Let's Making Sin : Somebody Unseen [✓]

Singto

Shit! Pagi-pagi udah ada aja yang cari masalah. Aku balik badan dan natap dia tajam. Dia udah agak nundukin badannya.

"Maaf P' saya nggak sengaja. Maaf banget P' saya keburu-buru, saya duluan P', sekali lagi maaf P', permisi" katanya dengan agak panik. Aku masih menatapnya tajam. Sebenarnya apa sih yang dia pikirkan? Sudah tau murid baru masih saja terlambat.

Tidak punya kesiapan sama sekali. Payah. Buruk. Aku tidak suka. Sangat tidak suka. Aku muak dengan tipikal siswa seperti dirinya. Entah kenapa permintaan maafnya malah membuatku tambah muak.

Dia mengangkat sedikit wajahnya dan mata kami bertemu. Cantik. Sungguh itu mata yang sangat cantik, aku tidak bohong. Mata panik yang sangat cantik. Dia segera membalikkan badannya dan kembali berlari. Aku membalikkan badan dan kembali berjalan masuk ke kelasku.

Dasar bodoh. Sudah tahu hari ini akan ada ulangan.sudah tahu susah bangun, tapi dengan sombongnya malah tidak belajar. Lalu hanya belajar semalam suntuk. Orang gila! Ini masih pagi dan hariku sudah sangat buruk. Tidak bisakah saat ku merupakan saat yang baik? Selalu saatku yang buruk lalu saat semua sudah normal saatku habis. Aku mulai membenci ini. Aku akan mengambil alih. Perlukah ku ingatkan? Apa yang sudah ku incar akan ku ambil.

Seorang menepuk pundakku. "Sing! Kenapa melamun?"

Aku mengangkat telapak tanganku memintanya diam. Lalu memejamkan mata dan menarik nafas panjang beberapa kali, berusaha merilekskan pikiran. Lalu kembali membuka mata dan tersenyum ke arahnya.

"Saya baik kok"

"lo udah belajar belom? Atau jangan bilang lo lupa ada ulangan? Eh gak mungkin ya, kan lo pinter. Masa ulangan lupa. Yang ada lo mah bakal frustasi kalo gak jadi ulangan. Hehe" aku hanya tersenyum kecil saja menanggapinya. Ngomong-ngomong ini namanya Lee. Lee Thanat. Dia salah satu temen gerombolanku yang sangat waras.

"SINGTO, SAYANGNYA ABANG GUN SENYUMMM... Singto sayang udah belajar kan? Nanti bantuin abang ya, sayang?" yang ini Gunsmile namanya.

"NOOOOOO..... BEIBI.. Beibi jangan mau dikibulin sama om-om kayak dia... Dia Cuma manfaatin kamu doang, Beib" kalo yang ini Mike. Mike Kesiri.

"HEH HEH! SUKA SEKATA-KATA YA KALO NGOMONG! NGACA KALI SITU YANG OM-OM!" kata Gunsmile tak terima.

"DIH DIH. SIAPA YANG LEBIH MUDA TAPI SERING DIPANGGIL OM KALO LAGI JALAN? LO!"

"DIH. YANG KEMAREN NGE POST TIKTOK ADA KUMISNYA TRUS BAJUNYA KEBUKA SANA-SINI SIAPA?"

"BIAR DONG! BANYAK YANG SUKA JUGA!"

"Lo berdua bisa diem gak sih? Resek banget sumpah! Masi pagi juga" kali ini Lee yang ngomong. Mereka seketika kicep karna emang Lee itu auranya ngeri banget. Bossy banget dan udah kayak kakak juga buat aku.

"Jadi, ada apa Mike? Kenapa kok kamu tiba-tiba nyanggah Gunsmile? Kamu mau apa dari saya?" kataku mengingat dia belum bicari padaku sama sekali.

"Baib, bantuin gue dong.. nanti ujiannya susah.." katanya. Segera ia dihadiahi jitakan yang tidak main-main oleh Lee dan Gunsmile. Aku hanya tersenyum dan menggeleng melihatnya. Setelah itu, bel tanda masuk berbunyi dan ujian pun dimulai.

***

"Guru sialan... yang diajarin apa yang keluar apa, gitu masi minta muridnya dapet nilai yang bagus" gerutu Mike.

"iye. Dikira kita ni kaga sibuk sama tugas lain apa gimana? Mintanya nilainya bagus, tapi ngajar aja kagak" balas Gunsmile.

"Semua guru aja minta pelajaran dia diduluin. Guru aja nguasain satu mapel doang nah giliran kita?" Mike.

"emang. Ntar kita ngomongin pendapat kita dikira akhlakless" Gunsmile. Aku hanya tersenyum mendengar gerutu mereka.

"Udah. Datang, kerjakan kalo bisa, kalo kaga yaudah, lalu lupakan" kata Lee menengahi.

"Kuotes of de dey ni Mike" Gunsmile menimpali.

"Anjirlah Lee. Kok Lo tiba-tiba kek begini?" Mike segera meletakkan telapak tangannya ke jidat Lee. Dengan kasar Lee menepis tangan Mike.

"Hmmm... kamu pasti bisa ngerjain ujiannya ya? Kamu keliatan santai banget bahkan tadi kamu tidur duluan sebelum Gun dan Mike" ucapku penasaran. Mike nganguk mengiyakan sedangkan Gun cuma jalan sesekali ngupil.

"Lo nanya gue?" Kata Lee sambil menunjuk dirinya sendiri. aku mengangguk.

"Gilak Lo! Gue sok bijak juga karna ga bisa ngerjain" katanya tertawa.

"Ye si anjing.." Gunsmile menoyor kepala Lee. Lee hanya tertawa.

"Tolong ya sesama anjing jangan ngatain" kata Mike. Dan mereka terus ribut. Aku tertawa mendengar mereka. Ya biarpun pagi ini cukup buruk bagiku, tapi melihat mereka cukup asik. Paling tidak membuatku tertawa.

Aku tidak melihat jalan dengan baik sehingga ada seorang adik kelas menabrak bahuku. Aku menatapnya. Dia tampak menunduk takut dan terus mengucapkan kata maaf.

"Saya nggak papa. Kamu ngga papa?" tanyaku. Dia mendongak sedikit. Aku tersenyum manis padanya. Aku tidak ingin dianggap orang galak oleh adik kelas.

"Lain kali hati-hati ya. Saya duluan" kataku padanya dan melanjutkan jalan dengan gerombolanku. Hari ini katanya Lee akan mentraktir cimol Mang Acin di depan sekolah. Hehe.

***

Saat ini jam pelajaran olahraga. Seperti biasa, setelah ganti kami-aku dan gerombolaku-menuju lapangan. Hari ini tidak terlalu panas, tapi tidak mendung juga. Selama jalan di lorong, Mike dan Gunsmile bercanca. Aku dan Lee sesekali akan menimpalinya.

Kami sampai di lapangan. Aku sedikit memerjapkan mata karna cahaya yang cukup banyak masuk mataku dan membuat mataku sedikit sakit. Aku berjalan di pinggir lapangan. Tiba-tiba aku teringat sesuatu. Aku berhenti dan menoleh ke samping sedikit atas. Tepatnya ke arah lantai 2. Kelas 11/6. Kelas lamaku. Itu orang yang tadi pagi menabrakku. Dia menatap dan aku menatapnya.

Aku tersenyum cerah padanya. Sebenarnya aku tersenyum biasa saja, tapi mungkin lelucon Gun masih mempengaruhi hormon endorfinku terlalu banyak jadi tampak cukup cerah. Dia menatapku terkejut. Matanya membulat dan tubuhnya sedikit menegak. Cantik. Sangat cantik dan aku suka. Aku tak bisa menutupinya. Aku senang, akhirnya ada orang yang berani menduduki bangku yang ku tinggalkan. Aku sangat senang saat ini.

"Ma bro! Ayok! Lo ngapain disini malah senyam-senyum kek orang gila gitu!" Mike menarikku dan aku hanya mengikutinya. Sepertinya hari ini cukup menjadi sempurna bagiku. Cukup dengan menatapnya dan mengetahui ia menduduki kursiku.