Part 8

16 0 0
                                    

[Bantu vote dan komen ya guys! dengan begitu kalian ikut berpartisipasi dalam mendukung karya-karya si Penulis karena hanya dari situlah membuat penulis semakin bersemangat dan makin imajinatif lagi dalam membuat karya-karya yang lain. makasih]

Silakan membaca ...








Terdengar dari nada suara mama sepertinya sedang marah besar aku merongoh ponsel di kantongku dan mengeceknya ternyata memang mama telah menelponku sebanyak dua puluh kali.

Astaga kenapa bisa aku tidak menyadarinya? dan tidak melihat notif yang masuk saat aku mengecek ponsel tadi. Mungkin ini gara-gara pengaruh Tedi nih.

Bagaimana caranya menjelaskan ke Mama? tidak mungkin aku bilang yang sebenarnya ke Mama bisa-bisa ini menimbulkan konflik.

"Itukan, kamu diam. Mama tahu kamu lagi mencari alasan karena kamu tidak mau bicara yang sejujurnya, mama tidak suka kebohongan siska" ucap Mama.

Mau bagaimana lagi aku sudah tidak bisa mengelak, jadi aku menceritakan semua hal yang terjadi hari ini mulai dari pergi ke tempat percetakan serta berakhir menunggu di cafe coffe.

"Tedi Tedi Tedi dan Tedi gara-gara nama itu kamu menunggu seharian di cafe dan apa coba kamu pergi ketempat percetakan, astaga siska. Sekarang kamu kekamar istirahat," kata Mama seraya memegang keningnya.

Sudah kuduga ini akan jadi masalah dan lebih parahnya lagi papa akan tahu masalah ini, kenapa hari ini semakin runyam beda dari apa yang aku bayangkan. Belum lagi Tedi masih tidak bisa dihubungi.

Saat pagi datang tak lain yang kucari adalah ponselku, seraya menekan beberapa tombol lalu mulai memanggil.

Masih sama seperti kemarin Tedi masih saja tidak bisa dihubungi, aku sedikit heran apa tidak ada hp lain yang bisa ia pinjam dulu? Ini sudah keterlaluan.

Aku bergegas mandi dan siap-siap karena hari ini ada satu tempat yang menjadi tujuanku, sekitar setengah jam aku sudah selesai bersiap-siap lalu kedapur untuk sarapan sedikit selanjutnya aku menuju keluar tapi pada saat diruang tamu aku melihat dr. Franky dan Papa Mama sedang mengobrol.

"Siska kamu mau kemana? kesini dulu,"  kata Mama.

"Iya ma, aku mau main ke rumah Lulin dulu," jawabku.

Tidak mungkin aku mengatakan yang sebenarnya bisa-bisa aku dicekal, aku lalu mengikuti perkataan Mama dan duduk di sofa.

"Ada yang ingin dr.franky bicarakan ke kamu, jadi bicaralah sebentar dengan dr. Franky lalu setelah itu kamu boleh keluar," ucap Papa.

Mama dan papa meninggalkan kami berdua diruang tamu, aku juga tidak mengerti mengapa harus bicara berdua dengan dr. Franky. Semoga ini bukan tentang perjodohan.

"Baiklah siska maaf mengganggu waktumu, bisa kita bicara sebentar? akan lebih enak jika kita bisa bicara santai saja." Kata dr. Franky.

"Yang pertama orang tua kamu bilang kamu punya pacar, apa itu betul?" tanyanya.

Tidak kusangka dia menanyakan pertanyaan pribadi seperti itu

"Iya Dokter dan dia sudah melamar saya," terangku dengan menunjukkan cincin dari Tedi.

"Dapatkah kamu meminta dia untuk datang kesini? Supaya ia juga bisa berbicara dengan orang tua kamu,"

"Maaf dokter untuk sekarang ini dia susah untuk dihubungi karena ponselnya kadang rada eror. saya juga sudah menghubunginya berkali-kali tapi tetap tidak tersambung," balasku.

"bolehkah saya melihat nomor pacar kamu?" tanya dr. franky lagi.

Sepersekian detik aku mengernyit keheranan, untuk apa juga dia bertanya detail privat begini?

Yang Tak Dapat KuhindariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang