F.9

12 0 0
                                    

Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading!

“°°°°°”

Jean meneguk anggurnya yang tersisa beberapa tetes lagi. Ia memandang macetnya jalanan Ibukota dari jendela apartemennya meskipun sudah malam. Gedung-gedung tinggi,polusi udara,lampu kelap-kelip,sutet,bukan itu yang Jean rindukan. Pelukan hangat dari orang tercinta membuat hati Jean panas. Wanita itu meletakan gelas berisi anggur di nakas dekat pintu lalu ia kunci apartemen. Jean ingin jalan-jalan mencari angin.

"Waktu kecil aku suka nongkrong di warung ini cuma mau makan mi rebus pake telur sama temen-temen komplek. Apalagi pas hujan,anget-anget gimana gitu sambil nonton Naruto. Kadang halu bisa pakai jurus seribu bayangan sama rasengan,bisa lawan orang jahat dengan mudah. Mi nya sampe ngembang gegara terlalu fokus nonton. Kalau si Naruto lagi libur aku keukeuh nonton Pororo. Temen-temen pada protes katanya cuma anak cewek yang boleh nonton itu. Aku ngambek terus pulang deh,mi nya dibayar nanti sama Ibuku."

Jean menghembuskan napas kasar. Warung yang sepertinya tidak pernah sepi pelanggan itu menempati kenangan tersendiri di hati Jean. Mbah Ni —dulu pemilik warung ini yang sekarang sudah meninggal dunia yang kini digantikan anaknya— menjadi saksi saat ia dilamar Bintang. Pria itu menjadi sederhana saat romantis,katanya dia membuat moment tak terlupakan di tempat yang juga tak bisa ia lupakan. Semenjak menikah Bintang jarang mengajaknya kemari. Sesekali saat tak sengaja lewat mereka sempatkan mampir.

Saling menggosok telapak tangan untuk menghangatkan tubuh. Jean sudah menegarkan hati sebelum ia duduk di bangku warung ini. Jean hanya memesan susu hangat.

"Sudah lama nggak kesini,Mbak. Saya turut berduka cita loh." Sista anak Mbah Ni menyapa setelah meletakan susu hangat di hadapannya. Jean terkekeh. Benar,setelah suaminya tiada ia sama sekali belum mengunjung warung Mbah Ni.  "Kamu kok tambah cantik sih? Pake sekindare apa?" Lagi-lagi Jean terkekeh.

"Saya nggak pakai skincare kok,Bu." Jawab Jean seadanya.

Sista yang sedang menggoreng pisang sempatkan membalas. "Tapi sering perawatan ke dokter kecantikan. Haduhhh sekali kamu perawatan bisa buat makan saya tiga hari!" Jean tertawa. Setahu dirinya ekonomi keluarga Sista sudah berada. Tak hanya punya warung,keluarga mendiang Mbah Ni ini juga membuka rental mobil.

Lalu seseorang tak ia kenal duduk di sebelahnya. Jean menggeser posisinya lebih jauh. "Mbak,mi godog telur pakai cabe rawit yang banyak pollll!"

"Pake cabe lebih enak. Tapi bukan cabe-cabean! Cabe rawit kalau perlu cabe setan biar pedesnya menandingi jari haters yang bilang laguku jelek tapi tetep aja didengerin. Anehhh,Jen!"

Jean meneguk susu hangat yang sekarang mulai dingin. Orang itu lahap memakan mi nya. Jean hanya bisa menghela napas jika teringat Bintang. Sangat susah untuk melupakan kenangan yang kita buat dengan sesuatu yang berpengaruh besar dalam hidup.

Finito? | KHB✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang