Menyadarkan Galechka

11 3 0
                                    

Siang ini aku memutuskan untuk tak ke kantin, bukan karena malas tetapi karena aku ingin menjauhi Galechka. Dari sudut ruangan, Ketran menatapku dan aku pura-pura tak melihatnya.

Setelah beberapa saat Ketran mendekati bangkuku, aku menatapnya seolah mengatakan; kenapa?

Dia duduk di bangku Barri menghadap ke arahku. "Tumben gak ke kantin?" Tanyanya.

Aku mengangkat bahu, "Lagi males."

Ketran mangut-mangut, "Hmm, kalo gitu nanti pulang bareng gue, mau?"

Aku menolak ajakannya, "Gak usah, aku sama kang Maman aja."

Dia tampak tak menyerah, "Lo mau pesen apa? Biar sekalian aja sama gue."

Aku berpikir sebentar, tak enak menolaknya lebih banyak lagi, akupun berkata, "Roti sama teh es aja deh."

Ketran tampak antusias mendengar jawabanku, dia pun bergegas berlari-lari kecil.

Aku mencoba mencari kegiatan yang enak untuk dilakukan, ingin membaca aku bosan, memainkan ponsel juga bosan.

"Dengerin lagu aja deh." Aku merogoh tasku dan mencari headset di dalamnya, setelah ketemu barulah aku memakainya dan mencolokkannya ke ponselku.

Lagu pertama yang kudengar berjudul Say You Won't Let Go. Liriknya mendalam sekali, aku sampai memejamkan mata saking enaknya didengar.

"Ehem." Deheman seseorang tak kuhiraukan. Ia berdehem lagi, dan tak kuhiraukan lagi. Merasa sebal karena tak dihiraukan, seseorang yang ada dihadapanku ini mencopot headsetku kedua-duanya.

Aku berdecih sebal dan membuka mata perlahan, "Kamu apa-apaan—!!"

Dia tersenyum, "Gue dehem tadi gak lo hiraukan."

Aku kembali merebut headset yang dia pegang dan memakainya kembali di telingaku.

"Leya, dengerin gue dulu.."

Aku menghela napas berat, dan melepaskan kembali headsetku. "Kenapa?" Balasku singkat.

"Gue minta maaf sebesar-besarnya sama lo, gue gak tau kesalahan gue itu apa, tapi gue tetep minta maaf sama lo. Saat lo cuekin gue seperti kemaren rasanya hati gue hampa, gue gak tau kenapa bisa kayak gitu. Terus tadi gue nanya sama Akel itu artinya kalo gue suka sama lo. Setelah gue pikir-pikir lagi gue emang beneran suka sama lo, mungkin perasaan ini muncul saat pertama kali kita ketemu."

Aku memandangi teman sekelasku yang tampaknya sedang menguping, tau jika dirinya ketahuan, cewek itu bergegas pergi dari kelas. Galechka juga memandangi dua orang cowok yang duduk di depan meja guru, seakan sadar bila mereka sedang dilihat oleh Galechka, mereka bergegas pergi dari kelas.

"Terus?" Kataku singkat, padat, dan jelas.

Galechka tampak menggaruk tengkuknya, "Gue mau ngajak lo pacaran. Lo mau, kan?" Tanyanya dengan senyuman super manis.

Entah mengapa, mendengar itu rasanya aku ingin sekali menangis.

~~~

Sepulang sekolah aku menunggu kang Maman di halte bis tak seperti biasanya. Aku rindu pulang dengan Galechka, meskipun begitu, secara tidak langsung Galechka sudah menjadi ayah, dan aku tidak berhak mendekati seseorang yang sudah memilik anak.

Gunjingan siswi-siswi menggema di telingaku, bayangkan saja saat kalian duduk, lalu mereka berbisik-bisik—di samping kalian malah sambil melirik kalian dengan cara yang menyebalkan.

Semua siswi-siswi yang menggunjingku terpekik kaget melihat Galechka mengendarai motornya dan berhenti di depan halte bis.

Hello You (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang