Kongpob membawa Krist ke dalam kamarnya. Bersyukur tadi mereka sempat bertemu pemilik drom ini dan beliau memberitahu kamar Krist ini.
Kongpob mendudukkan Krist di sofa yang ada.
"Krist" panggil Kongpob ke Krist yang masih gugup dengan tubuh gemetar hebat.
"P' gue gak bunih orang kan?"
Krist menatap tangannga yang beegetar parah. Kongpob menganbil kedua tangannya dan menggenggamnya erat.
"Enggak Krist. Mereka cuma pingsan." Kata Kongpob. Mata Krist menatap mata kelam Kongpob mencari keraguan, tapi tidak ada.
"Tapi itu paku P' kalau berdarah..."
"Tenang Krist. Jangan takut, kamu tidak mengenainya dengan paku"
" P'.."
Kedua tangan Kongpob menangkup wajh Krist. Ditatapnya dalam mata indah yang selalu menatapnya tajam selama ini.
"Krist. Tenang... Mereka hidup, hanya pingsan. Jangan takut, ya. Ada saya kamu tidak sendirian" lagi. Kata-kata lembut yang seolah menghipnotis Krist.
" Jangan takut, mereka hanya pingsan dan kamu terkejut sekarang. Paham?". Krist mengangguk lemah.
Lama mata mereka beradu. Ada sesuatu yang membuat Krist nyaman untuk terus menatap mata legam itu lebih lama lagi. Mata Krist menyusuri setiap sudut wajah kakak kelasnya yang tak pernah diperhatikannya dengan benar.
Mata Krist tertuju ke luka di pipi Kongpob. Kedua tangannya melepas genggaman Kongpob. Krist berdiri dan mengambil kotak P3K.
Krist membersihkan luka Kongpob. Sesekali ia meringis.
"Sakit?" Tanya Krist sedikit melirik ke arahnya yang dibalas gelengan. Krist sedikit menekan bagian luka itu.
"Ouh"
"Katanya nggak sakit" kata Krist sinis.
"Kalau ditekan sakit"
Krist kembali fokus membersihkan lukanya.
"Buka baju" kata Krist datar.
"Hah?" Krist menatap datar mata Kongpob. Seolah diperintah, Kongpob membuka kemeja sekolahnya yang memang sudah berantakan sejak awal, lalu membuka kaos dalamannya juga.
Kulit tan Kongpob(Singto) yang walaupun tercetak luka lebam di banyak titik dan beberapa otot perutnya yang tercetak cukup jelas membuat Krist sedikit meneguk ludahnya. Krist mengalihkan pandangannya dan mengambil bungkusan es yang sudah disiapkannya.
Krist mendorong tubuh Kongpob supaya agak tertidur dan mengompres lebamnya.
"Sakit banget?" Tanya Krist sambil mengusap lebam tadi perlahan lalu kembali menempelkan kompresnya.
" Baikan"
"Kamu juga luka" Krist melirik. Tangan Kongpob terulur ingin mengusap pipi Krist yang juga lebam karna tadi dipukul. Krist menengokkan wajahnya menghindari tangan Kongpob.
"Biar aja. Gak sesakit itu. Gue bisa sendiri" kata Krist datar. Kongpob menjatuhkan tangannya dan menatap Krist dalam.
"Krist" Krist menatap lurus. "Sepertinya saya mulai suka kamu"
Krist terdiam dan menjauhkan tangannya dan tertawa tidak percaya. Kongpob terduduk dan mulai memakai bajunya sambil menatap Krist penasaran.
"Gue tau lo gila P', tapi tolong jangan ajak gue juga. Lo cowok, gue juga. Gimana lo bisa suka sama gue?"
" Krist. Saya serius"
" Lo kira gue main-main?" Suara Krist meninggi.
Krist bangkit dari duduknya dan menatap Kongpob datar.