5

18 5 2
                                    

Untuk bangkit dari keterpurukan kita butuh satu kata 'yakin'.
Yakin pada apa yang akan kita tantang selanjutnya.

~~~~~

Hari sudah menjelang malam, namun keadaan Facebook masih sama. Memprihatinkan. Riana menjadi gusar sendiri, ia sudah diberi amanah oleh Google dan Tik-Tok untuk menemani Facebook terlebih dahulu jika sewaktu-waktu ia sadar.

Riana beberapa kali mencoba mengecek suhu tubuh Facebook, tidak panas tapi tidak dingin pula. Semuanya normal, dan itu sedikit membuat perasaan lega hinggap dihatinya.

" Gue kayanya bencana banget ya dateng kedunia kalian. " Riana menatap lekat wajah tenang Facebook. Benar-benar berbeda saat ia tengah sadar.

Ia terlihat lebih polos, aura menyebalkannya pun hilang. Riana pikir orang menyebalkan akan tetap sama dalam keadaan apapun, namun pikirannya salah.

" Eungghhh! " Riana berjengkit kaget melihat erangan halus yang keluar dari mulut Facebook.

Dengan reflek Riana segera mengambil segelas air putih-yang tentunya aman dikonsumsi-untuk Facebook. " Minum dulu. " printah Riana lembut.

Riana juga membantu Facebook untuk duduk dari posisi tidurnya. " Makasih. " balas Facebook setelah meminum air yang Riana berikan.

Riana mengangguk, ia kembali meletakan gelasnya. Ia menatap Facebook kembali, terlihat Facebook yang memegangi dadanya dengan raut wajah kesakitan.

" Lo ke-kenapa? Dada lo sakit? Jangan sakit sekarang plis. Gue ngga tau harus gimana. "

" Lo cukup diem aja. " jawab Facebook lemah. Riana yang tak mau membuat Facebook bertambah sakit pun hanya menurut.

" Yang lain mana? "

" ..... "

" Weeeh yang lain mana?! Aduh kan gue jadi ngegas. Lo sih! "

" ..... "

" Lo kenapa si? Ngga jawab pertanyaan gue? " kesal Facebook.

Riana menghela nafas, tak lupa ia merolling matanya. " Yang kenapa tuh lo. Nyuruh gue diem, giliran gue diem, gue lo tanya kenapa? Aneh lo! "

" Ya maksud gue ngga usah banyak tingkah kalo gue sakit, beda urusannya kalo gue nanya! Kesel gue. "

" Lo pikir gue ngga kesel? Gue nungguin lo dari lo tepar tuh waktu dibawa Tik-Tok, pas banget katanya orang kota dateng ke daerah ini gara-gara cium aroma, udah kaya Roy Kiyoshi. Terus gue ditinggal sama Google sama Tik-Tok juga, entah mereka pergi kemana. Ditambah lo lama banget sadarnya, gue khawatir gue takut, kalo- "

" Lo khawatir sama gue? "

" ..... "

Riana terdiam, kenapa kalo ngomong mulut gue ngga bisa ngerem sih? - rutuk Riana.

" Ya ng-ngga. Maksud gue tuh, ya anu–kalo lo. Ahh bodo ah!! " Riana memalingkan wajahnya kesal. Ia tidak pernah seperti ini sebelumnya, dengan rasa khawatir, takut yang datang bersamaan.

Tunggu. Mungkin Riana pernah, tapi berbeda momen, Riana sering seperti jika ia akan ulangan.

Sementara Riana yang masih bergelut dengan pikirannya, suara ketukan pintu mengalun ditelinganya. " Tumben banget, ini nih yang gue suka. Orang tuh kalo mau masuk ketuk pintu dulu, kan gue mau bukainnya juga seneng ati gitu. Ngga bar-bar kaya Tik-Tok kemaren waktu bawa lo kek karung beras gitu. " celotehnya sepanjang perjalanan menuju arah pintu.

DUNIA MAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang