Author : Anya / AphroditeThemis
Genre : Romance / Crime
Rate : M
.
.
.
Catch me if you can !.
.
Demi melancarkan kerjasamanya dengan Max sekaligus perjanjiannya dengan iblis liar yang sedang menatapnya tajam, Kim Kai, sang perdana menteri sekaligus sepupu jauh dari Senator Park ikut angkat bicara. Dia tidak mau kesepakatan dan tujuan utamanya hancur berantakan hanya karena tidak ada kata sepakat dalam rapat ini. Mereka semua saling membutuhkan dan memanfaatkan, tak seorang pun yang duduk di ruangan ini bisa menyangkal itu.
Lagipula bukan ide yang bagus jika mereka menjadi musuh Max, itu akan berakhir buruk!
"Yang kami butuhkan sekarang hanya jawabanmu, apa kau bersedia maju menggantikan ayahmu dalam pemilihan calon presiden, atau aku harus memilih orang lain?"
Tanpa perlu dijelaskan pun, semua orang penting yang ada di ruangan rahasia itu tahu apa maksud dibalik kalimat dingin berbalut desakan samar sang perdana menteri. Suka atau tidak Park Hae Jin harus bisa mengesampingkan prinsipnya dulu. Jenderal muda itu harus mau menerima perintah Max, jika tidak nyawa adiknya, Park Taemin yang akan menjadi taruhannya.
"Sebaiknya kau bersikap bijak, anak muda." tambah Kim Kai serius, tatapannya menajam.
Park Hae Jin sangat mengerti jika dia menolak tawaran itu, maka adiknya yang akan berada dalam bahaya. Belum lagi keluarga Park juga akan terbuang dari kelompok rahasia yang tanpa ragu akan melakukan apapun untuk menyenangkan hati si iblis yang sedang tersenyum palsu padanya! Tidak akan ada lagi perlakuan istimewa atau kerjasama menguntungkan yang akan memastikan perusahan peninggalan sang senator berjalan lancar.
Semua kesepakatan rahasia yang selama ini terjalin akan hancur seperti debu jika dia dengan keras kepala menjawab, tidak!
Ancaman langsung yang melibatkan dirinya itu sesuai rencana Taemin. Saudaranya yang keras kepala dan tak tertebak ini memang harus didorong, dengan keras. "Jangan khawatir samchon, saudaraku akan maju dalam pemilihan. Menggantikan papa!" Sambil tersenyum arogan, Taemin mengulangi janji awalnya tadi sembari meremas kuat lengan Park Hae Jin yang sudah kembali duduk disampingnya dengan mulut terkatup rapat.
"Ya 'kan, brother?"
Dengan gaya manjanya Taemin tersenyum manis dan puas saat Park Hae Jin balas meremas lembut jemarinya sebelum mengangguk samar. Dia akan selalu mendapatkan semua yang diinginkannya, tak peduli cara apa yang digunakanya. "Itu pilihan bijak." Gumamnya sepelan mungkin, mengabaikan keinginannya untuk melompat dan tertawa menang.
Max bisa melihat ada sesuatu dibalik tatapan manja Park Taemin pada Park Hae Jin yang walau masih terlihat marah, namun tidak lagi berusaha menolak. Sepertinya mereka harus lebih berhati-hati pada bungsu Park yang seperti bunglon itu. "Bryan..." gumamnya pelan dan tersenyum tipis saat melihat anggukan mengerti sahabat sekaligus tangan kanan yang paling dipercayainya itu.
"Memintaku maju sebagai calon presiden, itu artinya aku harus melepaskan jabatan sebagai jenderal angkatan laut. Juga melanjutkan masa kampanye yang belum berakhir."
Berdebat dengan Taemin adalah hal yang tidak pernah akan dilakukannya. Park Hae Jin menyayangi adiknya lebih dari segalanya. Jadi, setelah rapat sialan ini selesai, dia harus bicara serius dengan adiknya yang selalu pemaksa ini. "Semua itu mungkin bisa kulakukan. Tapi, aku menginginkan hak suara. Jika kalian menginginkan presiden boneka yang bisa kalian atur seenaknya, silakan cari kandidat lain!" Dengan tenang Park Hae Jin melayangkan tatapan dinginnya pada Max yang sedang menyeringai puas dan Perdana Menteri Kim yang sudah tersenyum tipis.
"Dan, satu lagi, jangan pernah berpikir untuk memperalat adikku! Dia tidak akan pernah terlibat dengan semua kekacauan ini!" desisnya setajam belati langsung pada Max yang hanya terlihat acuh. "Sentuh adikku," Park Hae Jin berhenti bicara, memandang setiap wajah licik yang dibencinya sebelum memamerkan seringai dingin yang membuat ekspresi datarnya berubah. "Akan kubunuh kalian dengan cara terkejam yang tidak pernah kalian bayangkan!" Ancaman itu terdengar menggerikan meski diucapkan dengan suara datar.
Bukan hanya pria kejam berkedok pebisnis itu yang bisa mengancamku!, batin Jenderal angkatan laut itu dalam hati seraya membalas tatapan membunuh Max dengan berani.
"Pidato yang lumayan mengesankan." Max mengangguk samar dengan senyum geli yang tidak disembunyikannya. "Kau setuju, Bryan?" tanyanya santai pada Bryan yang dengan acuh tergelak, sedangkan ekspresi Park Hae Jin sudah terlihat seperti ingin melayangkan tinju kearahnya.
Disisi lain, sambil bersidekap Kim Kai mengulum senyum simpulnya setelah menatap penuh arti pada iblis berwujud malaikat yang pasti sedang merasa sangat senang. Hampir semua rencana mereka berjalan lancar dan bahkan sekarang sang calon presiden baru sudah setuju untuk menjadi bagian dari kelompok rahasia yang menjalankan Korsel dengan tangan besi ini.
"Baik sekarang mari kita bicara tentang syaratnya!"
Dari tempatnya duduk tepat disamping Max yang memasang ekspresi serius mendengar perdebatan yang dimulai antara Park Hae Jin dan Jaksa Agung Lee tentang kapan media harus tahu tentang pergantian calon presiden itu, Bryan tanpa sengaja menangkap tatapan tajam Perdana Menteri Kim yang licik pada sosok berambut panjang yang sepertinya hanya pura-pura sedih itu.
Drrt..Drrtt..
Pesan masuk. Bryan membacanya cepat sebelum menyodorkan ponselnya pada Max yang langsung berdiri. Mengabaikan tatapan bingung semua orang yang tadinya masih sibuk berdebat tentang kampanye dan sebagainya. "Setelah kalian tentukan tanggalnya, segera hubungi aku. Lakukan semuanya sesuai rencana!" serunya dingin sebelum berbalik untuk meninggalkan ruang rahasia yang berada dibalik penthouse utama hotel Hamilton miliknya.
"Tapi, rapat ini belum selesai, Max!"
Langkah cepat Max terhenti. Senyum kecil mewarnai bibirnya saat berbalik dan langsung melayangkan tatapan sedingin es pada Park Hae Jin yang harus mulai belajar cara mengendalikan diri dan mulutnya. Jenderal angkatan laut itu mungkin belum tahu jika tidak ada seorang pun yang bisa mencegah Max melakukan atau menginginkan sesuatu, kecuali orang itu siap untuk menjadi musuhnya.
Dia adalah Max dan hukum akan selalu berada dalam genggamannya!
"Untukku, sudah!"
Masih dengan tatapan dinginnya Max melihat ke sekililing ruangan itu. Membalas senyum tipis penuh arti sang perdana menteri dengan anggukan samar. Menghentikan tatapannya pada Park Hae Jin yang tampaknya akan menjadi masalah jika dia tidak segera melakukan sesuatu. "Sebenarnya, aku bahkan tidak peduli siapa yang akan jadi presiden!" Seulas seringai dingin yang terkesan keji melengkung dibibir tipis Max saat menangkap ekspresi bungsu Park yang sedikit berubah.
"Selamat malam,"
.
.
NOTE AUTHOR : Uda lumayan lama ditinggalkan story ini, so mulainya dengan yang ringan-ringan dulu. Semoga berkenan.
Kadang mikir nulis di wp ini buang waktu hahaha....Lebih banyak hantu yang baca!
KAMU SEDANG MEMBACA
MAX
General FictionSetiap kematian selalu membawa cerita. Dia yang berjalan dalam terang, memegang prinsip teguh tentang hitam dan putih. Sekarang harus berperang sengit dengan hasrat dan gairah yang perlahan membakar logikanya. Mengancam ketenangan yang selalu menj...