Sentul

17 0 0
                                    


Hari itu hari kamis, hari dimana kami bertemu kembali. 

Setelah Maret menemukan diskon tiket Jungle land, kita berdua sangat senang. Maret memutuskan menghubungi teman-temannya untuk pergi bersama kesana. Akhirnya, beberapa teman Maret menyetujui itu.

Esok paginya kami berkumpul di rumah Fahri, salah satu teman Maret yang rumahnya di dekat kampus. Sesampainya disana ada Soni dan Fahri sedang bermain game. Mereka ramah dan menyapaku. Tak lama, teman-teman yang akan pergi ke Jungle Land berkumpul yaitu Toni, Amdil, Qinara, dan Mawang. 

Sesampainya di rumah Fahri kukira si mawang mawang ini enggak akan kelihatan lagi. Teman yang diboncengnya, Qinara bercerita panjang lebar bahwa motor yang mereka gunakan ditilang polisi. 

Aga lucu juga, Qinara cerita polisinya nanya Qinara dan Mawang ini pacaran? 

Lalu Mawang menjawab "ya doain aja pak" dengan sebal Qinara memukul mukul Mawang. "Emang bacot ya lu" beberapa orang tertawa. 

Aku sih ikut tertawa saja, karna susah dan bingung mau ngobrol apa mau menimpali bagaimana.

Tujuh hari dalam seminggu masalah remaja yang selalu kuhadapi kadang membuat aku merasa rendah diri. Diantara hal yang aku anggap masalah itu adalah aku tidak punya banyak teman. Yang lebih membuatku insecure adalah sudah tidak punya banyak teman tidak pandai bicara, sulit akrab, dan canggung. 

Aku sudah coba mengatasi masalah ini, SELALU! 

Mungkin, bagi beberapa orang mudah dan merasa "so akrab enggak bikin lo jadi kriminal" bukannya aku menganggap so akrab itu kejahatan atau hal memalukan. Tapi, bagiku bukan sekedar coba dilakukan tapi teramat sulit dan entah mengapa canggung selalu menghalangiku. Begitupun dalam kondisi seperti itu. Aku canggung tidak bisa begitu saja so akrab. Entah, rumit dan cukup menyakitkan bagiku. Cara terbaik yang bisa aku lakukan hanya diam disitu dan ikut tertawa saja.

Setelah ngobrol sebentar, akhirnya kami memutuskan berangkat. Maret pergi dengan Toni, Mawang dengan Qinara, dan Amdil denganku. Kami pun beriringan, sesampainya di bogor perbatasan salah satu teman Maret yang lain ikut bergabung yaitu Dirga. Dirga naik motor sendiri, kasihan juga melihat dia tidak ada teman ngobrolnya kadang dia mendekati motor Amdil untuk sekedar bercanda.

Sesampainya di jungle land, mereka ngobrol-ngobrol sambil sesekali bercanda. 

Tau kan apa yang aku lakukan sebagai respon? 

Yup, ikutan saja disitu tanpa tau apa yang harus kubicarakan dan ikut tertawa saja, weird  sekali mungkin kelihatannya. Kami berfoto bersama dan memutuskan masuk.

Mungkin memang karena waktu yang berjalan, akhirnya perlahan aku bisa memberikan respon yang baik sekedar bicara sedikit dan mulai ikut bercanda, sekali lagi sedikit. Kami menikmati berbagai wahana dan berfoto sesekali. 

Kami bermain dengan beberapa wahana seperti rumah hantu yang menurutku tidak begitu menyeramkan. Naik Bumper car yang rasanya begitu menyiksa harus ditabrak berkali-kali. Naik Air Race yang membuat Qinara ketakutan sampai cukup berkeringat. Serta beberapa wahana lain.

Setelah puas bermain kami pun memutuskan untuk pulang, tapi sebelum itu kami lapar dan makan di salah satu mall daerah Cibinong. 

Uniknya, ketika mau pulang di parkiran, Dirga dan Amdil sama-sama ingin pulang denganku. Ya aku sih ikut siapa saja toh aku enggak bawa motor. Akhirnya, karena Amdal nanti akan pulang sendiri untuk kembali ke Jogja karena libur kuliahnya akan berakhir, aku pulang bersama Dirga. Dimotor, Dirga banyak bercerita tentang dia dan kampusnya. Aku mendengarkan saja, sambil sesekali menimpali. Berdasarkan hal-hal yang kupelajari saat kuliah, manusia suka dipuji jadi kadang ketika dia menceritakan pencapaiannya aku memujinya dengan harapan dia mau jadi temanku.

Sesampainya di tempat makan kami memilih makanan masing-masing kemudian duduk. Dirga memilih tempat dengan kursi kosong disebelahnya berdasarkan negosiasi yang tak sengaja ku dengar dengan Mawang. Dirga ingin duduk dekat denganku, intinya begitu. Aku meyakinkan diriku jangan geer, tapi itu kenyataannya. Aku merasa tidak nyaman dan memutuskan duduk sebelah Mawang saja yang sempat mengalah. 

Kami makan dengan tentram, dan gangguan makan yang kualami cukup mengganggu. Aku kenyang duluan dan makananku tersisa, aku tawarkan Mawang saja yang ada di sebelahku. Akupun menyadari, Mawang masih lapar dan aku sudah kenyang. Jadi ku berikan saja makananku untuknya. Kami pun bertukar instagram dan saling follow.

Beberapa hari berlalu. Pergi ke jungle land bersama teman-teman Maret adalah hal yang cukup berkesan bagiku. 

Aku sedang di rumah tepatnya di kamarku, sendirian, rebahan, main handphone, dan membuka instagram. Salah satu story Mawang baru saja di upload, akhirnya aku lihat story itu ternyata bill tiket jungle land. Sebagai salah satu usaha menambah teman aku coba bercanda mengomentari story itu. Ternyata Mawang ini orangnya sangat humble kaya umbel. Mengingat ramahnya Mawang balas balasan story berlanjut, beberapa waktu Mawang juga sempat mengomentari story-ku. Eh enggak deh sebenarnya Mawang lebih sering membalas story-ku.


ProtonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang