1. Awal Mula

708 85 51
                                    

Selamat datang di cerita Winter in Life bersama Writer's Online Camp oleh crystalbooks2020

-Selamat membaca-

Pada satu kesempatan, kita tak selalu dapat mengatur keadaan. Hidup pula tidak melulu soal bahagia, tetapi juga bagaimana cara kita menyelesaikan masalah itu dengan baik bukan yang berujung pelik, dan ini baru bagian awalnya saja, awal mula yang menjadi penyebab masalah itu ada.

***

Sang raja siang telah berpulang ke peraduannya. Memberikan takhta kepada rembulan dan gemintang untuk menguasai malam. Akan tetapi, ketenangan malam hari itu diriuhkan oleh lagu yang dibawakan sebuah grup vokal berasal dari Inggris-Irlandia yang berbasis di London--One Direction--yang Winter setel di pengeras suara yang telah ia sambungkan dengan bluetooth di gawainya. Sehingga menyebarlah suara itu ke seluruh penjuru kamar atau bahkan sampai ruangan lain di rumah.

"Nobody, nobody! Nobody can drag me down!" teriak remaja perempuan itu nyaring, ikut bernyanyi. Tangan yang semula ia angkat naik seperti penyanyi ulung tersebut kembali meraih pena dan menuliskan kata demi kata di buku tugasnya. Meringkas materi adalah tugas yang paling ia sukai. Dibandingkan menghitung ataupun menghafal yang ujung-ujungnya merepotkan diri sendiri.

Suasana seperti itu akan terus terulang, hingga suara yang menginterupsinya berhasil mengalihkan atensinya.

"Dek, ayo makan malam dulu."

"Aish! Kak Sam ketuk pintu dulu, dong. Aku juga punya privasi yang mesti dihargai," tukas Winter dengan raut wajah cemberut.

Namun, tak urung ia tetap melangkah mendekati Summer--kakak laki-lakinya--yang kini berdiri di ambang pintu dengan tubuh tinggi tegapnya itu.

Summer tampak menggelengkan kepala. "Berlebihan kamu, memang tadi ngapain? Selain teriak-teriak enggak jelas," ucap pemuda itu sebelum tertawa lepas. Tak tinggal diam, Winter membalas dengan tatapan tajam.

"Atau jangan-jangan tadi teriak-teriaknya sambil buang angin, ya, Dek? Terus, malu ketahuan Kak Sam yang tampan." Salah satu alis hitam pemuda itu bergerak naik turun.

"Idih, tampan hasil tamparan papan aja bangga!"

Mendengar hal itu, alih-alih Summer tersinggung, pemuda tersebut malah tertawa lebih kencang. Membuat Winter kesal merupakan hobinya nomor satu.

Saat ini mereka telah duduk di kursi meja makan yang mempunyai empat sisi yang pastinya juga ada empat kursi. Ada Winter, Summer yang duduk di seberangnya, dan papa mereka--Zavier--yang merupakan seorang TNI angkatan laut. Sesosok abdi setia yang jika di rumah saja masih memakai baju kaus bercorak loreng khas tentara. Zavier memang sesuka itu pada pekerjaannya. Winter pula tak pernah mengambil pusing hal tersebut.

Isi kepala gadis remaja 16 tahun dengan rambut keriting panjang itu lebih terpaut pada kursi kosong di seberang ayahnya. Kursi itu kerap kali tak menjalankan profesi sebagai tempat duduk bagi sang pemilik. Atau lebih tepatnya sang pemilik itulah yang terlalu enggan mendudukkan diri di sana lebih lama, terbagi fokus dengan profesi yang ia jadikan prioritas utama.

Winter in LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang