Siapa Perempuan itu?

50 2 2
                                    

Enam bulan telah berlalu, keadaan tidak ada yang berubah, semua masih sama seperti sebelumnya. Ujian nasional pun telah berakhir. Kini, anak-anak kelas 12 tengah merayakan kelulusan mereka.

Sebagian dari mereka ada yang mencoret-coret baju, dan sebagiannya lagi ada yang merayakannya dengan makan bersama wali kelas tercinta tetapi itu tidak berlaku untuk dua orang cowok yang saling berpapasan ketika di parkiran.

"Tumben lo gak bawa motor?" Tanya Galechka meneliti tubuh cowok itu dari atas sampai bawah.

"Nara rusak."

Seperti janji mereka berdua, sesudah mereka berdua lulus mereka akan bertanggungjawab atas kesalahan mereka masing-masing. Sesudah pemakaman Leya enam bulan yang lalu, Ketran jujur dihadapan keluarga Werang dan keluarga Leya. Orang tua Werang tentu marah, tetapi apa boleh buat semua sudah berakhir dan Ketran diminta untuk bertanggung jawab.

Lusa Ketran akan menyerahkan diri ke kepolisian setempat, seminggunya lagi Galechka dan Kanita beserta anaknya akan pergi ke Korea.

"Lo udah ngurus visa buat Kanita?" Tanya Ketran saat mereka duduk di bangku sekolah.

"Udah."

Ketran mengernyitkan dahi, "Kok cepet banget?"

Galechka tertawa sambil memukul bahu saudaranya, "Apa yang gak bisa buat papa gue?"

Ketran menundukkan wajahnya, "Lo kenapa?"

"Gue takut, njir. Rasanya gue belum siap buat menyerahkan diri ke kantor polisi."

"Ya mau gimana lagi, nanti kita coba minta bantuan papa. Lo pulang bareng gue aja, ya."

Ketran mengangguk lalu mengangkat wajahnya.

~~~

"Pa, bantu Ketran." Ucap Ketran dihadapan ayah tirinya, "Bantu Ketran demi mama."

Danu menghembuskan pelan napasnya, "Sebisa mungkin saya akan bantu kamu, tapi saya gak mau terlibat."

"Beneran kan, pa?" Tanya Galechka memastikan, "Iya. Terus kamu, minggu depan kamu harus ke Korea."
Galechka mengangguk kecil.

Setelah mereka keluar dari kamar ayahnya, Galechka mengajak Ketran untuk makan di rumahnya. Selesai makan, mereka bergegas ke rumah Ketran.

"Makasih ya, Gale. Udah bantu gue." Ujar Ketran membuka obrolan.

Galechka mengangguk, "Sama-sama, tapi makasih juga karena udah mau jadi kambing hitam atas perbuatan yang gue buat."

"Lo sedih gak sih kehilangan Leya?" Ketran memandang saudaranya yang sedang mengemudi. "Ya sedihlah." Jawab Galechka, "Tapi jangan larut-larut juga, gue bisa tenang karena disana udah ada Werang yang siap untuk jagain dia. Kalo lo?"

"Sama, sedih juga seperti yang lo bilang tadi."

Ketika melihat rumah Leya Galechka tiba-tiba berhenti sebentar di seberang rumah cewek itu-melihat rumah seseorang yang kini sangat sepi.

"Gue jadi kangen sama kepolosan dia." Ujar Galechka sebelum akhirnya melanjutkan perjalanan. Saat di persimpangan pun dia juga berhenti dan melihat bangku yang memiliki sejarah paling epik. Mereka berdua menghela napas.

Mereka melanjutkan kembali perjalanan hingga akhirnya tiba di rumah Ketran. Sang mama sudah menunggu anaknya sedari tadi.

"Kalian sudah sampai rupanya, ayo masuk." Suruh mama Ketran, mereka berdua mengangguk.

Hello You (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang