Aku kembali ke rumahku. Sungguh, aku tidak dalam keadaan baik. Semuanya berjalan buruk bagiku. Setelah membersihkan tubuh, aku bersiap tidur. Belajar? Tidak. Tidak akan. Aku tidak suka, aku membencinya. Aku bukan dia. aku memejamkan mataku bersiap tidur.
***
Saat ini aku sedang ada di ruangan yang sangat gelap. Hanya ada satu titik cahaya kecil. Cahaya itu sangat kecil dan sangat jauh sampai aku tidak dapat menggapainya sama sekali. Lalu cahaya itu tiba-tiba membesar, sangat besar dan terang sampai aku melihat bayangan seorang datang dari cahaya itu.
"Puas kau? Puas kau membuatku menjalankan hari busuk ini?" kata orang tadi marah. Aku menatap matanya, ada kilatan kebencian disana, aku yakin dia sangat marah saat ini.
"Puas kau tidur seharian dan membuatku menjalankan hari sialan ini?" katanya berteriak.
"kemana kau? Kemana kau seharian ini, Sialan!" teriaknya.
"Saya disini, saya tidak tidur, saya bangun seharian ini" kataku yakin.
"Kau bangun?" katanya dengan nada remeh. "Lalu kenapa kau tidak pergi dan menghadapinya? Kenapa harus aku? Tidak bisakah aku juga merasakan kebahagiaan?" ia sedikit berteriak diakhir.
"Saya sudah berusaha bangun. Saya sudah berusaha pergi, tapi kamu tidak memberikan saya kesempatan. Kamu terlalu kuat dan kekuatan kamu membuat saya lemah. Saat bangun tadi pagi, saat di kelas, saat di lapangan, saat di kamar mandi. Saya sudah mencoba tapi gagal. Saya sudah panggil kamu, tapi kamu tidak dengar. Saya sudah coba berkali-kali, tapi saya gagal. Saya lemah, kamu tahu?" Kataku. Ia tertawa remeh dan menatap tajam padaku.
"Bangsat!" bisiknya penuh penekanan. "akan kulenyapkan kau suatu saat. Ingat itu." Katanya penuh penekanan. Ia melewatiku.
"Pergi dari hadapanku. Aku membencimu. Pergi sebelum kuhancurkan kau." Katanya mengamcam. Cahaya itu mulai meluas lagi. Aku berjalan ke arah cahaya itu. Sebelum memasukinya aku berbalik, menatapnya yang sedang duduk memunggungiku di sudut ruang. Gelap, sangat gelap. Aku tidak suka tempat itu. Dia juga tidak, tidak siapapun. Aku tersenyum singkat padanya. Dia memutar kepalanya 90 derajat.
"Apa?" katanya dengan suara berat.
"Kamu, saat jatuh cinta.... sangat imut" kataku.
"SAT!" makinya dan hampir berbalik untuk menangkapku. Tapi aku dengan segera melalui tempat terang tadi untuk menghindarinya.
***
Mataku terbuka. Dadaku berdebar sangat kuat. Aku menarik nafas dalam untuk menenangkan jantungku. Mimpi lagi. Aku benci saat mimpi dan bertemu orang itu, karna itu pasti akan membangunkan tidur nyenyakku. Aku melirik jam di sisi kasurku. Pukul 5 pagi. Aku ingin tidur, tapi pasti tidak bisa. Aku memutuskan untuk bangun dan berjalan keluar.
Kosong. Sama seperti kemarin pagi, juga tadi malam. Aku menatap kamar mama yang ada di samping kamarku lalu mengehla nafas. Tidak ada tanda-tanda kehidupan. Aku sendiri tidak tahu mama dan pa- pria tua itu kemana. Aku berjalan ke dapur untuk mencari serbet. Setelah menemukannya aku membasahi serbet itu dan kembali ke ruang tengah.
Aku mulai mengepel bercak darah yang sudah mengering. Ya, ini bercak darah dari kepala mama dan mungkin dari sudut bibirnya. Aku tidak tahu. Aku mengelapnya dan ingatan itu kembali muncul. Mendadak hatiku seperti diremas.
Aku benci pada diriku sendiri. aku benci karna aku tidak bisa melindungi mamaku sendiri. aku benci pada diriku karana aku tidak berguna bagi mama. Aku benci. Tak terasa air mataku sedikit menetes. Aku segera menyekanya dan melanjutkan pekerjaanku. Setelah selesai aku kembali ke dapur dan melihat bahan makanan. Ada beberapa butir telur dan sayuran yang cukup segar. Aku memutuskan untuk memasak bahan tadi.
