Part 6

51 0 0
                                    

[Bantu vote dan komen ya guys! dengan begitu kalian ikut berpartisipasi dalam mendukung karya-karya si Penulis karena hanya dari situlah membuat penulis semakin bersemangat dan makin imajinatif lagi dalam membuat karya-karya yang lain. makasih]

Silakan membaca ...


Aku mendekat ke arahnya tetapi dia juga sedang berjalan membelakangiku sehingga mungkin dia tidak menyadari keberadaanku.

Kulihat dia berbelok di bagian rak makanan ringan segera saja aku memutar arah untuk bisa melihatnya, saat tiba dibagian rak sebelahnya aku sedikit keheranan.

Hanya ada tiga orang yang kulihat dan 'tak menemukan pria bermasker itu. Kemana dia? Aku sangat yakin dia pergi ke arah sini, atau mungkin dia menyadari kalau aku mengikutinya sehingga dia dengan gerak cepat mengganti penampilannya.

Kuamati tiga customer itu, dua pria dan satu wanita sehingga aku bisa mengabaikan satu orang dan berfokus kedua pria tersebut.

Kudekati mereka seraya berpura-berpura memilih belanjaan sambil sesekali melirik mereka berdua, yang ada disamping kiri kutaksir dia umuran tiga puluh tahunan memakai t-shirt abu-abu dengan celana chinos sedangkan yang ada dibelakangku aku taksir dia berumur sekitaran dua puluh limaan memakasi kaos hijau serta celana levis dan dia membawa tas ransel.

Dari analisisku pria bermasker lebih tinggi dariku kalau diingat-ingat dia sekitaran 170 cm, sedangkan pria t-shirt abu-abu itu tingginya sama denganku jadi dia free.

Sekarang, aku berfokus pada pria baju kaos hijau itu. Dari yang kulihat dia yang berpotensi karena tinggi badannya lebih tinggi dariku belum lagi dia membawa tas sekiranya dia menyembunyikan pakaian tadi di ranselnya.

(Tring...tringg...) ponsel pria itu berdering dan dia mengangkat panggilan itu.

Dari suaranya yang terdengar, dia tidak mirip dengan pria bermasker itu. huft... jadi sia-sia saja aku berdiri disini, ternyata salah satu dari mereka berdua bukan pria bermasker itu. Aku sedikit bingung ,bagaimana pria itu bisa menghilang secepat ini?.

***

Kemarin aku tidak mengiyakan ajakan Tedi karena selain aku masuk kerja siang, aku juga kemarin berada di market papa jadi malam ini kami akan pergi kencan.

Melihat pantulan diriku dicermin membuatku senang, dandananku sudah perfeck dan sudah saatnya aku pergi kencan dengan Tedi.

Dia bilang akan datang kerumahku tepat pukul setengah delapan malam, kudengar suara klakson mobil di depan rumahku dengan segera aku beranjak keluar dari kamar untuk membuka pintu dan nampaklah seseorang dengan setelan jas berwarna krem senada dengan celana yang berwarna krem juga dipadu dengan kemeja dalam Cuban collar motif garis vertical.

Dan aku memakai simple cap dress warna hitam putih dengan high heels hak kotak pemberian Tedi waktu itu, "Mama kamu mana? aku mau izin sama mama kamu dulu," tanya Tedi.

"Dirumah lagi tidak ada orang Ted, mama papa lagi ditempat kerja. Aku juga tadi sudah izin ke mama kok kalau mau keluar," jawabku. Setelah mengunci pintu aku berjalan ke mobil, dengan Tedi yang membukakan pintu untukku dan terpikir dibenakku kalau aku naik mobil pasti aku rada pusing seperti lusa kemarin waktu diperjalanan menuju rumah tante Sarah itu parah sekali.

"Ted, jauh nggak tempatnya?"tanyaku. "Enggak kok, dua puluh menit kita sudah sampai," jawabnya.

Okelah mau tidak mau aku harus naik, 'kan tidak mungkin penampilan kami sudah perfeck begini malah naik motor Honda 100 bisa-bisa kita jadi bahan tertawaan deh.

Dimobil kami tidak banyak bicara karena kepalaku betul-betul pening, perjalanan dua puluh menit serasa dua jam untukku apalagi kemarin perjalanan satu jam serasa seperti sehari. Dengan terpaksa aku harus memaksakan diri seperti lusa kemarin untuk tetap bersikap biasa-biasa saja meskipun, lagi tidak biasa-biasa saja.

Yang Tak Dapat KuhindariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang