Kabur

14 3 0
                                    

Hari ini aku sengaja bangun pagi-pagi sekali, mengambil sepeda di garasi dan mengayuhnya. Entah apa yang kulakukan sekarang, aku hanya ingin sedikit pelarian. Sudah ratusan bahkan ribuan kali kayuhan tetapi aku tetap tak berhenti.

"Werang, aku rindu kamu." Racauku di tengah perjalanan, lalu lalang mobil hanya sedikit terlihat berhubung hari masih terlalu pagi.

Setelah melewati tol Cipularang dan mengayuh sepeda ratusan kilometer akhirnya aku sampai di Jakarta, tempatku dan Werang tumbuh.

Aku menghela napas panjang setelah berhenti di depan pemakaman tempat Werang dimakamkan.

Raut bahagia dari wajahku tak bisa kusembunyikan kala melihat makam Werang.

"Werang...." panggilku kemudian menghapus air mataku. "Aku datang... kamu disini baik-baik aja, kan?" Isak tangis tak dapat kubendung.

Aku duduk di dekat batu nisan yang bertuliskan namanya, "Sekarang aku tau siapa pelakunya, siapa orang yang nabrak kamu sampe kamu meninggal. Dia... Ketran." Aku kembali menangis dengan begitu kencang.

"Maafin aku, karena baru kemarin aku tau itu setelah sekian lama. Werang, aku rindu sama kamu."

"Aku janji bakal ngebuat Ketran menerima hukuman yang sepadan dengan yang kamu alami. Aku janji sama kamu." Tangisanku tak berhenti-henti, aku mencium batu nisannya dan mencabut rumput-rumput penganggu.

"Werang...." panggilku lagi, air mataku kembali turun begitu deras. "Aku pengen ketemu kamu. Aku pengen kita sama-sama lagi. Aku benci hidupku di Bandung, aku benci mereka berdua."

Setelah sekitar setengah jam aku di pemakaman, akhirnya aku beranjak dan pergi dari sini. Tujuan keduaku adalah ke taman bermain, tempat kami bermain dulu.

Aku tidak peduli tentang sekolahan, aku tak peduli orang-orang di Bandung mengkhawatirkanku. Aku hanya butuh pelarian sebentar.

Setelah dua puluh menit mengayuh sepeda tibalah aku di taman bermain, rasanya ingatan tentang Werang kembali muncul. Tumbuhku terhuyung ke tanah.

~~~

"Barri... keterangan Leya apa?"

"Alpa."

Ketran menoleh mendengarku alpa. Dia sedikit frustasi, wajahnya berkeringat. "Woi, kenapa, lo?" Tanya Farand yang sepertinya mengetahui bahwa temannya sedang mengkhawatirkan sesuatu.

Sebelum guru masuk, buru-buru Ketran keluar dari kelas, menuruni tangga, Ketran bersembunyi di balik dinding kala melihat bu Lilith yang hendak menaiki tangga, buru-buru ia menutup wajahnya dan menuruni tangga dengan cepat.

"Hei, kamu." Bu Lilith menoleh ke belakang. "Habis jajan di atas, ya? Cepat masuk sana!" Barulah Ketran bisa bernapas lega setelah bu Lilith mengira Ketran sebagai anak kelas X.

Di parkiran, cowok itu tak sengaja bertemu dengan Galechka. Wajah Galechka tampak panik.

"Mau kemana lo?" Ketran mendekat ke arah cowok itu. Galechka membusungkan dadanya, "Mau nyari Leya, lo?"

"Gue juga. Tapi kenapa lo cari Leya, hah?"

"Suka-suka gue dong."

"Ingat, lo dah punya anak! Jaga istri lo sana!"

Galechka langsung membekap mulut saudara tirinya ini. "Lo kalo ngomong santai dong!"

Hello You (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang