[Bantu vote dan komen ya guys! dengan begitu kalian ikut berpartisipasi dalam mendukung karya-karya si Penulis karena hanya dari situlah membuat penulis semakin bersemangat dan makin imajinatif lagi dalam membuat karya-karya yang lain. makasih]
Silakan membaca ...
Kini aku sedang berjalan keluar gerbang bersama Lulin karena shift kerja kami telah berakhir. "Mau langsung pulang?" tanya Lulin.
"Hmm ... malas ah, keliling dulu ini 'kan masih pukul lima sore," kataku. " Oke, kalau lu mau kita ke Congo Gallery and Cafe saja. Lumayan buat refreshing," ajak Lulin.
Aku mengiyakannya dan langsung go ke kafe tersebut. Dengan menggunakan sepeda motor, waktu yang diperlukan sampai di tujuan itu sekitar tiga puluh menit lebih.
Setelah tiba dan memarkirkan motor, kami berjalan dijalan setapak bersemen sekitar beberapa meter dan sampailah kita di gerbang kafe tersebut. Digerbangnya bertuliskan kata yang sangat besar yaitu Congo.
Kami berjalan masuk, jujur ini pertama kalinya aku kesini. Disini untuk pemandangan banyak sekali pohon-pohon kecil disertai sedikit lampu tumbler jadi serasa berada di kafe tengah hutan aja.
Untuk desain interiornya klasik, disertai dengan lighting yang terkesan romanticism dengan bangunan dua lantai dan kami lagi berada di lantai kedua.
Astaga, indah banget pemandangannya! jika dilihat dari atas maka pohon-pohon kecil yang ada lampu tumblernya itu sangat cantik dilihat.
Kami memesan nasi goreng kambing, sup ikan kakap lemon, zoupa-zoupa, lemon tea, dan chococcino. Setelah makan kami lanjutkan dengan mengobrol "Jadi gimana Sis hubungan lu dengan si Tedy itu?" tanya Lulin.
Hmm ... mulai nih penyakit keponya Lulin kambuh, serasa di interogasi saja. "Yah enggak gimana-gimana, biasa aja kok. 'Kan kami berteman," kataku. "Teman, tapi sepertinya lu habis mesra-mesraan sama dia," cibir Lulin dengan senyum menyindirnya.
Itu kejadian lima hari yang lalu, malas aku ingat.
Flashback
Ciiittt... (bunyi rem motor) "Aduh kenapa Ted?" tanyaku. "Ada swiping," balas Tedi .
Apa? Ini kacau! 'kan Tedi enggak pake helm, jadi berantakan deh khayalanku. Baru aja mau peluk. Huaa..hwaa..
"Jadi gimana ni? 'kan kamu gak pake helm, lewat jalan lain gak bisa?" tanyaku. "Enggak bisa Sis, itu mereka lagi swiping zebra," jelas Tedi.
Setelah itu terdengar suara petir lalu mulai rintik hujan.
Hah tidak! jangan hujan dulu, aduh ini hujan turun diwaktu yang tidak tepat. "Sis, tidak ada pilihan lain lagi kita harus gunakan cara ini," kata Tedi.
Baiklah, aku akan menyerahkan cintaku! eh? salah bukan itu maksudku aku menyerahkan helm yang kupakai lalu aku berjalan kaki sedangkan Tedi membawa motor melewati swiping itu.
Pertanyaannya kenapa bukan Tedi saja yang berjalan dan aku yang bawa motor? ' kan aku perempuan yang harus dilindungi dan disayangi, itu karena apa? aku tidak membawa SIM jadi mau tidak mau akulah yang harus dikorbankan.
Tidak terlalu jauh sih jalan kakinya, tapi lumayan menyita tenaga disamping itu yang saat ini lagi rintik hujan juga tidak apa-apa karena tadi Tedi telah memberikan sweeter hoodienya padaku. Mmm ... sweeternya harum, hehehe.
Dan tibalah aku sama Tedi lalu menaiki motornya, aha! ini waktu yang pas untuk momen dilan mileanya akhirnya terlaksana juga.
Durt ... durt ... durt ... (suara motor buntut).
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Tak Dapat Kuhindari
Romansa(Romance&Mysteri) --------------------------------- Sederet dari kisah yang terjadi didunia ini. Menjalani kehidupan seperti pada umumnya seorang karyawan, bangun pagi - pergi kerja - pulang kerja, hingga tiba saat dimana hal yang bernama cinta kem...