People Say Blah Blah

10 0 0
                                    

Manusia itu makhluk aneh. Ga suka dibanding-bandingin sama manusia lain tapi sendirinya sering banding-bandingin diri sama manusia lain. Merasa ga mau begitu konformis sama standar sosial yang turunan tapi sendirinya merasa menyimpang itu buruk banget takut beda sama yang lain.

---

Aku sering merasa orang-orang hebat ko masalahnya keren ya. Maksudku kebanyakan orang akan memposting atau berkarya terkait hal-hal yang menjadi keresahan mereka. Beberapa orang sering mengumbar tentang dunia politik, tentang perang dunia yang mungkin terjadi, urgensi kesehatan mental yang kian hari kian mengkhawatirkan, atau minimal kebijakan kampus yang pro beberapa pihak saja.

Sedangkan aku?

Aku galau. Aku punya pacar tapi aku pusing. Parahnya, aku pusing karena punya pacar bukan karena hal-hal semenakjubkan khawatir krisis moneter mungkin saja terjadi di Indonesia atau tiba-tiba hak asasi manusia sudah tidak dihargai lagi.

Kemarin ketika aku kuliah, aku lihat orang-orang jajaran sebelah kanan sedang heboh. Mereka galau karena masalah pacaran. Parahnya, mereka adalah tipe-tipe mahasiswa yang masuk kuliah numpang dinginin badan di kelas atau ketemu gebetannya. Mereka enggak khawatir tuh sama pelajaran yang mungkin enggak mereka dapat atau prospek ke depannya kalau enggak belajar.

Setelah pertemuan dengan Mawang beberapa hari lalu, aku merasa ilfil padanya. Aku banyak berpikir tentang beragam hal, tentang standar pacar teman-teman, dan malu kalau harus memperkenalkan pacarku yang tidak sesuai standar itu. Belum lagi, aku merasa cemen karena masalahku ya pacaran.

Aku putuskan untuk memutuskan Mawang saja. Aku sebenarnya tidak mau jadi pihak yang memutuskan, habis bagaimana? Dia tidak kunjung memutuskan aku, padahal sudah satu minggu aku tidak membalas pesannya. Tiba-tiba...

"Maw, ada yang ingin aku bilang sama kamu." Kemudian, sent.

Aku harap-harap cemas. Dia lama sekali balasnya. Sambil menunggu aku nonton tv di ruang tengah kosan. Nida, Ira, dan Nela ikut bergabung.

"Kenapa lo?" Tanya Nida.

"Enggak kenapa-napa, kenapa gitu?" tanyaku.

Ira ikut mengganggu diamnya aku "Cieeee cewe banget nih begini nih murung-murung ditanya kenapa jawabnya enggak kenapa-napa." Kemudian, tertawa.

"Lu lagi berantem ya sama Mawang?" tebak Nela.

Aku diam sesaat, mereka melihat ke arahku.

"Memangnya masalahku Mawang aja ya? Aku juga peduli tahu sama kasus reklamasi sekarang, kenapa ga mengira aku murung karena itu," tanyaku.

Mereka tertawa.

"Memangnya kenapa kalo lo khawatirnya masalah Mawang?" tanya Nela.

"Iya, reklamasi juga ga akan batal tuh kalo lu pikirin doang," tambah Ira.

Aku cemberut.

Nida menepuk pundaku pelan kemudian bilang "lu kenapa? Kocak banget deh."

"Gue kayanya mau putus aja deh dari Mawang," jawabku.

"Serius lu?" tanya Ira dengan wajah kaget.

"Serius, gue merasa banyak hal yang lebih penting gue lakuin sekarang dari pada pacaran, gue merasa gue bukan manusia pacaran deh gue malu sama temen-temen gue yang lain, sama kalian juga," Jawabku.

Nida mengusap pundaku pelan "gue enggak tau kalo lu masih aja lakuin suatu hal karena orang lain gini, tapi dari pada libatin Mawang sama pikiran konyol lu gue setuju sih," ucapnya.

Aku diam, aku tahu aku memang sering ketakutan dipandang manusia tidak bermutu atau sebagainya. Tapi aku tidak nyaman, pokonya Mawang membuatku ilfil dan aku mau putus saja.

"Ya bagus, putus aja deh akhirnya lu sadar mending kaya gue aja single and very happy," sambung Ira.

"Yeeee itu sih enggak ada yang mau aja sama lo," ucap Nida dan Nela sambil menoyor pelan kepala Ira.

Aku tertawa.

"Ya menurut gue sih ya, mumpung lu masih awal sama Mawang kalo lu merasanya ilfil ya masa gitu kan lu pacaran sama orang yang bikin lu ilfil ya putus aja. Tapi lu harus inget manusia itu enggak ada yang sempurna tapi orang yang lu suka kayanya akan ada," ucap Nela.

Aku kembali teringat ucapan Maret. Mawang temennya, aku enggak boleh main-main sama orang. Kalau aku begini aku main-main sama Mawang dan itu enggak baik, lebih baik aku putus saja lah, keputusan ini sudah baik.

Hp ku berbunyi, suara notifikasi pesan. Dari Mawang.

"Iya sayang, kenapa?" tanyanya.

Aku merasa bersalah, seminnggu didiemin sekalinya aku kirim pesan mau putus.

"Maw aku minta maaf, aku mau kita temmenan aja ya sekarang hehe," balasku.

Kemudian kukirim satu pesan susulan "Aku merasa aku lagi ga mau pacaran aja. Sampai sekarang, aku belum suka sama kamu." Lanjutku.

Aga lama Mawang membalas pesan itu. Hanya dibaca saja.

Setelah beberapa saat Mawang membalas "Iya Ja, santai enggak apa-apa," jawabnya.

Hari itu, aku resmi putus dari laki-laki yang sudah mengajak aku nonton, main ke Lembang, dan jadi pacarku meski awal bertemunya dia bersama orang lain.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ProtonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang