng. " Tidak, tidak." Dengan masih sedikit heran atas tingkah Jaehyun yang banyak melamun sejak makan tadi, Doyoung memilih melanjutkan mencuci piringnya.

.

.

Jaehyun duduk di sisi ranjangnya. Matanya terlihat beberapa kali bergerak. Otaknya fokus pada apa yang akan ia lakukan. Jaehyun melihat jam dinding. Pukul setengah sembilan malam. Baiklah, pikirnya. Ia tidak mau membuang waktu lagi. Kesempatannya semakin tipis dan tidak menentu. Ia beranjak dan keluar dari kamarnya.

Sambil berjalan menuju tangga, Jaehyun mendengar suara Milo dari atas. Perlahan, Jaehyun menaiki tangga. Dari tengah tangga, Jaehyun melihat Doyoung yang sedang duduk santai di sofa dengan Milo yang berada di pangkuannya. Doyoung memakai headset dan terlihat menggeser-geser layar ponselnya. Perlahan, Jaehyun kembali turun. Ia menuju dapur. Jaehyun mengambil dua piring kecil dari rak piring. Ia mengambil pai dan memotongnya. Setelah memindahkan pai ke piring kecil, Jaehyun mengambil kedua piring kecil tersebut dan kembali berjalan ke atas dengan perlahan.

Doyoung yang melihat Jaehyun datang dari tangga melepas headset dari kepalanya. Ia mencabut penghubung headset dari ponselnya.

" Sedang bersantai?" tanya Jaehyun. Ia meletakkan satu piring di depan Doyoung dan satu di depannya sendiri kemudian duduk.

" Begitulah. Terima kasih," ucap Doyoung untuk potongan pai yang dibawakan Jaehyun. Jaehyun tersenyum kecil dan mengangguk sebagai respon.

Terjadi keheningan. Mengisi keheningan, Doyoung mengambil piring kecil itu dan menyendok potongan pai ke dalam mulutnya. Milo terlihat aktif kembali akibat pai yang dimakan Doyoung. " Ssssh, jangan. Nanti kau sakit perut," ujar Doyoung sambil menjauhkan piring pai dari Milo yang menggapai-gapai. Masih berusaha menggapai pai, Doyoung akhirnya berdiri dan mengangkat tangan yang memegang piring pai setinggi-tingginya. Milo yang berada di sofa menempel pada tubuh Doyoung dengan tangan masih berusaha menggapai.

Jaehyun terkekeh lalu mengambil Milo agar lepas dari Doyoung. Milo menggeram pada Jaehyun tapi itu hanya sebentar. Milo kembali berusaha melepaskan diri dan matanya tertuju pada Doyoung atau lebih tepatnya pada tangan Doyoung. Jaehyun memeluknya dan berusaha menenangkannya sambil duduk.

KarantinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang