9. Kemungkinan

116 43 21
                                    

Ayok vote dulu, vote dulu~

Selamat Membaca

Akan ada banyak hal terjadi di kehidupan setiap insan. Entah itu keadaan yang tak selalu sama dengan harapan ataupun berbagai kemungkinan yang datang secara bersamaan.

***

Tidak berselang lama setelah bel pulang berbunyi, SMA Buana Bestari sudah mulai menyepi. Hanya tersisa beberapa siswa maupun siswi yang mempunyai kegiatan ekstrakurikuler. Di antaranya adalah Winter, Mauza, dan Althaf. Ketiganya berjalan beriringan hingga terpisah. Karena, Althaf yang sudah mengenakan jersei basketnya itu akan berjalan menuju lapangan indoor, sementara Winter dan Mauza menuju ruang paduan suara.

"Dah, Guys!" Usai mengatakan itu, sosok Althaf perlahan hilang di belokan koridor. Sedang Winter dan Mauza yang membalas dengan lambaian tangan kembali berjalan lurus.

Hari ini merupakan pertemuan keempat setelah pengumuman Syala--ketua ekskul paduan suara--dua minggu lalu. Selama akhir pekan di dua minggu itu pula Winter dan Mauza rutin ke rumah sakit untuk menjenguk Aleta. Kondisi wanita itu membaik meskipun tetap harus menjalani perawatan intensif.

"Kamu udah hafal lagunya, Winter?" tanya Mauza dengan buku lagu di tangannya. Kini keduanya tengah duduk lesehan di lantai ruang paduan suara. Beberapa anggota dan pengurus inti ekskul tersebut juga sudah tiba di sana.

"Lumayan, tapi aku paling susah kalau bagian nada tingginya. Selalu kehabisan napas, ujung-ujungnya suara aku jadi kayak orang bengek." Winter mendengkus mengingat akhir-akhir ini ia sudah menghabiskan lebih banyak waktu untuk berlatih, tetapi hasil yang ia dapat malah sebaliknya.

Mauza tertawa kecil. "Itu memang udah masalah umum bagi anak kelas X kayak kita, Winter. Kak Syala, 'kan, udah bilang sebelumnya. Lagian nanti bakal lebih dilatih lagi sama bang Tezza juga."

Winter mengangguk membenarkan. Ketua ekskul itu pernah berujar seperti yang dikatakan oleh Mauza. Tezza pula yang merupakan pelatih paduan suara itu baru akan hadir hari ini setelah beberapa waktu lalu meliburkan diri untuk melatih mereka.

Obrolan mereka terhenti tepat ketika pintu ruangan tersebut dibuka dan menampilkan dua sosok yang sedari tadi memasuki ruang pembicaraan mereka. Syala dan Tezza. Setelah mengabsen anggota paduan suara satu per satu, pengajaran dan pelatihan pun dimulai.

***

Matahari sore seolah tersapu energi panasnya oleh angin-angin yang berembus lembut. Kapas-kapas putih tak berbentuk itu hilir mudik di antara luasnya cakrawala yang membiru.

Arloji yang melingkar di pergelangan tangan Winter menunjukkan jam enam lewat 30 menit. Anggota ekstrakurikuler paduan suara telah dipulangkan sejak 15 menit yang lalu. Dan, sudah 15 menit lamanya pula Winter berdiri di halte dekat SMA Buana Bestari, menanti kedatangan Summer yang tidak menampakkan batang hidungnya sampai saat ini. Padahal pemuda yang tidak lain merupakan kakaknya itu sudah berkata akan berusaha menjemputnya tepat waktu. Gadis dengan rambut keriting panjang itu tak mampu lagi mencegah raut masam yang kini terpaut di wajahnya.

"Asem banget, Win. Mangga muda dijamin kalah, deh, sama muka lo."

Winter mendelik ke asal suara, Althaf masih dengan jersei basketnya yang berdiri di samping Winter sedang motor hitamnya berada di bahu jalan. "Ish, kak Sam kapan datengnya, sih?!" gerutu gadis berambut keriting panjang itu.

Winter in LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang