Singto

584 47 0
                                    

"BEIBI... BEIBI NAFASSS!" teriak seseorang menyadarkan lamunanku. Aku membuang nafas kasar. Aku menatap ke samping dengan mata melotot. Aku melihat Mike dan Gunsmile sedang menatapku dengan panik. Aku mengambil nafas perlahan menetralkan debar jantungku. Hayalan lagi.

"tarik nafas... tahan.. buang... tarik lagi... tahan buang..." kata Gunsmile membimbingku. Aku mengikuti arahannya.

"SEKARANG DORONG!!! DOROOONNGG!!!" lanjutnya. Lee yang baru datang langsung memukul kepala bagian belakangnya.

"Sakit ih... kok abang Lee kasar sih sama Gun?" katanya dengan entah bagaimana mendiskripsikannya.

Lee menunjukki tapi matanya masih menatap Gunsmile. "Sesek napas, bukan lairan OK?" katanya sedikit menyindir. Gunsmile hanya tersenyum bodoh lalu membuat tanda OK dengan tangannya. Aku tertawa melihat mereka. Sungguh, biarpun mereka kadang bodoh, tapi selama ini hanya mereka yang bisa menghiasi hariku. Sampai akhirnya ada mata orang lain yang dapat menghiasi hariku mulai hari ini. Aku tersenyum simpul.

"Woi! Lo ngapa? Udah bisa nafas lo? Cerah banget kayaknya hari ini" ini Lee. Aku mengangguk yakin sambil tersenyum cerah.

"Lo bayangin apa si, Beib? Kok ngelamun lama gitu. Kalo tadi gue gak goyangin lo, lo pasti udah di rumah sakit sekarang. Lo pasti lagi bayangin yang iya-iya ya..." kata Mike.

"Aw.. bayangin apa hayoo... pasti sama aku ya, Yang? Auw, jimayu..." ini Gunsmile.

"Gesrek Lo berdua." Kata Lee. Sudah kubilang kan kalau dia yang paling waras? Ya, kadang kalau aku terlalu fokus atau kelelahan aku suka lupa nafas. Tapi tenang, itu tidak berbahaya kok. Aku pasti akan ingat untuk kembali mengambil nafas.

"Jadi, lo ngayal lagi? Sekarang tentang apa?" kata Lee. Aku tidak menjawab, hanya mengendikkan bahu sambil tersenyum. "Rahasia" kataku singkat.

"Oh iya, Beib. Lo kemarin kenapa si? Maksud gue, lo kemarin seharian bad mood banget. Sampek lo aja gak mau kita deketin" tanya Mike. Kulihat Gun mengangguk mengiyakan, sementara Lee? Dia hanya menatapku dengan cool.

"Biasa.. masalah mama dan papa saya" kataku tersenyum sekenanya.

"Yang, lo gamau ngelaporin kelakuan bokap lo apa gimana?"

"Sebenernya pingin. Tapi mama selalu bilang 'Jangan, Nak. Itu papa kamu itu papa kamu'" kataku menjelaskan.

"Sing, kalo lo ada masalah, lo bisa dateng ke kita bertiga. Kita bakal bantuin lo dengan senang hati kalo selama hal itu bisa kita lakuin. Ya kan?" kata Mike meminta persetujuan Lee dan Gun. Mereka berdua ngangguk. Aku tersenyum melihatnya.

"Wait! KOK LO WARAS SI?" teriak Gun.

"Woi...! GUE MAH WARAS. YANG GAK WARAS TU ELO!" teriak Mike tak terima. Mereka mengadu dada mereka seolah ingin bertengkar. Aku tertawa sedangkan Lee hanya menutup mata lalu menggeleng lelah.

"Thanks. Punya kalian di hidup saya saja sudah sangat berharga" kataku pada mereka bertiga. Ketiganya langsung anteng. Tak lama Gun dan Mike memelukku yang sedang duduk.

"AHHH... JADI SAYAAANGGG..." kata mereka berdua. Lagi-lagi aku hanya tertawa. Lee hanya tersenyum kecil sambil mengangguk. Tak lama bel masuk pun berbunyi.

Hari ini. Kuharap menjadi hari yang panjang. 

Let's Making Sin : Somebody Unseen [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang