Tteokbokki and My Folly

12 2 0
                                    

Ia membulatkan matanya ketika aku mengucapkan kata gwiyeowo tanpa sadar. Rasanya aku ingin menghilang dari bumi sekarang juga!
~~~

Aku menghentikan langkahku ketika melihat Ketran sedang berada di samping toilet, buru-buru aku mengumpat dan mengintip dari celah dinding.

Ketran sedang berduaan dengan seorang cewek. Meskipun tidak begitu kelihatan, aku bisa dengan jelas melihat bahwa cewek itu ketakutan.

"Ayolah, sekali aja. Masa lo gak mau, sih?" Ucap Ketran tampak sangat memaksa si cewek.

Apa jangan-jangan Ketran ngajak cewek itu untuk begitu-begituan?

Buru-buru aku memukul kepalaku sendiri, tidak boleh suudzon. Cewek itu tak menjawab—yang ia lakukan hanya diam sambil sesekali menunduk.

"Lo kok pelit banget?" Kata Ketran lagi. Cewek itu melirik Ketran, "Gue gak mau, yang lain aja."

"Cantik-cantik kok pelit banget, sekali-sekali loh, lo dapat yang kayak beginian, masa nolak, sih?"

"Ya gue gak mau, gue gak suka yang kayak begituan." Cewek itu membalas perkataan Ketran.

Saat hendak menghampiri mereka, aku tiba-tiba tersandung botol teh gelas, mereka berdua refleks memandang ke sumber suara. Aku mengatupkan mulut dan berlari sekencang mungkin menjauhi mereka.

Aku memukul kepalaku sendiri. "Ahh, bodoh banget kamu." Setiba di depan kelas, aku berhenti sebentar—mengambil napas dalam-dalam dan menghembuskannya.

"Gimana kalo Ketran ngapa-ngapain dia?" Tanpa sadar aku menggigit kukuku sendiri, lalu aku masuk ke dalam kelas dengan perasaan bersalah karena kabur dan tidak menolong cewek itu.

Mulai sekarang, aku harus menjauhi cowok itu, memang benar yang Galechka bilang bahwa Ketran bukan cowok baik-baik.

Aku menyikut bahu Anjelin, cewek itu melirikku sambil menaikkan alisnya, "Menurut kamu Ketran itu orangnya gimana?" Bisikku padanya, dia tampak berpikir.

"Baik sih, tapi kadang ngeselin." Jawab Anjelin.

Aku mengangguk kecil, "Sebelumnya dia pernah dekat sama orang lain, gak?"

Anjelin tampak berpikir lagi, "Pernah sama Kanita, udah agak lama, sih." Anjelin mendekatkan bangku miliknya, "Rumornya, sih. Saat mereka dekat, Kanita ini tiba-tiba hamil gitu, pas ditanya siapa yang hamilin, Kanita bilang kalau anak kuliahan yang ngehamilin dia."

"Terus apa reaksi Ketran saat tau Kanita hamil?" Tanyaku lagi.

"Ketran biasa aja, sih. Tapi beberapa hari setelah insiden Kanita dikeluarin dari sekolah, muka Ketran itu babak belur gitu. Gue yakin kalo Ketran ninju anak kuliahan yang ngehamilin Kanita, as you know, anak kuliahan itu badannya gede-gede."

Aku berpikir sejenak, Ketran babak belur? Bukannya karena Galechka yang memukuli Ketran hingga babak belur gitu?

"Dari mana kamu tau kalau Ketran dipukul sama anak kuliahan itu?"

"Dia cerita sama kita-kita. Saking sayangnya sama Kanita, cowok itu rela babak belur. How i'm envy with her."

Andai saja Anjelin tau yang sebenarnya, pasti ia akan memukul Ketran habis-habisan.

Ketran masuk ke kelas dan mendekat ke arah kami. "Boleh gue gabung?" Tanyanya menanyakan itu kepadaku, aku tak menjawab, "Gak boleh, gabung sana sama temen lo yang cowok!" Anjin berucap galak, Ketran menatap Anjelin sinis, cowok itu kembali ke tempat duduknya—di samping Farand.

Hello You (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang