Kebenaran

16 4 0
                                    

Malam ini aku tengah berkumpul di ruang keluarga, Mama bilang bahwa ia akan pulang senin dini hari, aku tentu senang mendengar itu.

Jadi kami lebih memilih menonton film 127 hours bersama, semenjak di Bandung, aku jarang menghabiskan waktu bersama orang tuaku dikarenakan orang tuaku tinggal di Jakarta.

"Kamu sekelas sama Galechka?" Tanya Papa padaku, aku menggeleng, "Dia anak IPS."

"Kamu mau ikut sama Mama dan Papa ke Jakarta?" Kali ini Mama bertanya padaku, "Kayaknya gak bisa deh, M a. Besok itu aku mau ulangan."

Mama dan Papa tak bertanya lagi padaku karena film akan segera dimulai. Aku dan keluargaku termasuk Kang Maman dan Bi sulis duduk di atas sofa. Nenek mohon pamit ke kamar karena badannya pegal-pegal.

"Bapak dan Ibu mau saya buatin pisang goreng?" Tanya Bi Sulis kepada orang tuaku, Papa langsung menolak, "Gak usah, kita udah kenyang."

Bi Sulis mengangguk. Film akhirnya dimulai, aku dan Mama menghayati adegan demi adegan dalam film ini.

Setelah hampir dua jam film pun berakhir, aku beranjak untuk naik ke atas dan tidur. Mama dan Papa memelukku sebentar kemudian aku langsung pergi dari hadapan mereka.

Ketika memasuki kamar aku mendengar deringan ponselku. Langsung saja aku ambil dan melihat nomor asing menelponku. Aku langsung mengangkatnya.

"Halo? Ini siapa, ya?"

Di seberang sana si penelpon tak menjawab. "Salah sambung, aku matiin."

"Eh tunggu!!" Itu suara cewek, cewek itu sedikit panik dan gugup saat aku hendak mematikan sambungan telpon itu.

"Siapa, ya?"

"Aku Kanita." Jawabnya.

Aku sedikit mengingat tentang nama yang satu ini, lalu aku membulatkan mata.

"Iya, iya. Kamu yang pernah dekat sama Galechka dan Ketran, kan?"

"Iya, aku mau ketemu sama kamu. Mungkin aku terlihat sok kenal sok dekat, tapi ini penting banget."

"Maksud kamu?"

"Ini tentang Galechka, dia itu gak baik, dia orangnya jahat, brengsek, baj-"

"Tunggu, kamu sekarang lagi menjelekkan Galechka yang notabenenya adalah orang yang udah belain kamu?"

"Bukan gitu, Leyana. Of course, dia kelihatan good boy gitu, tapi sebenarnya dia itu jahat."

"Emangnya Galechka melakukan apa sama kamu?" Kali ini nada bicaraku agak tinggi, aku tidak suka bila seseorang menjelekkan orang lain.

"Dia ngehamilin aku."

"What the hell, girl? Bukannya Ketran yang ngehamilin kamu? Kamu jangan nuduh orang yang gak bersalah dong."

Mama mengetuk pintu kamarku, "Bicara sama siapa?"

"Sama temen, Ma."

"Tidur sana, besok hari senin."

Aku mengecilkan volume suaraku, "Kita ketemuan di cafe dekat sekolahku aja. Udah dulu, ya."

Aku langsung mematikan ponselku dan meletakkannya di atas nakas, aku masih tak habis pikir dengan ucapan Kanita tadi. Aku berusaha untuk tak memusingkannya, aku memilih mengerjapkan mata dan tertidur.

~~~

Keesokan harinya sesudah bel pulang berbunyi aku bergegas untuk menaiki angkot agar aku tidak bertemu dengan Galechka maupun Ketran, dari tadi pagi aku selalu menghindari mereka berdua.

Hello You (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang