Author : Anya / AphroditeThemis
Genre : Romance / Crime
Rate : M
.
.
.
Catch me if you can !
.
.
.
"Bukan masalah. Aku mengerti!"Hanya dengan mendengar kalimat singkat Bryan itu, Max tahu jika rencana besarnya akan berhasil dan kali ini tidak ada lagi yang bisa menghalanginya. Siapa pun boleh menjadi presiden terpilih Korea Selatan, namun dibalik gelar kehormatan itu, mereka-lah yang akan bermain dibalik layar. Mengendalikan sector penting yang bisa mendatangkan kekayaan tak terhingga. Sekaligus memastikan para politikus yang rakus itu tidak lupa siapa penguasa yang sebenarnya.
"Kirim hadiah untuknya," titah Max datar sebelum menatap datar ke jalanan pusat kota yang tampak ramai, seperti biasanya. "Sudah kau jadwalkan rapat itu? Aku tidak suka menundanya lagi!" Hanya dengan membayangkan ambisinya untuk menguasai dunia akan segera tercapai, Max menyeringai puas.
Selama bertahun-tahun membangun bisnisnya yang sekarang menggurita, Max tahu pasti dimana dia harus meletakkan pion-nya. Siapa yang bisa membantu mewujudkan mimpi besarnya. Di luar sana, mereka mengenalnya sebagai billioner bertangan dingin yang dapat mengubah seonggok batu menjadi emas dan berlian. Tapi, tak seorang pun tahu jika Max harus mengorbankan banyak hal untuk bisa mencapai posisinya sekarang.
"Jam 11 malam. Keputusan akan diambil!"
Tiba-tiba Bryan menyeringai jahil saat melihat ekspresi dingin Max yang sepertinya sedang memikirkan sesuatu, atau lebih tepatnya seseorang. "Perlu kujemput? Atau, mungkin kau ingin mengemudi sendiri?" tanyanya penuh arti dan langsung menahan senyum lebarnya saat melihat tatapan membunuh Max yang ditujukan padanya.
"Hanya menawarkan bantuan, Boss." Alasan Bryan cepat, tidak mau memancing emosi Max disaat semua sedang berjalan diluar kendali mereka. "Tapi, dia memang menarik. Rambut ikal itu membuatnya terlihat menggemaskan 'kan?" tambahnya kemudian, santai dengan senyum menggoda yang berbalut ejekan samar sebelum tiba-tiba saja berteriak kuat.
"Tapi, sejak kapan kau menyukai seorang pria? Kenapa aku tidak tahu?"
Sedikit pun Max tidak berminat untuk membahas masalah orientasinya dengan Bryan yang pasti hanya pura-pura terkejut. "Lebih baik kau cari tahu dimana Letnan Cho tinggal dan semua yang berhubungan dengannya." Desis Max dengan suara kasar sebelum membiarkan bayangan sosok ramping yang harus diakuinya, memang sangat menarik itu kembali memenuhi benaknya.
"Tentu saja kita akan makan malam, Max."
Letnan Cho tersenyum manis padanya, bahkan dengan santai menepuk bahunya sebelum perlahan senyum dibibir sensual itu menghilang. Menyisakan seringai dingin yang membuat Maxsemakin penasaran seliar apa sang Letnan diatas ranjangnya, "Tapi di ruang introgasiku! Menyenangkan, bukan?" Suara datar yang terdengar penuh sarkasme tajam itu berhasil mendorong Max terkekeh geli. Dia benar-benar terhibur, sesuatu yang jarang sekali dirasakannya.
Max tidak pernah tertarik pada seorang detektif kepolisian dalam bentuk apapun. Dia selalu berusaha menghindari mereka, namun saat Letnan Cho melangkah masuk ke ruangannya dengan gaya angkuh, untuk pertama kalinya Max bergairah bahkan tanpa disentuh. Terlebih setelah sosok ramping itu dengan berani menolak ajakan makan malamnya dan malah secara tersirat menuduhnya sebagai tersangka pembunuhan.
Jangan menyesal, Letnan. Kau yang sudah menantangku!
.
.
Mawar putih menghiasi hampir setiap sudut rumah duka yang dijaga ketat oleh ratusan satuan pengamanan tingkat tinggi itu. Media yang diizinkan masuk, berkumpul dan berdesakkan seperti barisan nyamuk di pintu depan. Sedangkan para tamu yang datang untuk memberikan penghormatan terakhir memasang ekspresi penuh kesedihan. Beberapa bahkan tanpa malu menangis sedih saat sedang membakar dupa.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAX
General FictionSetiap kematian selalu membawa cerita. Dia yang berjalan dalam terang, memegang prinsip teguh tentang hitam dan putih. Sekarang harus berperang sengit dengan hasrat dan gairah yang perlahan membakar logikanya. Mengancam ketenangan yang selalu menj...