*06. Sebuah Surat*

50 18 3
                                    

Aku sayang kamu❤
-Daniel.

***

"Lo gak papa?." tanya Elang.

"Gak papa gimana, lo gak liat banyak luka-luka di badan gue." kata Darra seraya menunjuk tangan dan kakinya yang lecet serta pelipisnya yang sudah di perban.

"Siapa suruh kalau nyebrang gak tengok kanan kiri."

"Ya lo aja yang --- awhhh ... " Darra yang hendak memaki Elang pun langsung merintih kesakitan. Kepalanya terasa sangat pusing akibat terkena benturan batu tadi.

"Lagi sakit juga ngomel-ngomel sakit kan jadinya. Oh iya, hari ini lo udah boleh pulang sama dokter, untungnya luka lo gak terlalu parah jadi gue gak perlu repot-repot ngerasa bersalah sama lo." kata Elang panjang lebar.

Darra mencebik kesal saat mendengar penuturan Elang yang terkesan tidak punya hati dan perasaan itu. Tanpa menghiraukan perkataan Elang lagi, Darra segera bangkit untuk bangun.

"Mau kemana lo?" tanya Elang menahan tubuh Darra.

"Ya gue mau pulang lah, kata lo gue udah boleh pulang."

"Lo pulang sama gue."

Tiba-tiba saja Tita dan Liza masuk ke ruangan Darra, sebelum itu terlihat Bani dan Beno yang sedang menahan agar kedua perempuan itu tidak masuk ke dalam. Namun usaha mereka gagal, Tita dan Liza berhasil lolos dan menerobos masuk.

"Gue pulang sama Tita dan Liza aja." ucap Darra dan sahabatnya pun langsung membantu Darra berdiri.

Darra berjalan tertatih dengan kedua tangannya berada di leher kedua sahabatnya. Sementara Elang yang melihat kepergian Darra menggeram kesal.

Dasar cewek tidak tahu terimakasih, batin Elang.

"Kalo cewek lain ada di posisi Darra mungkin mereka berebut minta di anter balik sama lo Lang." kata Riko.

Elang tersenyum, "Iya lah, gak ada yang bisa nolak pesona gue."

"Najis tujuh turunan Lang." ucap Beno dengan ekspresi menahan muntah.

"Iyi lih, gik idi ying bisi nilik pisini gii. Hilih tii." cemoohan Bani membuat Elang menabok pantatnya kencang. Lalu Elang berjalan keluar untuk pulang, di susul oleh teman-temannya yang lain.

***

Darra sudah sampai di rumah, Liza dan Tita langsung saja pamit untuk pulang kerumahnya masing-masing sebelum menjelaskan kronologi kejadian tadi kepada Maya.

Maya sempat khawatir melihat putri semata wayangnya ini terluka. Tetapi Darra meyakinkan sang Mama bahwa ia tidak kenapa-napa.

Saat ini Darra sedang duduk di sofa, tadi Maya memaksanya untuk beristirahat di kamar, tetapi Darra tidak mau, katanya kalau tiduran terus yang ada nanti badannya malah bertambah sakit. Akhirnya Maya mengikuti perkataan Darra.

Ting tong!

Suara bel rumah Darra berbunyi, Maya membukakan pintu pada siapa orang yang datang, dan ternyata orang itu adalah Indra.

"Darra kamu kenapa?" tanya Indra khawatir dan langsung menghampiri Darra saat melihat pelipis Darra yang di perban.

"Aku gak kenapa-napa kok Pa, tadi cuma ada kecelakaan kecil aja ko. Cuma kaki aku aja yang agak sakit."

"Yaudah kamu istirahat. Alhamdulillah kalo kamu ga kenapa-napa. Kalo sampe ada yang berani gangguin putri cantik Papa, bakalan Papa potong anu nya." kata Indra mengancam siapa saja orang yang berani menyakiti Darra.

DARRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang